Duar!! Serunya Perang Meriam Bambu pada Malam Nuzulul Quran di Cilacap

Jeblugan atau meriam bambu biasa dimainkan anak-anak dan remaja pada bulan Ramadan dan menyambut hari besar umat Islam lainnya di Cilacap.

oleh Muhamad Ridlo diperbarui 02 Jun 2018, 21:03 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2018, 21:03 WIB
Festival Jeblugan atau meriam bambu digelar di Desa Sindangsari, Majenang, Cilacap menjelang malam Nuzulul quran, 17 Ramadan 1439 Hijriyah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Festival Jeblugan atau meriam bambu digelar di Desa Sindangsari, Majenang, Cilacap menjelang malam Nuzulul quran, 17 Ramadan 1439 Hijriyah. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Liputan6.com, Cilacap - Jeblugan, permainan anak-anak berupa meriam bambu sederhana kini mulai punah. Ia tersingkir oleh petasan yang terbuat dari kertas dan bubuk mesiu.

Ada dua bahan bakar yang biasa dipakai. Karbit atau minyak tanah. Karbit dipotong dalam ukuran kecil, kemudian dicampur air dan dimasukkan ke meriam bambu.

Apabila memakai minyak tanah. Minyak cukup dimasukkan ke dalam bambu, kemudian di ujungnya disulut dengan api.

Jeblugan biasanya dibuat dari bambu besar dan berkulit tebal dan liat. Pasalnya, kekuatan ledak meriam bambu kadang membuat bambu pecah.

Cara membuatnya pun sederhana. Bambu dipotong beberapa ruas. Ruas bambu dilubangi, kecuali ruas terakhir di mana ada lobang sumbu.

"Dhuarrr!!" suara menggelegar.

Pada masa jayanya, jeblugan atau meriam bambu biasa dimainkan anak-anak dan remaja pada bulan Ramadan dan menyambut hari besar umat Islam lainnya. Lantas ia pun menjadi tradisi.

Upaya Melestarikan Tradisi

Jeblugan atau meriam bambu sempat menjadi tradisi menjelang hari raya besar Islam. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Jeblugan atau meriam bambu sempat menjadi tradisi menjelang hari raya besar Islam. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)

Sayangnya, beberapa tahun terakhir ini, nyaris tak ada yang memainkan tradisi leluhur ini. Ia ditelan permainan yang dianggap lebih kekinian.

Warga Dusun Sokasari Desa Sindangsari Kecamatan Majenang, Cilacap, Jawa Tengah berupaya menghidupkan kembali permainan yang nyaris punah ini. Festival Jeblugan atau meriam bambu digelar untuk memperingati malam Nuzulul Quran.

Secara keseluruhan, panitia mempersiapkan 13 pucuk batang bambu. Meriam memakai bambu pethung karena berukuran besar, tebal, keras dan liat.

"Dengan festival ini biar masyarakat tahu kalau bertepatan dengan Nuzulul Quran," ucap Mujib Thohir, pengurus Masjid Mutiara Umat, Jumat, 1 Juni 2018.

Mujib mengemukakan, ajang jeblugan atau meriam bambu biasanya digelar menjelang bulan suci Ramadan. Kadang, pembunyian jeblugan juga dilakukan pada peringatan hari raya Islam lainnya.

Jeblugan yang digelar oleh takmir masjid ini adalah kali pertama di di Kecamatan Majenang, Cilacap. Peringatan Nuzulul Quran biasanya hanya berbentuk pengajian umum dengan menghadirkan ulama lokal atau dari luar daerah.

Meski hanya berbentuk permainan, tetapi sebelum dihelat, panitia sudah mengajukan izin tertulis ke kepolisian. Tujuannya agar tidak dianggap mengganggu ketertiban umum.

"Diharapkan ajang seperti ini bisa rutin digelar dan mampu menjadi ciri khas daerah," Mujib menambahkan.

 

Simak video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya