Liputan6.com, Jakarta Desa Wisata Penglipuran, yang terletak di Kabupaten Bangli, Bali, kembali mencuri perhatian dunia internasional berkat keteguhannya dalam melestarikan budaya dan menjaga kebersihan lingkungan. Tak sekadar menjadi destinasi wisata yang asri, Penglipuran kini menyandang predikat bergengsi sebagai salah satu dari UNWTO Best Tourism Villages 2023, sebuah pengakuan dari Organisasi Pariwisata Dunia di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Keberhasilan ini bukan sekadar hasil promosi pariwisata biasa. Ini adalah buah dari kesadaran kolektif masyarakat desa dalam menerapkan nilai-nilai luhur warisan leluhur, seperti gotong royong dan keberlanjutan. Penghargaan ini juga membuka peluang lebih besar bagi desa-desa lain untuk belajar dan meniru jejak sukses Penglipuran dalam membangun pariwisata berbasis komunitas.
1. Warisan Leluhur Sejak Abad ke-13
Desa Penglipuran bukanlah desa modern hasil desain wisata kontemporer. Desa ini sudah eksis sejak abad ke-13 dan merupakan desa adat yang mewarisi tatanan kehidupan dari kerajaan Bangli di masa lampau. Pemerintah kemudian menetapkannya sebagai desa wisata pada tahun 1993.
Keaslian inilah yang menjadi daya tarik luar biasa bagi wisatawan domestik maupun mancanegara. Tradisi dan struktur sosial masyarakatnya tetap dijaga seperti dahulu kala, menjadikan desa ini hidup sebagai museum budaya yang masih berfungsi penuh.
Advertisement
2. Penghargaan Tingkat Dunia
Pada Oktober 2023, Desa Penglipuran diumumkan sebagai salah satu dari 54 desa terbaik dunia dalam ajang UNWTO Best Tourism Villages. Ini merupakan program yang menyoroti desa-desa dengan potensi tinggi dalam pariwisata berkelanjutan, pelestarian budaya, dan pemberdayaan komunitas lokal.
Penghargaan ini menjadi satu motivasi masyarakat Penglipuran untuk tetap menjaga dan melestarikan tradisi dan budaya.
3. Filosofi Tri Hita Karana yang Jadi Pondasi
Keberhasilan Desa Penglipuran bukan hanya soal tampilan, melainkan filosofi hidup yang diterapkan warga: Tri Hita Karana, konsep harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan. Konsep ini tertanam dalam struktur desa, budaya sosial, dan cara hidup warganya sehari-hari.
Kebijakan lokal melarang kendaraan bermotor masuk ke desa. Sampah pun dikelola dengan disiplin tinggi, dengan tempat sampah disediakan tiap 30 meter. Semua ini dilakukan untuk menjaga kesucian lingkungan dan menciptakan pengalaman otentik bagi wisatawan.
Advertisement
4. Atraksi Budaya dan Festival Penglipuran yang Menghidupkan Tradisi
Desa Penglipuran tidak hanya dikenal karena keindahan visualnya, tetapi juga kekayaan budaya yang masih lestari dan terus ditampilkan dalam bentuk pertunjukan serta festival tahunan. Salah satu yang paling terkenal adalah Penglipuran Village Festival, yang rutin diadakan setiap akhir tahun.
Festival ini menampilkan berbagai kesenian khas Bali seperti tari-tarian sakral, upacara adat, serta kuliner tradisional. Semua acara ini melibatkan seluruh warga desa, termasuk anak-anak dan lansia, mencerminkan keterlibatan aktif masyarakat dalam menjaga identitas budaya mereka. Inilah bentuk nyata dari pariwisata berbasis komunitas yang diakui dunia.
5. Tata Ruang dan Arsitektur yang Unik
Desa Penglipuran juga mempertahankan tata ruang tradisional Tri Mandala: Utama Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Masing-masing memiliki fungsi spiritual, sosial, dan fungsional tersendiri. Desa ini juga dikenal dengan "angkul-angkul" – gerbang rumah yang seragam dan merepresentasikan kesetaraan antar warga.
Selain itu, terdapat hutan bambu yang masih alami, serta dua pura besar sebagai pusat aktivitas religius masyarakat.
Advertisement
6. Lokasi Model Revolusi Mental di Era Digital
Pada tahun 2024, Desa Penglipuran dipilih sebagai lokasi utama Gathering Digital Generasi Z (GenDi) Revolusi Mental. Acara ini menunjukkan bahwa desa bukan hanya simbol masa lalu, tetapi juga bagian dari strategi nasional dalam menghadapi masa depan.
Desa Penglipuran menggambarkan implementasi nilai-nilai revolusi mental di era digital. Generasi muda harus belajar dari sini untuk menjadi agen perubahan melalui media sosial.
Pertanyaan Seputar Topik
Apa yang membuat Desa Penglipuran istimewa?
Desa ini mengusung konsep kehidupan yang harmonis, tata ruang tradisional, dan keteguhan menjaga kebersihan serta budaya lokal.
Mengapa desa ini mendapat pengakuan internasional?
Karena memenuhi tiga pilar utama UNWTO: pelestarian budaya, pemberdayaan komunitas, dan keberlanjutan lingkungan.
Apakah desa ini bisa dikunjungi wisatawan?
Ya, bahkan desa ini telah menjadi destinasi utama bagi wisatawan domestik dan internasional, namun tetap dijaga agar tidak over-tourism.
Advertisement
