Doa Agar Kembali Produktif Bekerja Setelah Libur Lebaran Idul Fitri

Baca doa ini untuk mengusir rasa malas setelah libur Lebaran Idul Fitri.

oleh Yulia Lisnawati diperbarui 26 Apr 2023, 05:00 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2023, 05:00 WIB
Doa Agar Kembali Produktif Bekerja Setelah Libur Lebaran Idul Fitri
Doa Agar Kembali Produktif Bekerja Setelah Libur Lebaran Idul Fitri (Photo by Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Libur Lebaran Idul Fitri telah usai. Masyarakat pun mulai kembali beraktivitas seperti bekerja dan sekolah. Setelah liburan, banyak dari kita masih bermalas-malasan usai libur Lebaran Idul Fitri dan sulit fokus untuk menjalankan aktivitas.

Rasa malas tersebut tentu sangat menyebalkan. Jika tak dilawan, rasa malas malah akan membuatmu kerepotan karena banyak hal yang terbengkalai untuk diselesaikan.

Rasulullah Muhammad SAW sudah mewanti-wanti umat Islam memanfaatkan dua keadaan yaitu sehat dan waktu luang. Dua kondisi tersebut dapat menjadi jalan kita untuk berusaha lebih baik lagi. Sehingga manfaat yang kita hasilkan bisa semakin luas.

Sedangkan rasa malas adalah musuh dari dua keadaan tersebut. Peluang bisa lepas begitu kita terlena oleh kemalasan. 

Oleh karena itu, baca doa ini untuk mengusir rasa malas setelah libur Lebaran Idul Fitri.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَرَمِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْبُخْل

Allahumma inni a‘udzubika minal kasali wa a‘udzubika minal jubni wa a‘udzubika minal harami wa a’ûdzubika minal bukhli.

Artinya,

"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa malas, dan aku berlindung kepada-Mu dari sikap pengecut, dan aku aku berlindung kepada-Mu dari pikun, dan aku berlindung kepadaMu dari sifat pelit."

Penelitian Ungkap Bahwa Rasa Malas Bisa Menular

Kurang Mengasah Otak
Ilustrasi Malas Credit: pexels.com/Andrea

Dilansir dari Live Science, para peneliti menemukan bahwa orang tidak hanya menangkap sikap orang lain terhadap tiga karakteristik kepribadian yaitu kemalasan, ketidaksabaran, dan kehati-hatian tetapi mereka bahkan mungkin mulai meniru perilaku ini.

Kehati-hatian, ketidaksabaran, dan kemalasan adalah ciri-ciri kepribadian yang memandu bagaimana orang membuat keputusan yang melibatkan pengambilan risiko, penundaan tindakan, dan upaya, kata Jean Daunizeau, pemimpin tim kelompok motivasi, otak, dan perilaku di Brain and Spine Institute ( ICM) di Paris. 

Kehati-hatian adalah preferensi untuk menghindari risiko, seperti memilih hadiah yang pasti daripada hadiah yang mungkin lebih besar tetapi lebih berisiko untuk dicapai, menurut penelitian tersebut. 

Sementara itu ketidaksabaran adalah preferensi untuk opsi yang melibatkan sedikit penundaan dan keinginan kuat untuk mendapatkan hasil sekarang daripada nanti. 

Orang malas adalah mereka yang menentukan bahwa imbalan potensial tidak sepadan dengan usaha. Biasanya, ketiga ciri kepribadian ini dianggap sebagai sifat yang "berakar", artinya mereka sulit untuk diubah, kata Daunizeau kepada Live Science.

Dalam penelitian tersebut, para peneliti merekrut 56 orang sehat. Untuk mengukur sikap peserta terhadap risiko, keterlambatan, dan usaha, mereka diberi serangkaian tugas di mana mereka diminta untuk memilih di antara dua alternatif. 

Misalnya, peserta diminta untuk memilih antara pembayaran kecil dalam tiga hari atau pembayaran lebih tinggi dalam tiga bulan; atau untuk memilih antara hasil lotre yang aman (peluang 90 persen untuk memenangkan hadiah kecil) atau hasil lotere yang lebih berisiko (peluang lebih rendah untuk hasil yang lebih tinggi).

Sebuah penelitian dilakukan

malas
Ubah kebiasaan buruk/Copyright unsplash.com/Adrian Swancar

Selanjutnya, para peserta diminta untuk menebak keputusan “orang lain” pada tugas yang sama, dan setelah membuat pilihan, mereka kemudian diberi tahu pilihan mana yang dibuat oleh peserta lain ini, menurut penelitian tersebut. 

Tapi "orang lain" itu bukanlah orang sungguhan, melainkan peserta palsu berdasarkan model komputerisasi yang dikembangkan oleh para peneliti. Model ini meramalkan bagaimana orang belajar tentang dan dari sikap orang lain terhadap kemalasan, ketidaksabaran, dan kehati-hatian.

Selama fase akhir percobaan, para peserta mengulangi tugas pertama, di mana mereka diminta membuat keputusan sendiri. Para peneliti menemukan bahwa setelah para peserta mengamati sikap "orang lain" yang hati-hati, tidak sabar, atau malas pada tugas, pilihan mereka sendiri untuk berusaha, menunggu selama penundaan atau mengambil risiko beralih ke pilihan orang lain. Dengan kata lain, para peserta mulai bertindak lebih seperti peserta studi yang dihasilkan komputer.

Infografis Titik-Titik Keramaian Wisata di Musim Mudik Lebaran 2023
Infografis Titik-Titik Keramaian Wisata di Musim Mudik Lebaran 2023. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya