Liputan6.com, Jakarta Sholat merupakan tiang agama dan kewajiban utama bagi setiap muslim. Di antara lima waktu sholat wajib, sholat subuh memiliki keistimewaan tersendiri karena dilaksanakan di waktu fajar dan disaksikan oleh para malaikat, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran Surat Al-Isra ayat 78.
Advertisement
Baca Juga
Advertisement
Dalam pelaksanaannya, terdapat beberapa perbedaan bacaan sholat subuh antara pemahaman Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Perbedaan ini bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan, karena keduanya memiliki dasar dan dalil masing-masing yang dapat dipertanggungjawabkan secara syariat.
Artikel ini akan membahas secara detail bacaan sholat subuh menurut kedua ormas Islam terbesar di Indonesia tersebut, lengkap dengan panduan dalam bahasa Arab, latin, dan terjemahannya, sebagaimana telah dirangkum Liputan6.com dari berbagai sumber, Sabtu (9/11/2024).
Niat Sholat Subuh
Niat merupakan rukun pertama dan kunci utama dalam melaksanakan sholat subuh. Sebagaimana kaidah fiqih yang menyatakan "al-umuru bi maqashidiha" (setiap amalan tergantung pada niatnya), maka memulai sholat subuh dengan niat yang benar menjadi sangat penting. Niat sholat subuh dilakukan bersamaan dengan takbiratul ihram, yaitu mengangkat kedua tangan sejajar dengan telinga sambil mengucapkan "Allahu Akbar". Meski niat bisa diucapkan dalam hati, namun bagi yang baru belajar dianjurkan untuk melafalkannya agar lebih mudah mengingat dan memahami maksud dari ibadah yang akan dilakukan.
Bacaan Niat Sholat Subuh
أُصَلِّى فَرْضَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ أَدَاءً لِلَّهِ تَعَالَى
"Ushalli fardhos subhi rok'ataini mustaqbilal qiblati adaa'an lillaahi ta'aala"
Artinya: "Saya berniat melaksanakan sholat fardhu subuh dua rakaat menghadap kiblat karena Allah Ta'ala"
Advertisement
Bacaan Doa Iftitah
Setelah takbiratul ihram dan niat, langkah selanjutnya adalah membaca doa iftitah. Kata "iftitah" berasal dari bahasa Arab yang berarti "pembukaan", sehingga doa ini menjadi gerbang awal komunikasi hamba dengan Allah SWT dalam ibadah sholat. Dalam tradisi Islam di Indonesia, terdapat perbedaan bacaan doa iftitah antara Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU). Keduanya memiliki landasan hadits yang kuat dan telah diamalkan secara turun-temurun. Baik versi Muhammadiyah maupun NU, keduanya mengandung makna pengagungan kepada Allah SWT dan permohonan agar doa dan ibadah kita diterima.
Versi Muhammadiyah
اَللّهُمَّ باَعِدْ بَيْنِى وَبَيْنَ خَطَاياَيَ كَمَا باَعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِاَللّهُمَّ نَقِّنِى مِنَ الْخَطَاياَ كَماَ يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِاَللّهُمَّ اغْسِلْ خَطَاياَيَ باِلْماَءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ.
Allaahumma baa’id bainii wabainaa khotoo yaa ya kamaa baa ‘adta bainal masyriqi wal maghrib. Allaahumma naqqinii minal khotoo yaa kamaa yunqqots tsaubul abyadhuu minaddanas. Allaahummaghsil khotoo yaa ya bil maa i wats tsalji walbarod.
Artinya :“Ya Allah, jauhkanlah antara diriku dan di antara kesalahan-kesalahanku sebagaimana Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan embun.”
Versi NU
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْراً وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْراً وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا . اِنِّى وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَالسَّمَاوَاتِ وَالْااَرْضَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا اَنَا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ . اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ . لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَ لِكَ اُمِرْتُ وَاَنَ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Allaahu akbar Kabiroo Walhamdulillaahi Katsiiraa, Wa Subhaanallaahi Bukratan Wa’ashiilaa, Innii Wajjahtu Wajhiya Lilladzii Fatharas Samaawaati Wal Ardha Haniifan Musliman Wamaa Anaa Minal Musyrikiin. Inna Shalaatii Wa Nusukii Wa Mahyaaya Wa Mamaatii Lillaahi Rabbil ‘Aalamiina. Laa Syariikalahu Wa Bidzaalika Umirtu Wa Ana Minal Muslimiin
Artinya: "Allah maha besar, maha sempurna kebesaran-Nya. Segala puji bagi Allah, pujian yang sebanyak-banyaknya. Dan maha suci Allah sepanjang pagi dan petang. Kuhadapkan wajahku kepada zat yang telah menciptakan langit dan bumi dengan penuh ketulusan dan kepasrahan dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku semuanya untuk Allah, penguasa alam semesta. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan demikianlah aku diperintahkan dan aku termasuk orang-orang yang muslim."
Bacaan Surat Al-Fatihah
Surat Al-Fatihah merupakan rukun sholat yang wajib dibaca pada setiap rakaat, termasuk dalam sholat subuh. Surat ini memiliki kedudukan yang sangat istimewa hingga dijuluki "Ummul Kitab" atau induknya Al-Quran. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda bahwa tidak sah sholat seseorang yang tidak membaca Al-Fatihah. Baik menurut Muhammadiyah maupun NU, membaca Al-Fatihah dalam sholat harus dilakukan dengan tartil (perlahan dan jelas) serta memperhatikan makhraj (tempat keluarnya huruf) dan tajwidnya. Untuk sholat subuh, setelah membaca Al-Fatihah dianjurkan untuk membaca surat atau ayat Al-Quran dengan suara jahr (nyaring) pada kedua rakaatnya.
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
bismillāhir-raḥmānir-raḥīm
اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ
al-ḥamdu lillāhi rabbil-‘ālamīn
الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
ar-raḥmānir-raḥīm
مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ
māliki yaumid-dīn
اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ
iyyāka na’budu wa iyyāka nasta’īn
اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ۙ
ihdinaṣ-ṣirāṭal-mustaqīm
صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَ ࣖ
ṣirāṭallażīna an’amta ‘alaihim gairil-magḍụbi ‘alaihim wa laḍ-ḍāllīn
Ta’min
آمِيْنُ
A-mi-n
Artinya : Kabulkanlah permohonanku.
Dilanjutkan dengan membaca salah satu surat dari Al Qur’an.
Advertisement
Bacaan Rukuk
Rukuk merupakan gerakan membungkukkan badan dengan punggung dan kepala sejajar serta kedua tangan memegang lutut, yang melambangkan penghormatan dan kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah SWT. Gerakan ini disertai dengan bacaan tasbih yang mengagungkan Allah SWT. Dalam pelaksanaannya, baik Muhammadiyah maupun NU memiliki pandangan yang sama tentang tata cara dan bacaan rukuk. Para ulama menganjurkan untuk membaca tasbih rukuk minimal sebanyak tiga kali dengan thuma'ninah (tenang) dan khusyuk. Kesempurnaan rukuk dapat dilihat dari posisi punggung yang lurus dan thuma'ninah dalam membaca bacaannya.
Versi Muhammadiyah
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى
Subhaanaka allaahuma robbanaa wabihamdika allaahumaghfirlii.
Artinya: Maha suci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, ya Allah, aku memohon ampun.
Versi NU
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal 'azhiimi wa bihamdihi
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Agung dan dengan memuji-Nya"
Bacaan I'tidal
I'tidal adalah gerakan bangkit dari rukuk untuk kembali berdiri tegak dengan mengangkat kedua tangan sejajar telinga. Kata "i'tidal" sendiri berasal dari bahasa Arab yang berarti "lurus" atau "tegak", mencerminkan posisi badan yang kembali tegak setelah membungkuk. Gerakan ini dibarengi dengan bacaan "Sami'allahu liman hamidah" yang menunjukkan keyakinan bahwa Allah SWT mendengar pujian setiap hamba-Nya. Dalam pelaksanaannya, baik jamaah Muhammadiyah maupun NU memiliki pemahaman yang sama tentang bacaan i'tidal dan tata caranya. Yang perlu diperhatikan adalah thuma'ninah (tenang) saat melakukannya, tidak tergesa-gesa, serta memastikan seluruh tulang punggung kembali pada posisi tegak sempurna.
Versi Muhammadiyah
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ
"Sami'allaahu liman hamidah. Rabbanaa wa lakal hamdu"
Artinya: "Allah mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Tuhan kami, bagi-Mu segala puji"
Versi NU
سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ
رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءَ السَّمَوَاتِ وَمِلْءَ الْأَرْضِ وَمِلْءَ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ
Sami'allahu liman hamidah. Rabbanaaa lakal hamdu mil-ussamaawaati wa mil-ul-ardhi wa mil-u maa syik-ta min syai-im ba’du.
Artinya: “ Aku mendengar orang yang memuji-Nya. Ya Allah Tuhan Kami, Bagi-Mu lah segala puji, sepenuh langit dan bumi, dan sepenuh barang yang Kau kehendaki sesudah itu”
Advertisement
Bacaan Sujud
Sujud merupakan puncak kekhusyukan dan bentuk penghambaan tertinggi seorang muslim kepada Allah SWT, di mana tujuh anggota tubuh (dahi, kedua telapak tangan, kedua lutut, dan kedua ujung kaki) bersentuhan dengan tanah. Rasulullah SAW bersabda bahwa seorang hamba berada dalam posisi terdekat dengan Allah SWT ketika ia sedang bersujud. Oleh karena itu, selain membaca bacaan sujud yang telah diajarkan, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak doa saat sujud karena peluang dikabulkannya doa dalam posisi ini sangat besar. Dalam hal bacaan dan tata cara sujud, tidak ada perbedaan signifikan antara tuntunan Muhammadiyah dan NU. Yang terpenting adalah melakukannya dengan thuma'ninah (tenang) dan memastikan ketujuh anggota tubuh tersebut benar-benar menyentuh tempat sujud.
Versi Muhammadiyah
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ رَبَّناَ وَبِحَمْدِكَ اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى
Subhaanaka allaahuma robbanaa wabihamdika allaahumaghfirlii.
Artinya: Maha suci Engkau, ya Allah, dan dengan memuji kepada Engkau, ya Allah, aku memohon ampun.
Versi NU
سُبْحَانَ رَبِّىَ الْأَعْلَى وَبِحَمْدِهِ
Subhaana robbiyal a'laa wa bihamdihi
Artinya: "Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi dan dengan memuji-Nya"
Bacaan Duduk Antara Dua Sujud
Duduk antara dua sujud, atau yang dalam istilah fiqih disebut "jalsah al-istirahat", adalah momen penting dalam rangkaian gerakan sholat yang memiliki bacaan khusus. Posisi ini dilakukan setelah sujud pertama dan sebelum sujud kedua, di mana kita duduk dengan cara iftirasy (duduk di atas kaki kiri yang dilipat dengan telapak kaki kanan ditegakkan). Bacaannya mengandung empat permohonan utama kepada Allah SWT: ampunan, kasih sayang, tercukupinya segala kebutuhan, dan petunjuk dalam menjalani kehidupan. Baik menurut Muhammadiyah maupun NU, bacaan ini dilakukan dengan thuma'ninah (tenang) dan pemahaman akan makna yang terkandung di dalamnya, sehingga tidak sekadar melafalkan tetapi juga menghayati setiap permohonan yang diucapkan.
Versi Muhammadiyah
اَللّهُمَّ اغْفِرْلِى وَارْحَمْنِى وَاجْبُرْنِى وَاهْدِنِى وَارْزُقْنِى
Allaahummaghfirlii warhamnii wajburnii wahdinii warzuqnii.
Artinya: Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku, dan berilah rizki untukku.
Versi NU
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي
Robbighfirlii warhamnii wajburnii warfa'nii warzuqnii wahdinii wa 'aafinii wa'fu 'annii
Artinya: "Ya Allah, ampunilah dosaku, rahmatilah aku, perbaikilah aku, berikanlah aku rezeki dan angkatlah derajatku."
Advertisement
Bacaan Tasyahud Awal
Tasyahud awal atau tahiyyat awal merupakan bacaan yang dibaca saat duduk di pertengahan sholat yang jumlah rakaatnya lebih dari dua, termasuk dalam sholat subuh. Meski dalam sholat subuh yang hanya terdiri dari dua rakaat tidak ada tasyahud awal, memahami bacaan ini tetap penting sebagai pengetahuan dasar dalam pelaksanaan sholat wajib lainnya. Kata "tasyahud" berasal dari kata "syahadah" yang berarti persaksian, karena di dalamnya terkandung dua kalimat syahadat yang menjadi fondasi keimanan seorang muslim. Bacaan tasyahud ini merupakan warisan dari perjalanan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, di mana beliau menerima salam penghormatan dari Allah SWT dan kemudian diajarkan kepada umatnya untuk dibaca dalam sholat. Dalam pelaksanaannya, baik Muhammadiyah maupun NU memiliki pandangan yang sama tentang kewajiban membaca tasyahud dalam sholat.
Versi Muhammadiyah
اَلتَّحِيَّاتُ لِلّهِ وَالصَّلَوَاتُ وَالطَّيِّباَتُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهاَ النَّبِيُّوَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُ. اَلسَّلاَمُ عَلَيْناَ وَعَلَى عِباَدِاللهِ الصَّالِحِيْنَأَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهِوَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Attahiyyaatu lillaahi washsholawaatu waththoyyibaat. Assalaamu ‘alaika ayyuhannabiyyu warohmatullaahi wabarokaatuh. Assalaamu’alainaa wa’ala ‘ibaadillaahi shshoolihiin. Asyhadu anlaa ilaaha illallaah waasyhadu annamuhammadan ‘abduhu warosuuluh.
Artinya: Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah. Semoga keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya.
Versi NU
التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ،
Attahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thoyyibaatulillaah. Assalaamu'alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu'alaina wa'alaa ibaadillaahishaalihiin. Asyhaduallaa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammad Rasuulullaah. Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad.
Artinya: "Segala kehormatan, dan keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan itu punya Allah. Keselamatan atas Nabi Muhammad, juga rahmat dan berkahnya. Keselamatan dicurahkan kepada kami dan atas seluruh hamba Allah yang sholeh. Aku bersaksi tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad.
Tasyahud Akhir
Bacaan tasyahud akhir sama dengan tasyahud awal yang ditambah dengan shalawat nabi.
Versi Muhammadiyah
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِ إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَالِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَالِإِبْرَاهِيْمَ. إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Allaahumma sholli ‘alaa Muhammad wa’alaa aali Muhammad. Kamaa shollaita ‘alaa ibroohiim wa aali ibroohiim. Wabaarik ‘alaa Muhammad wa aali Muhammad. Kamaa baarokta ‘alaa ibroohiim wa aali ibroohiim. Innaka hamiidummajiid.
Artinya: Ya Allah, limpahkanlah kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya sebagaimana Kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.
Versi NU
وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ، فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
Wa alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibraahim wa'alaa aali sayyidinaa ibraahim wabaarik 'alaa sayyidinaa muhammad wa 'alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa ibraahiim wa 'alaa aali sayyidina Ibraahiim fil'aalamiina innaka hamiidum majiid.
Artinya : "Ya Allah. Limpahilah rahmat atas keluarga Nabi Muhammad. Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia".
Advertisement
Doa sesudah Tasyahud Akhir
اَللّهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ, وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ, وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْياَ وَالْمَمَاتِ, وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيْحِ الدَّجَّالِ
Allaahumma innii a’uudzubika min ‘adzaabi jahannam. Wamin ‘adzaabil qobri. Wamin fitnatil mahyaa walmamaati. Wamin syarri fitnatil masiihiddadjaal.
Artinya: Ya Allah aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam dan siksa kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah dajjal (pengembara yang dusta).
Bacaan Salam
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
"Assalaamu'alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh"
Artinya: "Semoga keselamatan, rahmat Allah dan berkah-Nya terlimpah kepadamu"
Perbedaan Utama Bacaan Sholat Subuh Muhammadiyah dan NU
Selain yang telah disebutkan di atas, perbedaan bacaan sholat subuh di antara pemahaman Muhammadiyah dan NU adalah doa qunut. NU membaca doa qunut pada rakaat kedua setelah i'tidal, sementara Muhammadiyah tidak. Adapun bacaanb doa qunut adalah sebagai berikut:
اَللّهُمَّ اهْدِنِىْ فِيْمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِى فِيْمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِىْ فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِىْ فِيْمَا اَعْطَيْتَ وَقِنِيْ شَرَّمَا قَضَيْتَ فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ وَاَسْتَغْفِرُكَ وَاَتُوْبُ اِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ
Allahummahdini fî man hadait, wa ‘âfini fî man ‘âfait, wa tawallanî fî man tawallait, wa bâriklî fî mâ a‘thait, wa qinî syarra mâ qadhait, fa innaka taqdhî wa lâ yuqdhâ ‘alaik, wa innahû lâ yazillu man wâlait, wa lâ ya‘izzu man ‘âdait, tabârakta rabbanâ wa ta‘âlait, fa lakal hamdu a’lâ mâ qadhait, wa astagfiruka wa atûbu ilaik, wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ muhammadin nabiyyil ummiyyi wa ‘alâ âlihi wa shahbihi wa sallam
Artinya: “Ya Allah, berikanlah petunjuk kepada kami sebagaimana mereka yang telah Engkau tunjukkan. Dan berilah kesehatan kepada kami sebagaimana mereka yang Engkau telah berikan kesehatan. Dan peliharalah kami sebagaimana orang yang telah Engkau peliharakan. Dan berilah keberkahan kepada kami pada apa-apa yang telah Engkau karuniakan. Dan selamatkan kami dari bahaya kejahatan yang Engkau telah tentukan. Maka sesungguhnya Engkaulah yang menghukum dan bukan terkena hukum. Maka sesungguhnya tidak hina orang yang Engkau pimpin. Dan tidak mulia orang yang Engkau memusuhinya. Maha Suci Engkau wahai Tuhan kami dan Maha tinggi Engkau. Maha bagi Engkau segala pujian di atas yang Engkau hukumkan. Aku memohon ampun dari Engkau dan aku bertaubat kepada Engkau. (Dan semoga Allah) mencurahkan rahmat dan sejahtera untuk junjungan kami Nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.”
Meskipun terdapat beberapa perbedaan dalam bacaan sholat subuh antara Muhammadiyah dan NU, esensi dari ibadah sholat tetap sama. Yang terpenting adalah kita menjalankan sholat dengan khusyuk dan sesuai dengan tuntunan yang kita yakini kebenarannya. Perbedaan ini merupakan rahmat dan memberikan kemudahan bagi umat Islam dalam menjalankan ibadahnya.
Advertisement