Gus Iqdam Menangis saat Ngaji Ta’lim al-Muta’allim dan Teringat Gurunya, Ini yang Membuatnya Menyesal

Rupanya isi kitab ini mengingatkan pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah ini akan masa-masa sekolahnya dulu yang ketika itu boleh dibilang bandel.

oleh Liputan6.com diperbarui 29 Feb 2024, 10:30 WIB
Diterbitkan 29 Feb 2024, 10:30 WIB
Gus Iqdam (SS: YT Penelusuranku)
Gus Iqdam (SS: YT Penelusuranku)

Liputan6.com, Cilacap - Salah satu kitab tersohor yang dipelajari di banyak pondok pesantren ialah Ta’lim al-Muta’allim. Salah satu kitab yang membahas tentang etika guru, murid dan belajar mengajar buah karya dari Syekh Burhauddin Az-Zarnuji.

Dalam salah satu kesempatan tausiyahnya, pendakwah muda asal Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam menceritakan pengalaman pribadinya ketika mengaji kitab ini.

Rupanya isi kitab ini mengingatkan pengasuh Majelis Ta’lim Sabilu Taubah ini akan masa-masa sekolahnya dulu yang ketika itu boleh dibilang bandel. Tak sadar ia pun meneteskan air mata mengenang banyaknya kesalahan kepada guru-gurunya.

“Akhirnya ketika saya mengaji sampai meneteskan air mata, sambil memaknai kitab Ta’lim Muta’allim ini luh sambil nangis, Masya Allah, ” tuturnya dikutip dari tayangan YouTube Penelusuranku, Rabu (28/02/2024).

Bahkan, ketika menceritakan hal itu Gus Iqdam menangis. Dia menyesali tingkah nakalnya kepada guru, sewaktu MTs.

 

Simak Video Pilihan Ini:


Menyadari Kekeliruannya

Gus Iqdam Tampil dengan Moge
Gus Iqdam mengendarai motor gode (moge), kemewahannya disorot sebagian warganet. (Instagram/iqdammuhammad_)

Ia menyadari bahwa kehidupannya yang susah selama ini ternyata karena kesalahan-kesalahannya kepada guru-gurunya.

“Ternyata yang menyebabkan hidup saya susah, selama ini karena kesalahan-kesalahan saya terhadap guru-guru saya,” ujarnya

“Salah satu kesalahan terbesar yang saya ingat pada waktu itu saya itu biasa tidak mau mendengarkan ketika guru sedang menerangkan materi pelajaran,” kenangnya.

Gus Iqdam menuturkan bahwa saking mangkelnya gurunya waktu itu, maka ketika Gus Iqdam tidak mau mendengarkan maka guru tersebut mempersilakan Gus Iqdam untuk menerangkannya.

Uniknya ketika itu guru tidak memanggil namanya, melainkan menisbatkan panggilannya dengan menyertakan nama ayah dan kakeknya.

“Sudah, yang ngomong biar dia saja, cucunya Kiai Ibad, Mantenan,” katanya.

Hal ini dimaksudkan supaya Gus Iqdam ketika itu malu dan menyadari kekeliruannya karena sejatinya ialah anak dan cucu dari seorang kiai.

“Maksud gurunya ini biar saya malu, kamu ini cucunya kiai,” jelasnya.


Etika Murid kepada Gurunya dalam Kitab Ta’lim Muta’allim

Gus Iqdam cium KH Nurul Huda Djazuli 1
Pemandangan Gus Iqdam begitu menghormatui gurunya, KH Nurul Huda Djazuli. Pertemuan murid dan guru ini terjadi pada pernikahan anak Gus Kautsar (TikTok)

Menukil tulisan Mamat Saeful Qodir, dosen Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yamisa Soreang, Bandung dalam Jurnal As-Salam yang berjudul Pemikiran Syaikh Az-Zarnuji Adab Murid Terhadap Guru dalam Kitab Ta’lim al Muta’allim, menjelaskan perihal etika murid kepada guru.

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim telah dijelaskan bahwa seorang murid itu harus patuh kepada guru, dan dalam hal ini Az-Zarnuji berkata bahwa sebagian dari kewajiban para murid adalah jangan berjalan di depan guru, jangan duduk di tempat guru, dan jangan berbicara kecuali sudah meminta izin dari guru.

Adapun sikap murid terhadap guru adalah memberikan bentuk penghormatan dan penghargaan kepada ilmu dan guru. Az-Zarnuji tidak menjadikan keduanya analistik, sebagaimana ia juga tidak memisahkan antara intelektualitas pendidikan dan spiritualnya.

Seorang murid tidak dibenarkan hanya menimba intelektualitas seseorang, tetapi hak yang melekat pada dirinya ditelantarkan. Pendidikan mempunya dasar “hak atas karya intelektual” yang pantas dihargai dengan sikap pemuliaan dan penghargaan material.

Adab murid terhadap guru dalam perilaku haruslah dengan juga menaati perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, tetap memberikan penghormatan dan penghargaan yang masih dalam koridor kepatuhan kepada Allah, bukan sebaliknya.

Tampilan rinci lain lebih mengarah pada “budi pekerti” yang dimasa sekarang perlu ditegakkan namun berangsur-angsur turun. Az-Zarmuji kemudian menambahkan: “Barang siapa berkeinginan anaknya menjadi ilmuwan, maka sebaiknya ia bersediauntuk merawat, memuliakan, memberi sesuatu, dan mengagungkan ahli”.

 


Kunci Keberhasilan, Penghormatan terhadap Guru

Gus Iqdam (SS: YT Short @gusiqdamofficial1024)
Gus Iqdam (SS: YT Short @gusiqdamofficial1024)

Dalam kitab Ta’lim Muta’allim menjelaskan bahwa keberhasilan seseorang tergantung dari penghormatannya, dan kegagalannya adalah karena meremehkannya. Sesungguhnya bagi seorang murid yang baik agar dapt mendapatkan ilmu dari gurunya hendaknya mempunya adab yang baik di setiap menerima, mendengarkan, mengerjakan apa yang disampaikan gurunya, dan jangan sekali-kali sebaliknya (meremehkannya).

Selanjutnya, seorang pelajar juga harus bersikap rendah hati pada ilmu dan guru. Seorang murid juga harus mencari kerelaan guru, harus menjauhi hal-hal yang menyebabkan ia murka, mematuhiperintahnya asal tidak bertentangan dengan agama.

Dengan cara demikian ia akan tercapai cita-citanya. Ia juga harus menjaga keridhaan gurunya. Ia jangan menggunjing gurunya. Dan jika ia tidak sanggup mencegahnya, maka sebaiknya ia harus menjauhi orang tersebut. Selanjutnya, seorang murid hendaknya tidak memasuki ruangan kecuali setelah mendapat izinnya.

Seorang pelajar tidak memperoleh ilmu dan tidak akan mengambil manfaatnya, tanpa mau menghormati ilmu dan guru. Karena ada yang mengatakan bahwa orang-orang yang telah berhasil kadab menuntut ilmu adalah mereka yang sangat menghormati dua hal tersebut. Dan orang-orang yang tidak berhasil dalam menuntut ilmu, karena mereka tidak mau menghormati atau memuliakan ilmu dan gurunya. Karena ada yang mengatakan bahwa menghormati itu lebih baik dari pada mentaati.

Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya