Liputan6.com, Jakarta - Salah satu tanda kiamat yang diriwiyatkan dalam agama samawi adalah matahari terbit dari barat. Jika itu terjadi, maka sudah tibalah akhir dunia.
Terlepas dari perspektif agama, ilmuwan Eropa melakukan simulasi jika matahari terbit dari barat. Hal itu terjadi jika bumi berputar ke arah berlawanan.
Jika itu terjadi, bagaimana dampaknya terhadap bumi dan alam?
Advertisement
Menurut simulasi komputer yang dipresentasikan di European Geosciences Union General Assembly 2018 di Austria, jika arah terbit matahari berubah maka gurun akan menutupi Amerika Utara. Bukit pasir yang gersang akan menggantikan hamparan hutan hujan Amazon di Amerika Selatan, dan lanskap hijau yang subur akan berkembang dari Afrika tengah hingga Timur Tengah.
Dalam simulasi itu tidak hanya gurun menghilang dari beberapa benua dan muncul di benua lain, tetapi musim dingin membekukan bakal melanda Eropa barat.
Baca Juga
Para ilmuwan juga melaporkan pada konferensi tersebut bahwa Cyanobacteria, sekelompok bakteri yang menghasilkan oksigen melalui fotosintesis, bisa berkembang biak di tempat yang belum pernah mereka miliki sebelumnya jika matahari terbit dari barat.
Dan Atlantik Meridional Overturning Circulation (AMOC), arus laut pengatur iklim penting di Atlantik, memudar dan muncul kembali di Samudra Pasifik utara.
Kemudian Bumi diperkirakan bakal mengelilingi matahari setiap 24 jam, berputar dengan kecepatan sekitar 1.040 mph (1.670 km/jam) yang diukur pada khatulistiwa. Arah rotasinya adalah prograde, atau barat ke timur, yang muncul berlawanan arah jarum jam jika dilihat dari atas Kutub Utara, dan itu umum untuk semua planet di tata surya kita kecuali Venus dan Uranus.
Seperti dilansir Live Science, saat Bumi berputar, dorongan dan tarikan momentumnya membentuk arus laut, yang bersama dengan aliran angin atmosfer, menghasilkan berbagai pola iklim di seluruh dunia.
Â
Â
Saksikan Video Pilihan Ini:
Kondisi Iklim
Untuk mempelajari bagaimana sistem iklim Bumi dipengaruhi oleh rotasi, para ilmuwan baru-baru ini memodelkan versi digital Bumi yang berputar ke arah yang berlawanan atau searah jarum jam jika dilihat dari atas Kutub Utara, arah yang dikenal sebagai retrograde.
Florian Ziemen, salah satu pembuat simulasi, dan seorang peneliti dari Institut Max Planck untuk Meteorologi di Jerman mengatakan dari hasil pemodelan, topografi bumi akan tetap sama hanya saja akan ada perubahan iklim yang jauh berbeda.
"[Membalikkan rotasi Bumi] mempertahankan semua karakteristik utama topografi seperti ukuran, bentuk, dan posisi benua dan lautan, sambil menciptakan serangkaian kondisi yang sama sekali berbeda untuk interaksi antara sirkulasi dan topografi," kata Ziemen.
Rotasi baru ini mengatur arus laut dan angin untuk berinteraksi dengan benua dengan cara yang berbeda, menghasilkan kondisi iklim yang sama sekali baru di seluruh dunia.
Advertisement
Gurun Global Menyusut
Untuk mensimulasikan apa yang akan terjadi jika Bumi berputar ke arah yang berlawanan, para peneliti menggunakan Model Sistem Bumi Institut Max Planck untuk membalik jalur rotasi matahari dan membalikkan efek Coriolis, kekuatan tak terlihat yang mendorong benda-benda yang bergerak di atas permukaan planet yang berputar.
Secara keseluruhan, para peneliti menemukan bahwa Bumi yang berputar ke arah yang berlawanan adalah Bumi yang lebih hijau. Cakupan gurun global menyusut dari sekitar 16 juta mil persegi (42 juta kilometer persegi) menjadi sekitar 12 juta mil persegi (31 juta km persegi).
"Memiliki lebih banyak area hijau, yang jelas merupakan sesuatu yang dapat Anda lihat sebagai nilai tambah," kata Ziemen seperti dikutip dari EOS, beberapa waktu lalu.
Rerumputan tumbuh di lebih dari separuh daerah bekas gurun, dan tanaman berkayu muncul untuk menutupi separuh lainnya. Vegetasi dunia ini menyimpan lebih banyak karbon daripada Bumi kita yang berputar normal.
Rerumputan tumbuh di lebih dari separuh daerah bekas gurun, dan tanaman berkayu muncul untuk menutupi separuh lainnya. Vegetasi dunia ini menyimpan lebih banyak karbon daripada Bumi kita yang berputar normal.
Dari sekian perubahan yang terjadi, bagi Ziemen, penghijauan Sahara adalah perubahan paling menarik.
"Melihat Sahara hijau dalam model kami membuat saya berpikir tentang alasan mengapa kami memiliki gurun di Sahara, dan mengapa tidak ada di dunia yang mundur," kata Ziemen. "Pemikiran tentang pertanyaan paling mendasar inilah yang membuat saya terpesona tentang proyek ini," tambahnya.
Tim Rembulan