Puisi Satire Fadli Zon Dinilai Kontradiktif

Pakar komunikasi politik Emrus Sihombing menilai, secara konten puisi-puisi satire yang dibuat Fadli terlihat kontra logika.

oleh Widji Ananta diperbarui 04 Apr 2014, 16:37 WIB
Diterbitkan 04 Apr 2014, 16:37 WIB
4-tokoh-politik-140104b.jpg
Untuk membuat bangsa Indonesia lebih baik diperlukan pemimpin yang kuat dan yang mampu menerima koreksi ujar Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Fadli Zon (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Perseteruan politisi jelang Pemilu 2014 kian memanas. Karya seni pun dijadikan alat menyindir lawan politik, seperti yang dilakukan Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon yang membuat puisi bernada satire.

Pakar komunikasi politik Universitas Pelita Harapan (UPH) Emrus Sihombing menilai, secara konten puisi-puisi satire yang dibuat Fadli terlihat kontra logika. Dengan perkataan yang abstrak, puisi milik Fadli hanya inkonsistensi.

"Saya melihat puisi ini inkonsistensi. Coba dilihat pada bait ke 2. Boneka tak bersuara kecuali satu dua kata, nah ini kontra logika, satu dua kata tetap saja bersuarakan. Kemudian boneka tak punya hati, karena benda mati ya semua orang juga tahu, boneka memang benda mati," ujarnya kepada Liputan6.com di Jakarta, Jumat (4/4/2014).

Kemudian, lanjut Emrus, puisi ini seperti dibuat secara tergesa-gesa sehingga tidak memunculkan suatu alur yang mengalir. Menurutnya, puisi ini bisa dikatakan kontradiktif.

"Yang membuat ini terlalu terburu. Sehingga tidak memunculkan puisi yang bagus. Kontradiktif. Pembuatan ini tergesa-gesa, boleh jadi karena segera di publikasi," katanya.

Kemudian karya seni Fadli Zon sebagai seorang sastrawan, kata Emrus, tidak eksplisit. Karena dalam puisinya tidak menyebutkan secara nyata siapa 'boneka' yang dimaksud. Tidak sesuai fakta karena hanya abstrak.

"Langsung saja. Bukain fakta. Jangan boneka. Serangan ini hanya pada tingkat abstrak. Kalau memang Jokowi yang disebutkan," tukas Emrus.

Berikut isi lengkap puisi Fadli Zon yang berjudul 'Sajak Tentang Boneka':

Sebuah boneka
berbaju kotak merah muda
rebah di pinggir kota

boneka tak bisa bersuara
kecuali satu dua kata
boneka tak punya wacana
kecuali tentang dirinya
boneka tak punya pikiran
karena otaknya utuh tersimpan
boneka tak punya rasa
karena itu milik manusia
boneka tak punya hati
karena memang benda mati
boneka tak punya harga diri
apalagi nurani

dalam kamus besar boneka
tak ada  kata jujur, percaya dan setia
boneka bebas diperjualbelikan
tergantung penawaran
boneka jadi alat mainan
bobok-bobokan atau lucu-lucuan
boneka mengabdi pada sang tuan
siang dan malam

boneka bisa dipeluk mesra
boneka bisa dibuang kapan saja

sebuah boneka
tak punya agenda
kecuali kemauan pemiliknya

Fadli Zon, 3 April 2014

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya