Ketua DKPP: Ekspresi Prabowo Jangan Ditafsir Terlalu Jauh

"Ekspresi kekecewaan itu bukan hanya individual Prabowo saja. Tapi ini ekspresi menyuarakan perasaan umumnya 47 persen."

oleh Taufiqurrohman diperbarui 24 Jul 2014, 05:27 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2014, 05:27 WIB
 Pemilu Serentak 2019, Jimly: Aman, KPU Nggak Pusing
Ketua DKPP Jimly Asshiddiqie (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Sikap capres nomor urut 1 Prabowo Subianto yang menarik diri dari proses rekapitulasi perolehan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 2014, menurut Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) Jimly Asshiddiqie dapat dinilai beragam. Meski begitu, menurutnya tafsiran secara moderat lebih pas dalam menyikapi sikap tersebut.

"Menarik diri atau mengundurkan diri ini istilah beda-beda. Bisa kita tafsirkan makna substansial, bisa juga gramatikal. Kata demi kata. Tentu itu yang bisa Prabowo sendiri, nah marilah kita moderatnya saja," kata Jimly di Ruang sidang DKPP, Gedung Bawaslu Lantai 5, Jakarta, Rabu (23/7/2014).

Menurutnya, penafsiran secara moderat itu harus pula dengan pemahaman bahwa ekspresi kekecewaan yang dikeluarkan Prabowo mewakili kekecewaan seluruh rakyat yang memberikan suara padanya.

"Memahami ini, ekspresi kekecewaan itu bukan hanya individual Prabowo saja. Ini ekspresi menyuarakan perasaan umumnya 47 persen, hampir 70 juta sendiri yang saat (proses) berlangsung agak emosi, harus menghormati perbedaan itu," ujarnya.

Perasaan kecewa itu menurut mantan Ketua MK itu harus dikelola dengan baik. Salah satunya adalah dengan tidak memberikan tafsir yang terlalu berlebihan terhadap pilihan yang diambil pasangan nomor urut 1 itu.

"Kita juga harus mengelola perasaan kecewa itu, ekspresi ini jangan juga ditafsir terlalu jauh, tidak sama dengan perbuatan mengundurkan diri yang diancam pidana," tandas Jimly.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya