Dahsyat! Fadhilah Membaca Surat Al-Falaq dan An-Nas yang Berjuluk Surat Perlindungan

keutamaan membaca surat Al-Falaq dan An-Nas ini ternyata begitu luar biasa. Kedua surat ini dijuluki Mu'awwadzatain, atau dua surat perlindungan

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Jul 2023, 04:30 WIB
Diterbitkan 22 Jul 2023, 04:30 WIB
Makna Surat Al Baqarah ayat 183
Ilustrasi Al-Qur’an Credit: freepik.com

Liputan6.com, Jakarta - Ada beberapa surat pendek dalam Al-Qur'an. Dua di antara, Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas.

Lantaran pendek, kedua surat ini mudah dihafal. Selain itu, kedua surat kerap dibaca oleh imam saat sholat berjamaah pada rakaat kedua, karena pendeknya surat.

Namun begitu, keutamaan membaca kedua surat Al-Falaq dan Surat An-Nas ini ternyata begitu luar biasa. Kedua surat ini dijuluki Mu'awwadzatain, atau dua surat perlindungan.

Perlindungan yang dimaksud di antaranya dari gangguan setan, tukang sihir, dan marabahaya lainnya. Bahkan, Nabi Muhammad SAW juga pernah menjadi korban tenun dan luruh karena dibacakan surat ini

Sebelum mengetahui keutamaan atau fadhilah surat berjuluk Mu'awwadzatain, bBerikut ini adalah bacaan Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas beserta artinya.

 

SImak Video Pilihan Ini:

QS. Al-Falaq (Subuh) dan Artinya

Melakukan Tadarus dan Memperbanyak Dzikir
Ilustrasi Al-Qur’an Credit: pexels.com/Tayeb

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ الْفَلَقِۙ

1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar),

مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَۙ

2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan,

وَمِنْ شَرِّ غَاسِقٍ اِذَا وَقَبَۙ

3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita,

وَمِنْ شَرِّ النَّفّٰثٰتِ فِى الْعُقَدِۙ

4. dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya),

وَمِنْ شَرِّ حَاسِدٍ اِذَا حَسَدَ ࣖ

5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.”

QS. An-Nas (Manusia) dan Artinya

Ilustrasi muslim membaca Al-Qur'an
Ilustrasi muslim membaca Al-Qur'an. (Photo by Rachid Oucharia on Unsplash)

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,

مَلِكِ النَّاسِۙ

2. Raja manusia,

اِلٰهِ النَّاسِۙ

3. sembahan manusia,

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

4. dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ࣖ

6. dari (golongan) jin dan manusia.”

Nabi Muhammad Korban Sihir dan Turunnya Surah Al-Falaq dan An-Naas

Ilustrasi penyihir (iStock)
Ilustrasi penyihir (iStock)

Mengutip NU Online, dikisahkan, suatu ketika Nabi Muhammad sakit demam dan membayangkan telah melakukan sesuatu (berhalusinasi mendatangi istrinya satu per satu). Namun ternyata beliau tidak melakukannya.

Kepada Sayyidah Aisyah, Nabi Muhammad mengatakan bahwa Allah telah memberikan jawaban atas pertanyaan yang pernah beliau ajukan. Jawaban tersebut disampaikan oleh dua malaikat.

“Aku kedatangan dua laki-laki, salah seorang duduk di sisi kepalaku, seorang lainnya duduk di sisi kakiku,” kata Nabi Muhammad kepada Aisyah RA.

Salah satu malaikat yang berwujud laki-laki tersebut menjelaskan bahwa Nabi Muhammad tengah terkena sihir. Dia juga memberitahu bahwa Labid bin Al-Asham adalah pelakunya. Kata malaikat tersebut, Labid menyihir dengan menggunakan sisir dan rambut Nabi Muhammad serta kulit mayang kurma jantan. Sihir Labid ditempatkan di bawah batu di dalam sumur Dzarwan.

Keesokan harinya, Nabi Muhammad memerintahkan Ammar bin Yasir dan beberapa sahabatnya untuk mendatangi sumur Dzarwan. Mereka mendapati bahwa air dalam sumur Dzarwan berwarna merah kecokelatan seperti air perasaan daun pacar sementara kepala mayangnya seperti kepala setan.

Satu riwayat menyebutkan bahwa gulungan sihir tersebut dibiarkan di dalam sumur. Nabi Muhammad tidak meminta untuk mengangkatnya karena Allah telah menyembuhkannya. Beliau juga tidak suka menyebar keburukan kepada orang banyak. Nabi kemudian meminta agar sumur Dzarwan ditutup.

Sementara di riwayat lain menyebutkan bahwa gulungan sihir tersebut diangkat dari dalam sumur. Setelah dibakar, buhul tersebut memperlihatkan tali dengan 11 simpul yang susah untuk dibuka.

Pada saat itulah, turun wahyu Surat Al-Falaq dan An-Nas (muawwidzatain) kepada Nabi Muhammad. Setiap Nabi Muhammad membaca dua surat itu, maka terbukalah satu simpul tali itu dan demikian seterusnya hingga sebelas kali.

Sejak saat itu, sebelum tidur, Nabi Muhammad selalu membaca muawidzatain (Al-Falaq dan An-Nas)–ada yang menyebut Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Nas–sebelum beliau tidur. Tidak lain, ini adalah untuk melindungi dirinya dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti sihir.

Faedah Surat Al-Falaq dan An-Naas

Grand Grimoire (2)
Grand Grimoire disebut-sebut sebagai buku sihir yang didgaya. Ilustrasi ritual Pentagram untuk pemanggilan iblis. (Sumber Pixabay)

Sejak saat itu, seandainya Rasulullah SAW sakit parah, maka Sayyidah Aisyah membacakan surat-surat tersebut dan mengusapkan tangannya pada tubuh Nabi Muhammad SAW.

Surat Al-Falaq dan An-Nas hingga kini masih banyak dibacakan pada saat malam, menjelang tidur. Riwayat lainnya, kedua surat ini juga dibacakan sesuai salat Jumat untuk memohon perlindungan Allah SWT dari sihir dan bencana lainnya.

Said Ramadhan Al-Buthy dalam The Great Episodes of Muhammad SAW (2017) mengatakan bahwa sihir yang menimpa Nabi Muhammad hanya berpengaruh pada jasad bagian luarnya saja.

Artinya, sihir tersebut tidak sampai ‘menyerang’ hati, akal, dan keimanannya. Nabi memang maksum, namun kemaksumannya bukan berarti beliau terbebas dari berbagai macam penyakit dan berbagai faktor manusiawi lainnya. Oleh sebab itu, Nabi Muhammad menderita ketika terkena sihir tersebut, layaknya manusia lain kalau terkena.

Ketika seseorang mengalami sakit keras, maka wajar kalau dia diliputi khayalan atau bayangan akibat dari sakit yang dideritanya itu. Begitu pun dengan Nabi, beliau membayangkan telah melakukan sesuatu tapi nyatanya tidak.

Al-Buthy menegaskan bahwa Nabi Muhammad terkena sihir tersebut bukan aib atau kekurangan pada dirinya. Sekali lagi, Nabi Muhammad maksum (terjaga dari kesalahan dan kekurangan dalam menyampaikan syariat Allah).

Namun kemaksumannya itu ‘tidak berlaku’ dalam hal-hal keduniawian seperti sakit, lapar, haus, dan lainnya. Wallahu A'lam.

Tim Tembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya