Militer Israel Klaim Kelalaian Profesional dalam Penembakan 15 Paramedis di Gaza

Belum jelas apakah tentara Israel yang terlibat penembakan paramedis dan tim tanggap darurat di Gaza akan diproses hukum.

oleh Khairisa Ferida Diperbarui 21 Apr 2025, 08:13 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2025, 08:13 WIB
Operasi Darat Israel di Jalur Gaza
Pasukan darat Israel memasuki Gaza pada akhir Oktober dan dengan cepat mengepung Kota Gaza, pemukiman utama di utara. (AP Photo/Victor R. Caivano)... Selengkapnya

Liputan6.com, Tel Aviv - Militer Israel mengatakan pada Minggu (20/4/2025), tinjauan atas pembunuhan paramedis dan tim tanggap darurat di Jalur Gaza bulan lalu menemukan adanya "sejumlah kelalaian profesional".

Lima belas paramedis dan petugas penyelamat lainnya tewas ditembak pada 23 Maret dalam tiga penembakan terpisah di lokasi yang sama, dekat Kota Rafah di Gaza Selatan. Mereka dikubur dalam lubang dangkal dan jenazah mereka ditemukan seminggu kemudian oleh petugas PBB dan Palang Merah Palestina (PRCS).

Militer Israel menyebutkan bahwa Komandan Brigade 14 akan mendapat surat teguran, sementara wakil komandan Batalyon Pengintai Golani akan diberhentikan dari posisinya karena memberikan laporan yang tidak lengkap dan tidak akurat.

"Pemeriksaan mengidentifikasi beberapa kelalaian profesional, pelanggaran perintah, dan kegagalan dalam melaporkan insiden secara lengkap," kata militer Israel dalam pernyataannya seperti dilansir CNA.

"Tembakan dalam dua insiden pertama terjadi karena kesalahpahaman operasional pasukan, yang mengira mereka menghadapi ancaman nyata dari pasukan musuh. Insiden ketiga melibatkan pelanggaran perintah dalam situasi pertempuran."

Rekaman video dari ponsel salah satu korban, yang dipublikasikan oleh PRCS, menunjukkan petugas darurat berseragam dan ambulans serta mobil pemadam kebakaran yang jelas bertanda, dengan lampu menyala, ditembaki oleh tentara Israel.

Mayor Jenderal Yoav Har-Even, yang memimpin tinjauan tersebut, mengatakan kepada wartawan bahwa pasukan Israel mengira mereka dalam ancaman setelah menembak kendaraan yang awalnya mereka anggap sebagai kendaraan Hamas, namun ternyata adalah ambulans. Dua orang tewas dan seorang lagi ditahan serta diinterogasi karena dicurigai terkait Hamas.

Pria itu dibebaskan keesokan harinya setelah pemeriksaan lebih lanjut.

Militer Israel mengklaim bahwa Hamas sering menyamarkan aktivitasnya di tengah warga sipil, termasuk pernah menggunakan ambulans untuk operasi militer di masa lalu. Meski demikian, militer menegaskan bahwa pasukannya diperintahkan untuk membedakan antara kendaraan darurat sungguhan dengan yang disalahgunakan Hamas.

Juru bicara militer Israel Effie Defrin menuturkan kepada wartawan bahwa insiden terjadi di "zona pertempuran yang kompleks", namun jelas merupakan kesalahan pasukan dan tidak ada upaya untuk menutupi insiden tersebut, yang langsung dilaporkan.

Rincian tiga kali penembakan terpisah yang dilakukan pasukan Israel pada 23 Maret seperti dilansir CNN, yaitu:

  • Menghancurkan kendaraan yang diklaim milik Hamas, menyebabkan 2 orang tewas
  • Menyerang konvoi ambulans PRCS, menyebabkan 12 tewas
  • Menembak kendaraan PBB, menyebabkan seorang pekerja UNRWA tewas

Satu Orang Masih Ditahan Israel

Ilustrasi ambulans.
Ilustrasi ambulans. (Dok. Pixabay)... Selengkapnya

PRCS dan pejabat PBB mengungkapkan 17 paramedis dan tim tanggap darurat dari PRCS, Layanan Darurat Sipil, dan PBB saat itu dikerahkan untuk merespons laporan korban luka-luka dari serangan udara Israel.

Militer Israel mengaku bahwa dalam penembakan kedua, wakil komandan awalnya tidak mengenali kendaraan sebagai ambulans karena "visibilitas malam yang buruk" dan memerintahkan pasukan untuk menembaki sekelompok orang yang keluar dari mobil pemadam kebakaran dan ambulans. Mereka memperlihatkan rekaman drone dari peristiwa tersebut yang menunjukkan sekitar 20 tentara menembaki mobil pemadam dan ambulans dari jarak sekitar 30 meter.

Har-Even mengatakan pasukan mengira mereka menembaki sekelompok pejuang Hamas dan baru menyadari mereka menembaki paramedis setelah memeriksa lokasi setelah pertempuran.

Paramedis Munther Abed, seorang petugas yang ditahan militer Israel dan kemudian dibebaskan, mengungkapkan tentara Israel menembaki kendaraan darurat yang jelas bertanda.

Palang Merah Internasional menyebutkan pada 13 April bahwa seorang petugas darurat Palestina lainnya ditahan oleh otoritas Israel. Militer Israel pada Minggu mengakui bahwa pria itu masih dalam tahanan.

Militer Israel kemudian —tanpa bukti—menyatakan bahwa 6 dari 15 petugas medis yang tewas diidentifikasi sebagai "teroris Hamas". Klaim ini ditolak keras oleh Hamas.

"Pada pagi hari (setelah kejadian), diputuskan untuk mengumpulkan dan menutupi jenazah untuk mencegah kerusakan lebih lanjut dan membersihkan kendaraan dari rute dalam persiapan evakuasi warga sipil," kata militer, menambahkan bahwa memindahkan jenazah adalah hal yang wajar 'dalam situasi tersebut', namun menghancurkan kendaraan adalah 'salah'.

"Secara umum, tidak ada upaya untuk menyembunyikan kejadian ini, yang dibahas dengan organisasi internasional dan PBB, termasuk koordinasi untuk pemindahan jenazah."

Kejahatan Perang

Ilustrasi ambulans
Ilustrasi ambulans. (Dok. Pixabay)... Selengkapnya

Presiden PRCS menyatakan terdapat "banyak kontradiksi" dalam versi Israel mengenai pembunuhan paramedis dan tim tanggap darurat.

"Jelas terlihat baik dalam laporan maupun konferensi pers mereka - pasukan pendudukan - terdapat banyak pertentangan," tegas Younis Al-Khatib dalam wawancara dengan Al-Araby TV, Minggu, setelah Israel merilis investigasinya.

Al-Khatib merujuk pada rekaman ponsel yang menunjukkan konvoi ambulans berjalan berbaris rapi dengan lampu depan menyala.

"Antara kalian memang tidak melihat lampu kendaraan sehingga tak menyadari ini ambulans, atau - seperti terbukti dalam video yang beredar - kalian berbohong... Bagaimana mungkin mengklaim tidak melihat apa-apa? Semua bukti yang muncul membongkar kebohongan cerita mereka," paparnya tegas.

Menanggapi peristiwa ini, organisasi tersebut menegaskan, "Ini tidak lain merupakan kejahatan perang yang diatur dalam hukum humaniter internasional - pelanggaran yang terus dilakukan pasukan pendudukan di hadapan mata dunia."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya