Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) suatu ketika dalam sebuah ceramahnya di depan jemaahnya berkisah tentang ulah kiai atau imam Indonesia yang berhasil skakmat imam negara sebelah.
Bagaimana tidak skakmat, awalnya imam dari negara, yang tak disebutkan nama negaranya oleh Gus Baha ini termasuk sombong dan selalu meledek imam dari Indonesia.
Awalnya Gus Baha membagikan sebuah cerita menarik tentang perbedaan perlakuan terhadap imam sholat di Indonesia dan negara tetangga.
Advertisement
Ceramah ini salah satunya ditayangkan di kanal YouTube @ummunaya dan segera menarik perhatian banyak orang.
Ulama pakar Al-Qur'an dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Qur'an LP3IA di Narukan, Rembang, ini memulai ceramahnya dengan sebuah anekdot tentang imam dari negara tetangga yang tidak disebutkan secara spesifik.
Baca Juga
Â
Simak Video Pilihan Ini:
Segini Gaji Muadzin Negara Sebelah
"Di negara sebelah, nggak perlu saya sebutkan negaranya, imamnya itu digaji Rp100 juta per bulan," ungkap Gus Baha.
Menurut Gus Baha, suatu ketika imam tersebut datang ke Surabaya dan bercerita bahwa muadzin di negaranya digaji Rp75 juta rupiah.
Hal ini tentu kontras dengan kondisi imam di Indonesia. "Imam di Indonesia naik sepeda ontel sudah watuk, naik ontel, nggak ada yang gaji," kata Gus Baha, menggambarkan betapa sederhana dan penuh pengorbanan kehidupan imam di Indonesia.
Cerita ini membuat kiai Indonesia merasa tersinggung. "Dia cerita-cerita kebaikan negaranya dan gurunya, negara kita lama-lama kiai itu mangkel," lanjut Gus Baha.
Kiai Indonesia yang dikenal cerdas meskipun jarang yang kaya, merespons dengan kecerdasan dan kebijaksanaan khas mereka.
Advertisement
Begini Ucapan Imam Indoinesia
Dalam ceramahnya, Gus Baha menyoroti bahwa meskipun imam di Indonesia tidak digaji dengan jumlah besar, mereka tetap menjalankan tugas dengan penuh dedikasi.
"Makanya kamu sholat terus ya, takut potong gaji," ujar kiai Indonesia menjawab imam dari negara tetangga.
Sindiran ini menunjukkan bahwa ketaatan dan keikhlasan dalam beribadah tidak seharusnya diukur dari materi.
Ceramah Gus Baha ini tidak hanya mengundang tawa, tetapi juga refleksi mendalam tentang keikhlasan dalam beribadah dan pengabdian tanpa pamrih.
Banyak yang mengapresiasi cerita ini karena menggambarkan realitas kehidupan imam di Indonesia yang penuh perjuangan dan kesederhanaan. Hal ini tampak dari banyaknya komentar warga net.
Dalam ceramah tersebut, Gus Baha juga mengingatkan bahwa kiai dan imam di Indonesia memiliki kecerdasan yang luar biasa meskipun mereka hidup dalam kesederhanaan.
"Kiai Indonesia tuh kan cerdas-cerdas meskipun jarang yang kaya tapi cerdas-cerdas," ujarnya, menekankan bahwa kecerdasan dan keikhlasan dalam beribadah adalah hal yang utama.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul