Mengintip Mentari Pagi dari Bilik 'Kamar Pengantin' Goa Cokro Gunungkidul

Begitu sampai di dalam Goa Cokro Gunungkidul, pesona pemandangan yang disajikan benar-benar menakjubkan.

diperbarui 03 Jun 2018, 06:02 WIB
Diterbitkan 03 Jun 2018, 06:02 WIB
Gua Cokro Gunungkidul
Gua Cokro Gunungkidul. (Times Indonesia/Istimewa)

Yogyakarta - Pesona Gunungkidul tak terlepas dari banyaknya gua yang tersebar di wilayah ini. Salah satu sensasi pemandangan perut bumi yang bisa membuat pengunjung berdecak kagum adalah Goa Cokro.

Goa Cokro adalah gua vertikal dengan kedalaman sekitar 20 meter. Lokasinya berada di Dusun Blimbing, Desa Umbulrejo, Gunungkidul. Sensasi langsung dirasakan saat akan memasuki salah satu situs yang menjadi bagian dari Geopark UNESCO ini.

Pantauan Times Indonesia, "gerbang" yang bisa digunakan untuk masuk ke Goa Cokro ada dua. Dua-duanya berbentuk lubang dengan diameter dua meter. Namun, hanya satu gerbang atau akses masuk yang digunakan dengan alasan keamanan.

Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi yang merasakan sensasi ini mengaku terpana. "Luar biasa ini. Sangat menantang adrenalin," katanya saat mencoba destinasi wisata ini.

Kendati butuh nyali, pengunjung tetap aman menikmati petualangan perut bumi Handayani yang oleh warga setempat dikenal dengan Luweng Cokro ini. Peralatan dan standar keamanan sudah sesuai ketentuan internasional. Pengunjung diwajibkan mengenakan harness, sepatu boot, dan helm pengaman.

Sebelum masuk goa dan menikmati sensasi di dalamnya, semua pengunjung mendapat penjelasan dari instruktur. Mendapat beberapa petunjuk singkat dari pengelola kemudian baru diturunkan satu persatu. Pengelola membatasi sepuluh orang dalam satu kelompok.

Hanya butuh waktu lima menit sebelum menjejakkan kaki di Goa Cokro ini. Begitu sampai di dalam perut bumi, pesona pemandangan yang disajikan benar-benar menakjubkan.

Sinar matahari yang masuk dari gerbang masuk, membentuk berkas sinar lurus. Orang-orang menyebutnya sebagai pancaran "Sinar dari Surga." Suasana di dalam gua pun jadi terasa kian magis.

Menurut Ketua Kawasan Desa Wisata Umbulrejo Nugroho Catur Warsono lokasi wisata yang dibuka sejak 2010 ini masih relatif kurang populer di kalangan wisatawan domestik. Namun, bagi wisatawan mancanegara, tempat ini sudah tersohor. Terutama bagi komunitas penggemar eksplorasi gua. Beberapa komunita dari luar negeri kabarnya pernah berkunjung ke sini.

Di dalam goa, pengunjung diajak berkeliling mengeksplorasi beragam keindahan yang ada di dalam gua. Beragam kejutan menarik menyambut pengunjung. Mulai dari batuan alam berupa stalaktit dan stalakmit hingga batu berbentuk mirip kepala singa.

Lalu ada pula bagian gua berbentuk bilik yang disebut sebagai 'Kamar Pengantin'. Konon lokasi ini menjadi tempat penyimpanan beragam benda dan senjata pusaka tak kasat mata.

 

Baca berita menarik lainnya dari Times Indonesia di sini.

 

Guratan Unik Dinding Gua

Gua Cokro Gunungkidul
Gua Cokro Gunungkidul. (Times Indonesia/Istimewa)

Namun, yang paling menawan adalah salah satu dinding gua yang dihiasi motif alami berupa garis-garis gelombang indah. Menurut Kepala Seksi Promosi dan Informasi Dinas Pariwisata Gunungkidul Purnomo Sumardamto pola tersebut mirip pola yang ada dalam lukisan 'The Scream' karya Edvard Munch.

Rencananya, pemerintah kabupaten Gunungkidul akan menjadikan guratan alam ini sebagai motif batik geopark.

Goa Cokro ini bisa menjadi tempat wisata bagi mereka yang mencari pengalaman unik tak terlupakan. Namun, untuk bisa melakukan eksplorasi goa, pengunjung harus melakukan reservasi minimal seminggu sebelumnya.

Dengan biaya kurang lebih satu juta rupiah untuk sepuluh orang, pengunjung akan mendapatkan peralatan keamanan dan pemandu, serta minum dan makanan ringan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul serius untuk mengembangkan destinasi ini. Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi meminta semua aparat pemkab turun ke bawah. Melihat langsung permasalahan di lapangan.

Misalnya, Dinas Pekerjaan Umum melihat bagaimana akses jalan menuju lokasi. Perlu perbaikan apa tidak. Atau Dinas Perhubungan menangani penerangan jalan umum (PJU) nya bagaimana. Perlu ditambah lampu atau tidak.

Immawan juga menegaskan bahwa pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat. "Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat harus menjadi prioritas agar manfaatnya langsung dirasakan masyarakat," tandas Immawan.

Salah satunya Goa Cokro yang menjadi Pesona Gunungkidul sesungguhnya. Mau coba?

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya