Meski Ada Wabah Corona, Pedagang Kelapa di Rangkasbitung Malah Kebanjiran Order

Pedagang kelapa muda di Rangkasbitung, Banten, selama bulan suci Ramadan 1441 Hijriah terpaksa harus mendatangkan pasokan lebih dari bagian selatan.

oleh Liputan6.com diperbarui 05 Mei 2020, 12:45 WIB
Diterbitkan 05 Mei 2020, 12:45 WIB
[Bintang] Es Kelapa Muda
Es Kelapa | Via: pinterest.com

Liputan6.com, Jakarta Peminat kelapa muda di bulan Ramadan ini tak berkurang, meski Indonesia sedang dilanda pandemi Corona Covid-19. Pedagang kelapa muda di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, selama bulan suci Ramadan 1441 Hijriah terpaksa harus mendatangkan komoditas pertanian itu dari wilayah Lebak bagian selatan. Pasalnya, permintaan terus meningkat.

"Akibat permintaan kelapa muda meningkat, saya memesan ke Lebak selatan yang merupakan sentra kelapa," kata Adang (50), seorang penampung kelapa muda di Jalan Lingkar Selatan Rangkasbitung, Lebak, Senin.

Ia mengaku selama ini merasa kewalahan melayani permintaan kelapa muda. Kebanyakan pemesan pun adalah para pedagang pengecer.

Para pedagang pengecer tersebut diperkirakan mencapai puluhan di sejumlah lokasi di Rangkasbitung dengan menggelar dagangannya itu di tepi jalan.

"Kami selama bulan Ramadan bisa menghabiskan sebanyak 1.000 kelapa muda dengan harga Rp5 ribu/butir dan jika diakumulasikan mendapat sebesar Rp5 juta/hari," kata Adang.

Menurut Adang, omzet pedagang kelapa muda di Rangkasbitung hingga 10 hari bulan suci Ramadan meningkat hingga mencapai 100 persen dibandingkan hari normal.

Wilayah selatan Lebak yang menjadi sentra kelapa di antaranya dipilih untuk memenuhi permintaan itu. Sebab, jika biasanya Adang mendatangkan kelapa muda dari wilayah Lebak tengah, seperti Kecamatan Cimarga, Leuwidamar, Muncang, Bojongmanik, Cirinten dan Gunungkencana, kini dia cukup kekurangan.

"Kami merasa kewalahan melayani permintaan para pedagang kelapa muda itu, karena selama Ramadan relatif meningkat," kata Adang.

Sementara itu, Udin (45), seorang pedagang pengecer di Jalan Hardiwinangun Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan omzet pendapatan berjualan kelapa muda selama Ramadan meningkat hingga 70 persen dibandingkan hari normal.

Biasanya, kata dia, pendapatan pada bulan normal mencapai Rp400 ribu, tapi selama Ramadan bisa mencapai Rp700 ribu/hari.

"Pendapatan Rp700 ribu bisa meraup keuntungan bersih Rp200 ribu setelah dipotong modal dan bayar upah pekerja," katanya.

Menurut dia, kelebihan kelapa muda hingga kini masih diburu masyarakat, terlebih kelapa kopyor karena minuman alami yang menyehatkan dan bisa mematikan racun dalam tubuh juga tidak memiliki efek samping.

Selama ini, dirinya berjualan kelapa muda bisa itu untuk dijadikan sebagai minuman berbuka puasa juga dicampur es. "Kami berjualan kelapa muda itu dengan mendatangkan dari penampung," kata Udin.

Sementara itu, Memed (45) seorang pedagang pengecer di Jalan Sunan Kalijaga Rangkasbitung mengatakan selama bulan puasa permintaan kelapa muda naik drastis sehingga mengakibatkan omzet penjualan kelapa muda meningkat.

Ia menjelaskan kebanyakan konsumen membeli kelapa muda diminta dibelah dan sari maupun buah kelapa dimasukkan ke plastik untuk dibawa pulang sebagai bahan buka puasa. Selain itu juga ada yang membeli minta tidak dibelah dan berupa buah kelapa muda.

"Kami menjual kelapa muda itu Rp10.000 per butir dan setiap hari menjual sebanyak 200 butir," kata Memed.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya