Liputan6.com, Jakarta Pihak berwenang di Thailand tengah menyelidiki sejumlah biksu setelah penemuan 85 jenazah di dua kuil dan satu biara. Jenazah-jenazah tersebut diduga digunakan untuk tujuan meditasi dan pengajaran mindfulness kepada anak-anak.
Dilansir Liputan6.com dari Mothership, Jumat (29/11/2024), penemuan pertama terjadi pada 20 November di sebuah kuil di distrik Chanu Woralak Buri, Provinsi Kamphaeng Phet.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Menurut media lokal The Nation, penggerebekan dilakukan setelah sebuah halaman Facebook komunitas setempat melaporkan bahwa kuil tersebut menggunakan jenazah untuk kegiatan pengajaran aneh kepada anak-anak.
Dalam penggerebekan tersebut, otoritas Thailand menemukan 12 jenazah yang terkubur di area kuil. Empat di antaranya dalam kondisi membusuk, sementara delapan lainnya hanya tersisa tulang belulang.
Pada 23 November, kepala biara kuil itu mengakui bahwa jenazah tersebut digunakan dalam kelas meditasi untuk membantu anak-anak mengembangkan konsentrasi dan mindfulness.
Ia juga mengklaim bahwa semua jenazah tersebut telah didonasikan secara sukarela oleh keluarga mereka untuk tujuan meditasi, sebagaimana dilaporkan oleh Thai PBS World.
Penyelidikan atas legalitas penggunaan jenazah
Polisi kini meminta staf kuil untuk memberikan bukti bahwa jenazah-jenazah tersebut telah dipindahkan secara legal. Jika tidak dapat membuktikan, mereka akan menghadapi tuduhan mencuri dan menyembunyikan jenazah.
Sejauh ini, setidaknya satu keluarga telah memberikan kesaksian kepada polisi bahwa mereka mendonasikan jenazah anggota keluarga mereka untuk "latihan dharma." Meski begitu, penyelidikan masih berlanjut untuk memastikan tidak ada pelanggaran hukum dalam penggunaan jenazah ini.
Setelah penggerebekan pertama, otoritas Thailand kembali melakukan razia di lokasi lain yang terlibat dalam praktik meditasi menggunakan jenazah. Pada 23 November, penggerebekan dilakukan di Biara Pa Nakhon Chaibovorn, Provinsi Phichit, setelah sejumlah biksu melaporkan aktivitas tersebut kepada pihak berwenang.
Advertisement
Penggunaan Jenazah sebagai Teknik Meditasi
Dalam razia tersebut, ditemukan 41 jenazah di area biara. Kepala biara, Phra Ajarn Saifon Phandito, mengakui bahwa penggunaan jenazah merupakan bagian dari "teknik meditasi" yang dikembangkannya. Menurutnya, teknik ini telah diajarkan kepada banyak orang, termasuk para kepala biara dan biksu lainnya.
Saifon menjelaskan kepada media bahwa para praktisi meditasi menggunakan paviliun yang berisi peti mati dengan jenazah di dalamnya. Ia mengklaim bahwa tubuh-tubuh tersebut didonasikan oleh keluarga anggota umat yang setia.
Namun, otoritas Thailand masih mengumpulkan data terkait keberadaan jenazah tersebut untuk memastikan apakah ada pelanggaran hukum. Kantor Nasional Agama Buddha di Thailand juga diminta untuk mengevaluasi praktik ini, guna menilai apakah hal tersebut bertentangan dengan prinsip-prinsip ajaran Buddha.
Tuai kontroversi: bertentangan dengan norma sosial dan agama
Pada 26 November, kuil Wat Pa Sivilai, yang terletak di Provinsi Phichit, juga digerebek karena memiliki hubungan dengan Biara Pa Nakhon Chaibovorn. Dalam penggerebekan tersebut, ditemukan 32 jenazah yang diduga digunakan untuk meditasi.
Kepala biara Wat Pa Sivilai menyatakan bahwa beberapa jenazah disumbangkan secara sukarela oleh individu yang telah mencantumkan keinginannya dalam surat wasiat. Ia juga menyerahkan dokumen berupa akta kematian dan surat donasi kepada pihak berwenang untuk diverifikasi.
Namun, kuil ini menghadapi tuduhan berdasarkan Undang-Undang Pemakaman dan Krematorium Thailand terkait penanganan jenazah yang tidak sesuai prosedur.
Kasus ini terus diselidiki untuk memastikan legalitas praktik meditasi menggunakan jenazah, yang menuai kontroversi karena bertentangan dengan norma sosial dan agama.
Advertisement