Hikayat Deklarasi Balfour, Sebuah Surat Pangkal Penyebab Konflik Israel-Palestina hingga Saat ini

Chiam Azriel Weizmann, seorang kimiawan, menjadi pemimpin pertama gerakan zionis dunia yang berpusat di Austria. Kelak dia menjadi Presiden Israel yang pertama.

oleh Musthofa Aldo diperbarui 27 Okt 2023, 02:00 WIB
Diterbitkan 27 Okt 2023, 02:00 WIB
Aksi Dukung Palestina, Ribuan Warga Prancis Turun ke Jalan
Dalam aksinya, pengunjuk rasa menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas di tengah semakin banyaknya korban yang berjatuhan. (AP Photo/Aurelien Morissard)

Liputan6.com, Jakarta - Pada 1879, Sebuah organisasi zionis internasional resmi berdiri di Austria. Chiam Azriel Weizmann, seorang kimiawan, menurut Jurnal berjudul Mengenang Satu abad Deklarasi Balfour 1917-2017, menjadi pemimpin pertama gerakan zionis dunia ini. Kelak dia menjadi Presiden Israel yang pertama.

Sejak semula, cita-cita organisasi ini telah ditetapkan yaitu membentuk negara di tanah yang bukan punya mereka yaitu 'tanah air' Palestina. Ini sebuah cita-cita yang tak mudah karena wilayah Palestina saat itu masih dibawah kekuasaan Kekhalifahan Utsmaniyah yang berpusat di Turki.

Cita-cita para zionis ini mulai menemukan jalannya ketika Kesultanan Ottoman, nama lain Kekhalifahan Ustmaniyah, terlibat dalam Perang Dunia I pada 1914. Perang melawan Rusia yang bersekutu dengan Inggris dan Perancis itu membuat Ottoman harus kehilangan sejumlah wilayahnya termasuk Palestina.

Melemahnya Kekuatan Ottoman ini, ditambah kondisi politik dalam negeri yang tidak stabil akibat munculnya gerakan dari kelompok 'Turki Muda', dimanfaatkan betul oleh para zionis.

Mereka lalu merekrut sejumlah tokoh Yahudi Inggris, seperti Sir Herbert Samuel dan Lionel Walter Rothschild, pemimpin komunitas Anglo Yahudi.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Didukung Amerika

Kondisi Jalur Gaza Palestina
Sebagian kerusakan di jalan utama al Rashid akibat pemboman Israel di Kota Gaza, Palestina, Senin (23/10/2023). (AP Photo/Abed Khaled)

Bergabungnya kelompok Yahudi Inggris dalam gerakan Zionis Internasional ini, dimanfaatkan pemerintah Inggris untuk menarik simpati Amerika Serikat yang juga memiliki banyak komunitas Yahudi.

Pada 1917, sebuah utusan yang dipimpin Menteri Luar Negeri Inggris James Balfour melawat ke Amerika untuk menemui tokoh sentral Yahudi Amerika, Justice Brandeis.

Pertemuan ini membuka jalan bagi Balfour untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat saat itu Woodrow Wilson dan Menlu AS Wiliam J. Bryant.

Sepulang dari lawatan ke AS inilah, pada 2 November 1917, Menlu Inggris Arthur James Balfour mengirim surat ke Lionel Walter Rothschild, pemimpin komunitas Anglo Yahudi Inggris.

Inti surat itu adalah dukungan Kerajaan Inggris kepada gerakan Zionis untuk mendirikan tanah air nasional oleh warga Yahudi di Palestina.

Surat dukungan inilah yang kemudian dituding sebagai akar masalah Israel dan Palestina yang terjadi hingga saat ini.

Deklarasi Balfour

Anak-Anak Palestina
Warga Palestina yang terluka tiba di Rumah Sakit al-Shifa dengan menaiki truk menyusul serangan udara Israel di Kota Gaza, Jalur Gaza, Kamis (19/10/2023). (AP Photo/Abed Khaled)

Berikut Isi lengkap surat yang kelak dikenal dengan istilah Deklarasi Balfour, seperti dikutip dari lama Wikipedia.

Kementerian Luar Negeri Inggris,

2 November 1917

Kepada Yang Terhormat Rothschild

Dengan rasa senang saya menyampaikan pada Anda, atas nama Pemerintah Kerajaan Inggris, deklarasi yang didasarkan pada simpati untuk aspirasi Zionis Yahudi ini telah diajukan dan disetujui oleh Kabinet Perang.

Pemerintah Kerajaan Inggris memandang positif pendirian tanah air nasional untuk orang orang Yahudi di Palestina, dan akan menggunakan usaha terbaik mereka untuk memudahkan tercapainya tujuan ini, sebab dipahami bahwa tidak ada yang dapat menghakimi hak sipil dan agama dari komunitas non-Yahudi yang ada di Palestina, atau hak dan status politik yang dimiliki oleh Yahudi di negara lainnya.

Saya sangat berterima kasih jika Anda dapat menyampaikan deklarasi ini kepada Federasi Zionis Britania Raya dan Irlandia.

Salam,

Arthur James Balfour.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya