Liputan6.com, Jakarta Membaca Al-Qur'an merupakan ibadah mulia yang dianjurkan dalam Islam. Namun, tahukah Anda bahwa ada beberapa waktu yang kurang dianjurkan untuk membaca kitab suci ini? Imam An-Nawawi, ulama besar mazhab Syafi'i, dalam kitabnya At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur'an, menjelaskan beberapa waktu tersebut. Penjelasan ini bertujuan untuk membantu umat muslim agar lebih khusyuk dan mendapatkan pahala maksimal dalam membaca Al-Qur'an.
Selain waktu-waktu yang kurang dianjurkan oleh Imam An-Nawawi, penting juga untuk memperhatikan kondisi diri sendiri. Buya Yahya, dalam ceramahnya di YouTube, menambahkan bahwa membaca Al-Qur'an di saat jam kerja yang menyebabkan lalai dari tanggung jawab pekerjaan juga termasuk perbuatan yang kurang tepat. Beliau juga mencontohkan situasi di mana seorang istri lebih memprioritaskan membaca Al-Qur'an daripada memperhatikan kebutuhan suaminya yang datang jauh-jauh untuk bertemu. Hal ini menunjukkan bahwa membaca Al-Qur'an harus dilakukan dengan bijak dan seimbang dengan tanggung jawab duniawi.
Advertisement
Baca Juga
Dengan menghormati waktu-waktu yang dimaksud, kita turut menjaga adab dalam berinteraksi dengan kalamullah. Lantas, kapan saja waktu yang dimaksud oleh Imam An-Nawawi sebagai waktu yang kurang dianjurkan untuk membaca Al-Qur’an? Berikut penjelasannya.
Advertisement
Aturan Waktu Membaca Al-Qur’an Menurut Pandangan Imam Nawawi
Imam An-Nawawi dalam kitab At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an menyebutkan sejumlah ketentuan waktu dan tempat membaca Al-Qur’an.
اعلم أن قراءة القرآن محبوبة على الإطلاق إلا في أحوال مخصوصة جاء الشرع بالنهي عن القراءة فيها وأنا أذكر الآن ما حضرني منها مختصرة بحذف الأدلة فإنها مشهورة
Artinya: "Ketahuilah, aktivitas membaca Al-Qur’an dianjurkan secara mutlak (kapan dan di mana saja) kecuali pada beberapa kondisi tertentu yang diterangkan larangannya oleh syara’.
Saya akan menyebutkannya sekarang apa yang saya ingat secara ringkas tanpa menyebutkan dalil karena ini sudah masyhur," (Lihat Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an." [Indonesia, Al-Haramain: tanpa tahun], halaman 93).
Advertisement
9 Waktu yang Kurang Dianjurkan untuk Membaca Al-Qur’an
Menurut penjelasan yang dikutip dari NU Online, Imam An-Nawawi secara terperinci menjelaskan beberapa waktu dan kondisi yang sebaiknya dihindari dalam membaca Al-Qur’an karena termasuk makruh. Artinya, meskipun tidak berdosa, membaca Al-Qur’an dalam situasi-situasi ini kurang dianjurkan karena tidak sesuai dengan adab dan kekhusyukan tilawah. Berikut adalah sembilan waktu atau keadaan yang kurang tepat untuk membaca Al-Qur’an:
- Ketika sedang rukuk;
- Saat berada dalam posisi sujud;
- Di waktu tasyahud;
- Saat menjalani rukun shalat selain posisi berdiri;
- Membaca selain Al-Fatihah ketika menjadi makmum dalam shalat jahr (seperti maghrib, isya, dan subuh) saat imam sedang membaca dengan suara keras;
- Saat berada di dalam kamar mandi atau toilet;
- Ketika rasa kantuk menyerang;
- Dalam kondisi belum mampu membaca Al-Qur’an dengan baik;
- Ketika khatib sedang menyampaikan khutbah.
Adab Membaca Al-Quran
Selain itu, pembaca Al-Qur’an juga perlu memperhatikan adab dalam membaca kitab suci tersebut. Misalnya, ia dianjurkan untuk menghentikan sejenak aktivitasnya ketika mengantuk di tengah aktivitas membaca Al-Qur’an. (Imam An-Nawawi: 95).
Berkaitan dengan ini, Imam An-Nawawi mengutip hadits riwayat Imam Muslim yang menganjurkan orang menutup mulut saat menguap.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَثَاءَبَ أَحَدُكُمْ فَلْيُمْسِكْ بِيَدِهِ عَلَى فَمِهِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ يَدْخُلُ
Artinya: "Dari Abu Said Al-Khudri RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ‘Jika salah seorang dari kalian menguap, hendaklah ia meletakkan tangan pada mulutnya karena setan akan masuk.'" (HR Muslim).
Berikut adalah beberapa adab membaca Al-Qur’an yang penting untuk diperhatikan agar tilawah menjadi lebih khusyuk, penuh penghormatan, dan bernilai ibadah maksimal:
1. Suci dari Hadats
Sebelum membaca Al-Qur’an, dianjurkan untuk berwudhu terlebih dahulu. Menyentuh mushaf (kitab fisik Al-Qur’an) sebaiknya hanya dilakukan dalam keadaan suci dari hadats kecil maupun besar.
2. Membaca dengan Tartil
Al-Qur’an sebaiknya dibaca dengan tartil, yaitu perlahan dan dengan tajwid yang benar. Ini menunjukkan kesungguhan dan penghormatan terhadap kalamullah.
3. Menghadap Kiblat
Meski tidak wajib, menghadap kiblat saat membaca Al-Qur’an adalah bentuk adab dan penghormatan terhadap ayat-ayat suci.
4. Membaca Ta’awudz dan Basmalah
Disunnahkan untuk membaca ta’awudz (أعوذ بالله من الشيطان الرجيم) sebelum memulai tilawah, serta membaca basmalah (بسم الله الرحمن الرحيم) di awal setiap surat kecuali surat At-Taubah.
5. Membaca dengan Suara yang Lembut dan Penuh Penghayatan
Sebaiknya membaca dengan suara yang tidak terlalu keras, kecuali ketika mengajar atau dalam kelompok yang mengizinkan. Intinya adalah membaca dengan hati, bukan hanya lisan.
6. Berhenti Saat Mengantuk atau Lelah
Jika merasa mengantuk atau lelah, sebaiknya menghentikan tilawah agar tidak membaca dalam keadaan tidak fokus atau tanpa penghayatan.
7. Tidak Membaca di Tempat yang Kurang Sopan
Hindari membaca di tempat yang najis, kotor, atau saat berada di kamar mandi. Adab ini menunjukkan kesucian dan kehormatan Al-Qur’an.
8. Merenungi Makna Ayat
Tilawah yang terbaik adalah yang disertai tadabbur (perenungan) terhadap makna ayat-ayat yang dibaca. Ini akan menumbuhkan iman dan pemahaman yang lebih dalam.
9. Menangis atau Tersentuh Saat Membaca Ayat yang Menyentuh Hati
Rasulullah ﷺ dan para sahabat sering menangis saat membaca ayat-ayat yang menyentuh hati. Hal ini menunjukkan kepekaan spiritual terhadap isi Al-Qur’an.
10. Menjaga Konsistensi
Lebih baik membaca sedikit tapi rutin setiap hari, dibandingkan membaca banyak tapi jarang. Konsistensi dalam tilawah mendatangkan keberkahan.
Advertisement
