Liputan6.com, Brebes - Kesejukan menyambut siapapun yang singgah di pondok pesantren modern Al Falah di Desa Jatirokeh, Kecamatan Songgom, Brebes, Jawa Tengah. Puluhan saung berdiri di berbagai sudut dikitari tetumbuhan rindang dan diapit gedung kelas, masjid, dan asrama yang berdiri megah.
Santri putra tengah membaca kitab sambil menerawang ke langit, sebagai pertanda sedang menghafal sesuatu. Santri yang lain bercengkrama di saung yang lain sambil sesekali menabuh terbang dengan irama nadoman.
"Empat tahun terakhir ini, alhamdulillah santri terus bertambah suasana yang nyaman dan bersih," ujar pengasuh pesantren modern Al Falah KH Moh Nasrudin, Senin, 21 Mei 2018.
Advertisement
Kiai yang juga mantan anggota DPR RI ini menjelaskan, sejak berdiri 2012 pondoknya berangsur-angsur mendapatkan santri dari berbagai daerah. Setelah tidak berpolitik praktis empat tahun terakhir, ia fokus mengasuh santri.
"Tahun pelajaran baru ini, sudah ada 400 santri baru dan memang dibatasi mengingat ketersediaan ruang yang belum memadai," kata dia.
Baca Juga
Hingga kini, jumlah santri yang diasuh sebanyak 1.050 santri. Tiap santri menempati kamar besar berukuran 56 meter persegi dengan jumlah penghuni 15 santri dengan pengasuh sebanyak 32 asatidz dari berbagai daerah.
Dalam pembelajarannya, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab menjadi program inti serta mendalami quroatul qutub atau pendalaman kitab kuning. Keterampilan tersebut menjadi jalan para santri mudah diterima di perguruan tinggi negeri (PTN). Buktinya, hampir 80 persen santri masuk PTN.
Menjaga lingkungan pondok yang bersih, lanjutnya, menjadi daya dorong tersendiri agar santri bisa belajar dengan baik pula. Santri juga disediakan air mineral dan makanan yang higienes dengan intensif mendatangkan tenaga kesehatan dan ruang kesehatan tersedia bila santri membutuhkan perawatan kesehatan.
Yang membanggakan, kata Kaji Nas, demikian sapaan akrabnya, di ponpes modern Al Falah tersedia Madrasah Diniyah Khusus (Madinus) yang diperuntukan bagi santri yang sama sekali belum mengenal tentang diniyah (keagamaan).
Dia menenangkan para orangtua siswa agar tidak perlu khawatir tentang masa depan anak yang mondok. Menurutnya, pemerintah telah berpihak kepada pondok pesantren dengan mengakomodasi lulusan ponpes sebagai tenaga ahli di berbagai institusi, seperti Polri, TNI, perbankan, dan kedokteran.
Bahkan, beasiswa keluar negeri tersedia bagi anak-anak pondok dan mendapat prioritas masuk perguruan tinggi negeri. "Salah seorang santri kami, mendapat beasiswa belajar kedokteran di salah satu perguruan tinggi di China," ungkapnya.
Khusus Ramadan ini, pesantren menjadikannya sebagai ajang mendalami Alquran dengan menetapkannya sebagai Bulan Quran. Maka itu, seluruh santri berkonsentrasi menghafal Alquran.
"Selama 21 hari, dia berharap ada santri yang mampu menghafal Quran entar berapa juz. Saya berharap hafiz hafizah lahir dari sini juga," tutur dia.
Para siswa SMK juga selama Ramadan membaca Kitab Fiqih Fatkhul dan Bidayatul Hidayah melalui ngaji pasaran. Yang tidak kalah penting, selama bulan Ramadan, para Asatidz dan Asatidzah dari Darul Maarif Indramayu belajar Nahwu Shorof metode 100 jam.
"Metode ini diberikan kepada para asatidz asatidzah bisa membaca kitab kuning dalam tempo 100 jam saja," kata dia.
Saksikan video pilihan berikut ini: