Kala Penyandang Tunanetra Tadarusan Pakai Alquran Braille

Lantunan ayat suci Alquran terdengar merdu di Kantor Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kota Medan, Kamis (9/5/2019).

oleh Reza Efendi diperbarui 10 Mei 2019, 17:15 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2019, 17:15 WIB
Alquran Braille
Penyandang tunanetra tengah menggelar tadarus Ramadan di Kantor Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Kota Medan, Kamis (9/5/2019). (Liputan6.com/ Reza Perdana)

Liputan6.com, Medan - Lantunan ayat suci Alquran terdengar merdu di Kantor Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Jalan Sampul 30, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut).

Yang berbeda, ayat suci Alquran dilantunkan para penyandang tunanetra dalam tadarusan yang digelar pukul 09.00 WIB hingga waktu salat Ashar, sekitar pukul 15.30 WIB.

Yeni Heryani, guru pengajar Alquran di Pertuni kepada Liputan6.com, Kamis (9/5/2019) mengatakan, tidak butuh waktu lama bagi penyandang tunanetra belajar Alquran braille.

Yeni mengaku, saat mengajarkan para tunanetra membaca Alquran braille, awalnya diperkenalkan dahulu huruf-huruf hijaiyah dan menghafal bentuknya.

"Yang dihafal itu mengenal struktur titik-titik. Kemudian meningkat ke tanda baris," jelasnya.

Setelah hafal tanda baris, diperkenalkan mad panjang dan mad pendek.

"Ketika mereka sudah tahu huruf dan tanda-tanda, dilanjutkan kepada makhraj dan tajwid," ucapnya.

Bagi Yeni ada beberapa kendala yang harus dihadapi saat mengajarkan Alquran braille. Biasanya para tunanetra peserta tadarus terkendala pergerakan tangan. Karakter mereka bermacam-macam, ada yang lambat meraba dan ada yang cepat meraba.

"Ketika mendapat huruf kata pertama, misalnya mim bertemu waw. Nah mim di sini bertemu waw, tangan mereka belum sampai karena lambat meraba. Harus dibaca dulu tulisan dan dikeluarkan suaranya," ucap Yeni.

Sementara itu, Ketua DPD Pertuni Sumut, Khairul Batu Bara menyebut, setiap tahun pihaknya mengadakan tadarus Alquran braille untuk para tunanetra. Tahun ini, tadarusan dilaksanakan dalam empat kelompok setiap harinya.

"Kelompok tersebut terbagi pasa tingkat pemula, mahir, pemantapan, dan tingkat yang sudah bisa membaca satu juz satu hari atau One Day One Juz," ujarnya.

Khairul mengungkapkan, untuk bisa mahir membaca Alquran braille dibutuhkan waktu 2 tahun. Tahapan belajar para tunanetra sama dengan orang dengan mata sehat, perbedaannya hanya meraba.

"Jadi, mesti diraba satu-satu titiknya. Kalau tingkat dasar pemula, dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk belajar," ungkapnya.

Khairul membeberkan, untuk tingkat prestasi, Pertuni Sumut sudah pernah menjuarai lomba di tingkat provinsi, kota, dan tingkat nasional. Ke depan, mereka berharap adanya perhatian pemerintah, terutama Gubernur Sumatera Utara.

"Kita berharap, penyandang disabilitas tuna netra agar hak-haknya terpenuhi," kata Khairul.

 

Simak juga video pilihan berikut ini:

Live Streaming

Powered by

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya