Ibadah Ini Pahalanya Setara Haji dan Umrah Sempurna, Buya Yahya: Dijamin oleh Allah

Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengatakan bahwa ada ibadah yang pahalanya seperti haji dan umrah sempurna. Ibadah ini dilakukan pada pagi hari sejak Subuh sampai terbit matahari.

oleh Muhamad Husni Tamami diperbarui 01 Feb 2024, 00:30 WIB
Diterbitkan 01 Feb 2024, 00:30 WIB
KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya
Pengasuh LPD Al Bahjah, KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya. (Foto: staialbahjah.ac.id)

Liputan6.com, Jakarta - Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya mengatakan bahwa ada ibadah yang pahalanya seperti haji dan umrah sempurna. Ibadah ini dilakukan pada pagi hari sejak Subuh sampai terbit matahari.

Buya Yahya mengutip salah satu hadis dari Imam Tirmidzi tentang keutamaan melakukan ibadah tersebut yang setara haji dan umrah sempurna. Meski hadisnya hasan, Buya Yahya mengatakan hadis tersebut dapat diterima dan benar.

Adapun redaksi hadisnya sebagai berikut.

مَنْ صَلَّى الْفَجْرَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ تَعَالَى حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ، كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ تَامَةٍ (رواه الترمذي. حسن) 

Artinya: “Siapa saja yang sholat subuh secara berjamaah, kemudian duduk dengan berdzikir kepada Allah sampai terbit matahari, kemudian sholat dua rakaat maka ia akan mendapatkan pahala sebagaimana haji dan umrah yang sempurna, sempurna, sempurna.” (HR at-Tirmidzi. Hadis Hasan).

“Artinya apa, tentang keutamaan sholat subuh berjemaah adalah luar biasa. Maka dari itu, jangan sampai Anda ketinggalan. Kemudian jangan sampai anak Anda ketinggalan, bawa mereka ke tempat ini karena ada jaminan. Hei hamba-hamba yang rindu jaminan, inilah jaminan dari Allah SWT, pertolongan dari Allah SWT,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Rabu (31/1/2024).

Menurut penjelasan di situs resmi Nahdlatul Ulama (NU Online), yang dimaksud sholat dua rakaat dalam hadis tersebut adalah sholat syuruq. Sholat ini memiliki keutamaan mendapatkan pahala setara haji dan umrah sempurna apabila prasyaratnya terpenuhi, yaitu sholat subuh berjamaah yang diteruskan dengan berdzikir hingga menjelang waktu syuruq (matahari terbit).

 

Saksikan Video Pilihan Ini:

Niat dan Tata Cara Sholat Syuruq

Ilustrasi Sholat. ©2021 Merdeka.com/pexels-michael-burrows
Ilustrasi Sholat. ©2021 Merdeka.com/pexels-michael-burrows

Sebagai panduan dalam melaksanakan syuruq, berikut tata cara sholat syuruq yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan sholat pada umumnya.

1. Membaca niat sholat syuruq

Berikut niat sholat syuruq atau isyraq sebagaimana diterangkan Syaikh Nawawi dalam Nihayatuz Zain.

أصلى سنة الإشراق ركعتين لله تعالى 

Arab-latin: Ushalli sunnatal isyraqi rak’ataini lillahi ta’ala. 

Artinya: “Aku niat shalat sunnah isyraq dua rakaat karena Allah.”

2. Takbiratul ihram

3. Membaca surah al-Fatihah dilanjutkan salah satu surah dalam Al-Qur’an (Dianjurkan surah Ad-Dhuha)

4. Rukuk

5. Iktidal

6. Sujud pertama

7. Duduk di antara dua sujud

8. Sujud kedua rakaat pertama

9. Berdiri dan mengulang urutan di atas sejak membaca Surah al-Fatihah, salah satu surah dalam Al-Qur’an (dianjurkan surah As-Syarh), hingga sujud kedua

10. Duduk tasyahud

11. Mengucapkan salam, menoleh ke kanan dan kiri.

Doa Setelah Sholat Syuruq

ilustrasi sholat. ©2020 Merdeka.com
ilustrasi membaca doa setelah sholat. ©2020 Merdeka.com

Mengutip kitab Nihayatuz Zain via NU Online, berikut adalah doa setelah sholat syuruq.

اَللّهُمَّ يَا نُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رِقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالبَيْتِ المَعْمُوْرِ، أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْاِنْتِقَالِ مِنْ ظَلاَم مِشْكَاتِيْ، وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا، أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَا يَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ، بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ. وَصَلِّ اللَّهُمَّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. اَللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَلِإِخْوَاِننَا فِي اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ.  

Arab-latin: Allâhumma yâ nûrannûri bit thûr wa kitâbim masthûrin fî riqqim mansyûrin wal baitil ma’mur, as-aluka an tarzuqanî nûran astahdî bihi ilaika wa adullu bihi ‘alaika wa yashhabunî fi hayâtî wa ba’dal intiqâli min dhalâmi misykâtî, wa as-aluka bissyamsi wa dhuhâha wa nafsin wa mâ sawwâha, an taj’ala syamsa ma’rifatika musyriqatam bî lâ yahjubuhâ ghaimul auhâmi walâ ya’tarîhâ kusûful qamaril wâhidiyyati ‘indat tamâm, bal adim lahâl Isyraqa wad dhuhûra ‘alâ mamarril ayyâmi wad duhûr. Wa shallillâhumma ‘alâ Sayyidinâ Muhammadin khâtamil anbiyâ-i wal mursalîn. Wal hamdulillâhi rabbil ‘âlamîn. Allâhummaghfir lanâ wa liwâlidîna wa li-ikhwâninâ fillâhi ahyâ-an wa amwâtan ajma’în. 

Artinya: “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma'mur, aku memohon padamu atas cahaya yang dapat menunjukkanku kepada-Mu. Cahaya yang dapat mengiringi hidupku dan menerangiku setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku.

Aku meminta kepada-Mu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan dengan jiwa dan kesempurnaannya, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat kepada-Mu yang seperti matahari cerahnya bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemahaesaan di kala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun.

Berikanlah rahmat ta'dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan rasul. Segala Puji hanya milik Allah Tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal." (Nawawi al-Jawi, Nihâyatuz Zain, halaman 103). 

Wallahu’alam.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya