Trump Sebut Rencana Ingin Ambil Alih Gaza: Warga Palestina Tidak Bisa Kembali Lagi

Trump menyebut warga Palestina tak bisa kembali ke Gaza. Rencana ini menuai kecaman dan bisa memicu konflik lebih besar.

oleh Andre Kurniawan Kristi diperbarui 13 Feb 2025, 12:44 WIB
Diterbitkan 13 Feb 2025, 12:44 WIB
Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)
Presiden ke-47 AS Donald Trump menandatangani sejumlah perintah eksekutif setelah dilantik. (AFP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Presiden Amerika Serikat, Donald Trump kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial terkait konflik di Gaza. Dalam wawancara bersama Fox News, Trump menyebut bahwa dirinya memiliki rencana untuk "mengambil alih Gaza" dan menjadikannya sebagai proyek real estate masa depan. Namun, yang lebih mengejutkan adalah pernyataan bahwa warga Palestina yang telah mengungsi tidak akan diperbolehkan kembali ke wilayah tersebut.

Pernyataan ini langsung memicu kemarahan banyak pihak, terutama dari negara-negara Arab dan komunitas internasional. Banyak yang menilai bahwa kebijakan ini tidak hanya merugikan warga Palestina, tetapi juga melanggar hukum internasional.

Rencana Trump ini juga menimbulkan banyak pertanyaan mengenai kelangsungan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Sementara Trump menegaskan bahwa Gaza akan dibangun ulang sebagai wilayah baru, banyak pihak menilai ini sebagai upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah mereka sendiri. Bagaimana kronologi pernyataan Trump ini dan apa dampaknya bagi konflik di Timur Tengah? Berikut penjelasan lengkapnya.

Trump Umumkan Rencana Ambisius untuk Gaza

Donald Trump pertama kali mengungkapkan rencananya terkait Gaza dalam sebuah pertemuan dengan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Dalam kesempatan itu, ia menyampaikan gagasan tentang mengambil alih Gaza dan menjadikannya sebagai wilayah baru yang lebih modern. Menurutnya, Gaza dapat dikembangkan menjadi "real estate development for the future," yang akan membawa manfaat ekonomi.

Namun, bagian yang paling kontroversial dari rencana ini adalah penghapusan hak kembali bagi warga Palestina yang saat ini berada di pengungsian. Trump menyatakan bahwa mereka akan diberikan tempat tinggal baru di lokasi lain, di luar Gaza.

Pernyataan ini langsung mendapat respons keras dari berbagai pihak, termasuk kelompok hak asasi manusia dan organisasi internasional. Banyak yang menilai bahwa langkah ini sama saja dengan pembersihan etnis dan penghapusan identitas Palestina dari Gaza.

Respons Dunia terhadap Pernyataan Trump

Pernyataan Trump tentang Gaza langsung menuai reaksi keras dari komunitas internasional. Banyak negara Arab yang mengecam rencana ini, terutama karena dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap pendudukan Israel di wilayah Palestina.

Mesir dan Yordania, dua negara yang berbatasan langsung dengan Palestina, menegaskan bahwa mereka tidak akan menerima rencana relokasi warga Palestina ke wilayah mereka.

Selain itu, berbagai organisasi hak asasi manusia juga menegaskan bahwa pemindahan paksa suatu kelompok dari tanahnya sendiri melanggar hukum internasional. Bahkan PBB menyatakan bahwa rencana ini berpotensi menjadi kejahatan perang.

Dampak pada Gencatan Senjata Israel-Hamas

Di tengah kontroversi yang sedang berlangsung, gencatan senjata antara Israel dan Hamas justru semakin terancam. Beberapa jam setelah pernyataan Trump, Israel dilaporkan melanggar kesepakatan dengan menembak mati beberapa warga Palestina di Gaza.

Sebagai respons, sayap militer Hamas, Brigade Al Qassam, menyatakan bahwa mereka akan menunda pertukaran tahanan sebagai bentuk protes terhadap tindakan Israel.

Situasi ini semakin memperumit upaya mediasi yang sedang dilakukan oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat. Dengan kondisi yang semakin memanas, banyak pihak khawatir bahwa perang akan kembali pecah di wilayah Gaza.

Rencana Trump: Solusi atau Ancaman?

Trump berulang kali menyebut bahwa rencana ini adalah solusi terbaik untuk menyelesaikan konflik Gaza. Ia bahkan mengklaim bahwa proyek pembangunan ini akan membuka peluang ekonomi dan investasi di Timur Tengah.

Namun, banyak pihak yang meragukan niat sebenarnya di balik kebijakan ini. Beberapa analis politik menyebut bahwa Trump lebih memikirkan keuntungan ekonomi daripada kepentingan kemanusiaan.

Sementara itu, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu tampaknya mendukung penuh gagasan ini. Menurut beberapa sumber, Netanyahu melihat peluang untuk memperkuat pengaruh Israel di wilayah tersebut dan menghapus keberadaan Palestina dari Gaza.

Pertanyaan & Jawaban Seputar Isu Ini

1. Apakah warga Palestina benar-benar tidak bisa kembali ke Gaza?

Trump menyatakan bahwa mereka akan diberikan tempat tinggal baru di luar Gaza, tetapi komunitas internasional belum menerima keputusan ini secara resmi.

2. Bagaimana dampak rencana ini terhadap konflik Israel-Palestina?

Banyak pihak menilai bahwa rencana ini justru memperburuk situasi, mengancam gencatan senjata, dan meningkatkan ketegangan di Timur Tengah.

3. Apa yang dikatakan PBB tentang rencana ini?

PBB menyatakan bahwa pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza bisa dikategorikan sebagai kejahatan perang dan pembersihan etnis.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya