Review Buku 'The Yes Brain': Metode Membangun Keberanian, Rasa Ingin Tahu, dan Tangguh pada Anak

Saat anak berada dalam kondisi Yes Brain, mereka cenderung lebih kreatif, penuh rasa ingin tahu, serta mampu mengelola emosi dengan lebih baik.

oleh Ricka Milla Suatin diperbarui 28 Okt 2024, 15:26 WIB
Diterbitkan 28 Okt 2024, 15:26 WIB
Buku The Yes Brain
The Yes Brain oleh Endah Wijayanti.

Liputan6.com, Jakarta Mendidik anak-anak di zaman sekarang menjadi semakin rumit bagi para orangtua. Dengan derasnya arus informasi, perkembangan teknologi yang pesat, serta tekanan sosial yang meningkat, anak-anak sering kali dihadapkan pada kondisi yang bisa menimbulkan stres dan kecemasan.

Selain itu, harapan dari lingkungan sekitar sering kali memberikan tekanan tambahan, membuat mereka merasa terbebani untuk selalu meraih kesuksesan. Oleh karena itu, peran orangtua sangat penting dalam membimbing anak-anak agar tidak hanya berhasil secara akademis, tetapi juga memiliki mental yang kuat dan sehat dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Salah satu cara untuk memaksimalkan perkembangan anak adalah dengan memahami dan menerapkan konsep Yes Brain. Konsep Yes Brain yang diperkenalkan oleh Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson dalam buku The Yes Brain menggambarkan kondisi mental di mana seseorang—khususnya anak-anak—memiliki pola pikir yang terbuka, fleksibel, dan mampu menanggapi tantangan dengan tenang dan positif.

Yes Brain membuat anak lebih berani dalam mengeksplorasi, lebih mudah dalam mempelajari hal-hal baru, dan lebih tangguh ketika menghadapi kegagalan. Saat anak berada dalam kondisi Yes Brain, mereka cenderung lebih kreatif, penuh rasa ingin tahu, serta mampu mengelola emosi dengan lebih baik.

Dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, berikut ini review buku The Yes Brain, Senin (28/10/2024).

The Yes Brain: Metode Membangun Keberanian, Rasa Ingin Tahu, dan Ketangguhan pada Anak

buku the yes brain review
Judul buku: The Yes Brain./doc. Endah Wijayanti

Judul: The Yes Brain: Mengembangkan Keberanian, Keingintahuan, dan Ketangguhan pada Anak

Penulis: Daniel J. Siegel, M.D. dan Tina Payne Bryson, PhD

Penerjemah: Nuraini Mastura

Penyunting: Isthi P. Rahayu

Penyelaras aksara: Nurjaman & Lina Sellin

Penata aksara: Aniza Pujiati

Desainer sampul: @platypo

Ilustrator sampul: Faza

Ilustrator isi: Arya Widyantoro (berdasarkan ilustrasi asli karya Tuesday Mourning)

Cetakan pertama, Juni 2023

Penerbit: Noura Books

Bayangkan betapa tenangnya kehidupan orangtua ketika anak-anak mereka merespons dengan cara yang positif setiap hari—berhubungan baik dengan saudara, rajin menyelesaikan pekerjaan rumah, mematuhi batasan waktu layar, dan menikmati makanan yang disajikan. Mereka terbebas dari drama, sikap defensif, dan penutupan diri. Kemampuan untuk merespons ini disebut oleh Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson sebagai Yes Brain.

Ini bukan tentang mengubah anak menjadi 'robot' yang patuh tanpa kendali diri, tetapi Yes Brain membantu anak menyadari siapa diri mereka, apa yang mereka inginkan di masa depan, dan bagaimana mereka dapat mengatasi kekecewaan dan kekalahan.

Melalui berbagai keterampilan dan aktivitas sehari-hari yang disajikan dalam buku ini, orangtua dapat membantu anak dari segala usia untuk mengembangkan Yes Brain, yang menjadi bekal dalam menumbuhkan keberanian, rasa ingin tahu, dan ketangguhan dalam menghadapi berbagai tantangan.

 

Review Buku: The Yes Brain

Buku The Yes Brain karya Daniel J. Siegel dan Tina Payne Bryson adalah bacaan inspiratif yang penting dimiliki oleh para orangtua dan siapa saja yang peduli terhadap perkembangan optimal anak-anak. Buku ini menawarkan panduan praktis untuk membantu anak mengembangkan pola pikir yang terbuka, tangguh, dan siap menghadapi tantangan hidup. Melalui konsep Yes Brain, penulis mengajak banyak orang untuk lebih memahami bagaimana membentuk anak yang berani, penasaran, dan penuh empati.

Dalam buku ini, Siegel dan Bryson menjelaskan perbedaan antara Yes Brain dan No Brain. Yes Brain adalah kondisi mental di mana seseorang merasa terbuka, fleksibel, dan mampu mengelola stres dengan baik.

Sebaliknya, No Brain cenderung membuat anak bersikap defensif, mudah marah, dan takut. Dengan membantu anak mengembangkan Yes Brain, kamu bisa mendidik mereka agar lebih siap menghadapi berbagai situasi sulit tanpa takut gagal.

Penulis menyoroti empat pilar utama untuk membentuk Yes Brain pada anak, yaitu keseimbangan, ketangguhan, wawasan, dan empati. Keempat elemen ini saling mendukung dalam membangun kecerdasan emosional yang kuat.

Dengan keseimbangan, anak dapat mengendalikan emosinya. Ketangguhan membuat mereka bangkit dari kegagalan, wawasan membantu mereka untuk lebih memahami diri sendiri, dan empati mengajarkan mereka untuk peduli pada orang lain.

Salah satu hal penting dalam buku ini adalah bagaimana mengajarkan anak untuk mengelola stres. Penulis memberikan banyak contoh praktis yang bisa kamu terapkan di rumah. Melalui latihan sederhana seperti mindfulness, anak diajari untuk mengenali dan mengelola emosi mereka, sehingga tidak menjadi reaktif atau terbebani saat menghadapi tekanan.

Tidak hanya itu, The Yes Brain juga mendorong anak untuk lebih berani mencoba hal-hal baru. Buku ini membantu orangtua menciptakan lingkungan di mana anak-anak merasa aman untuk bereksplorasi tanpa takut akan kegagalan. Anak yang tumbuh dengan pola pikir seperti ini akan memiliki rasa ingin tahu yang lebih tinggi dan lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan hidup.

Buku ini sangat mudah dipahami dan penuh dengan strategi yang bisa langsung diterapkan. Kamu akan menemukan berbagai cara untuk membantu anak mengatasi konflik, meredakan emosi negatif, dan membangun ketahanan mental mereka. Semua panduan dalam buku ini didasarkan pada riset ilmiah yang mendalam namun disajikan dengan cara yang ringan dan mudah diikuti.

The Yes Brain adalah bacaan inspiratif yang sangat direkomendasikan bagi orangtua dan siapa saja yang tertarik pada proses tumbuh kembang anak yang optimal. Buku ini tidak hanya membahas cara mendidik anak agar sukses secara akademis, tetapi juga bagaimana membantu mereka tumbuh menjadi individu yang kuat, berempati, dan bahagia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya