Nasib Tragis Umar bin Sa'ad, Pemimpin Pasukan Pembunuh Cucu Nabi Husein RA di Karbala

Pemimpin pasukan yang menyerbu dan membunuh cucu Nabi Husein RA di Karbala pada Hari Asyura, 10 Muharram mengalami akhir hidup yang mengenaskan. Alih-alih jabatan, dia justru tewas dalam kondisi ketakutan

oleh Liputan6.com diperbarui 26 Jul 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2023, 10:30 WIB
Danau terbesar kedua di Irak mengering
Seorang pria berjalan di tanah garam dekat Danau Razzaza, juga dikenal sebagai Danau Milh, di kegubernuran Karbala, Irak, 14 Februari 2022. Danau Razzaza Irak pernah menjadi objek wisata terkenal dengan pemandangan indahnya dan banyak ikan yang menjadi andalan penduduk setempat. (AP/Hadi Mizban)

Liputan6.com, Jakarta - Muharram adalah bulan yang mulia dan penuh kemenangan karena berbagai peristiwa penting pada zaman nabi dan rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, bulan ini juga disebut sebagai bulan kesedihan, karena terjadinya pembunuhan cucu Nabi, Hasan bin Ali atau Hasan RA.

Tragedi berdarah pembunuhan cucu Nabi tersebut terjadi di Karbala, pada 10 Muharram atau hari Asyura.

Karena peristiwa , bulan Muharram, selain statusnya sebagai bulan mulia dan bulan kemenangan, diperingati pula sebagai bulan kesedihan.

Di antara tokoh yang bertanggung jawab atas pembunuhan Husein RA yang paling dikenal tentu saja adalah Ubaidillah bin Ziyad bin Muawiyah, cucu pendiri Kekhalifahan Muawiyah yang berumur pendek, Muawiyah bin Abu Sufyan.

Kala itu, dialah yang memerintahkan Umar bin Sa'ad untuk membunuh Husein RA.

Umar bin Sa'ad berasal dari kabilah ternama, sebagaimana ayahnya yang seorang Anshar sejati, Sa'ad bin Abi Waqash. Akan tetapi, selama hidupnya, Umar tidak berperilaku terpuji layaknya ayahnya atau kabilahnya yang merupakan penyokong Rasulullah SAW.

Dalam berbagai riwayat, Umar bin Sa'ad digambarkan sebagai sosok yang ambisius dan menghalalkan segala cara demi syahwatnya terhadap harta dan kekuasaan.

Umar bin Sa'ad memimpin pasukan yang menyerbu rombongan Husein RA di Karbala, dengan janji akan diangkat menjadi gubernur Ray, sebuah kota kuno, di Tehran, Iran.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Pembunuhan Biadab Husein RA di Karbala

Ilustrasi perang Islam
Perang tabuk adalah perang terakhir yang diikuti Rasulullah SAW

Pembunuhan biadab terhadap Husein RA digambarkan terperinci oleh Ibnu Katsir dalam kitabnya, al-Bidayah wan Nihayah.

Ibnu Katsir menceritakan bagaimana pasukan menganiaya Husein bin Ali hingga wafat. Mereka menyerang dari segala penjuru. Pasukan biadab itu bahkan tega memenggal kepala Husein bin Ali.

Ibn Katsir menulis: “Yang membunuh Husein dengan tombak adalah Sinan bin Anas bin Amr Nakhai, dan kemudian dia menggorok leher Husein dan menyerahkan kepala Husein kepada Khawali bin Yazid.” (Al-Bidayah, 8/204).

Anas melaporkan bahwa ketika kepala Husein yang dipenggal itu dibawa ke Ubaidillah bin Ziyad, yang kemudian memainkan ujung tongkatnya menyentuh mulut dan hidung Husein, Anas berkata:

Demi Allah! sungguh aku pernah melihat Rasulullah mencium tempat engkau memainkan tongkatmu ke wajah Husein ini,”.

Ibn Katsir juga mencatat sebanyak 72 orang pengikut Husein yang terbunuh hari itu.

 

Dikhianati Ubaidillah bin Ziyad dan Hidup Ketakutan

Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)
Ilustrai- Kafilah pengendara unta di padang pasir. (Foto: Tangkapan layar film The Messenger)

Mengutip wikishia.net, pada tanggal 12 Muharram setelah menguburkan jasad-jasad pasukan Umar bin Sa'ad pergi ke Kufah dengan bersama keluarga Imam Husain as yang tertawan.

Ketika ia sampai di hadapan Ubaidillah bin Ziyad di Kufah, Ubaidillah ingin agar Umar menyerahkan kembali surat tentang perang dengan Imam Husain.

Ibnu Sa'ad mengklaim bahwa surat itu telah hilang dan Ubaidillah berkata bahwa surat itu akan diambilnya dari Umar bin Sa'ad.

Ibnu Sa'ad tidak memiliki apa-apa lagi, ia menggambarkan dirinya: "Tidak ada seorang pun yang kembali ke rumah dengan nasib buruk sepertiku karena aku mentaati penguasa yang zalim dan telah menginjak-injak keadilan dan memotong ikatan keluarga".

Nasib buruk Umar bin Sa'ad usai membunuh Husein RA tak berhenti di situ. Tanpa kekuasaan yang dijanjikan, Umar diburu rasa takut dibunuh.

Sebab, bagaimanapun, Husein RA adalah cucu Nabi dengan pendukung dari berbagai kalangan, mulai dari Makkah, Madinah hingga Kuffah.

Tewasnya Umar bin Sa'ad

Al-Khabab bin Al-Mundzir membawa Umat Islam memenangkan peperangan di Perang Badar.
Al-Khabab bin Al-Mundzir membawa Umat Islam memenangkan peperangan di Perang Badar.

Ibnu Sa'ad ketika terjadi perlawanan Sulaiman bin Shurad al-Khaza'i al-Kufi yang bertujuan untuk menuntut balas atas para pembunuh Husain RA pada tahun 65 H/684 terus bersembunyi. Maka pada malam-malam hari tidur di Dar al-Imarah.

Kemudian ketika Mukhtar bin Abi Ubaid Tsaqafi pada tahun 66 H/685 mengadakan perlawanan guna menuntut balas atas darah Imam Husain dan telah menguasai Kufah, Umar bin Sa'ad melarikan diri bersama dengan Muhammad bin Asy'ats, orang yang juga hadir dalam perang.

Namun ketika perlawanan Mukhtar meletus, ia kembali ke Kufah dan dengan tokoh-tokoh yang melawan Mukhtar. Ia mengambil kontrol masyarakat.

Dengan kekalahan yang diderita oleh masyarakat Kufah, Ibnu Sa'ad lari ke arah Basrah dan diberikan perlindungan oleh Mush'ab bin Zubair. Mukhtar mengutus Abu Qulush Syabami, salah seorang komandannya, untuk mengejar mereka.

Ia berhasil menangkap Ibnu Sa'ad dan membawanya ke hadapan Mukhtar. Ibnu Sa'ad dan anaknya, Hafsh bin Umar bin Sa'ad dibunuh atas perintah Mukhtar.

Allamah al-Majlisi pada Zad al-Ma'ad menjelaskan bahwa berdasarkan sebuah perkataan Umar bin Sa'ad terbunuh pada hari ke 9 Rabiul Awal di tangan Mukhtar bin Abu Ubaidah Tsaqafi.

Tim Rembulan

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya