Liputan6.com, Cilacap - Sebentar lagi kita akan memasuki Malam 1 Suro 2024. Malam 1 Suro adalah malam pertama dalam kalender Jawa.
Peringatan malam 1 Suro biasanya dilaksanakan pada malam hari setelah maghrib pada hari sebelum tanggal 1 Suro atau 1 Muharram.
Advertisement
Baca Juga
Hal ini sesuai dengan keyakinan masyarakat Jawa bahwa pergantian hari baru dimulai saat terbenam matahari pada hari sebelumnya.
Ternyata, tradisi perayaan 1 Suro juga dilakukan oleh kalangan masyarakat pesantren. Berikut ini penjelasannya.
Simak Video Pilihan Ini:
Tradisi Suroan di Pesantren
Menukil NU Online, Pada hari Suronan, para santri berpuasa mengikuti Rasulullah Saw, seperti dalam haditsnya:
“Ketika Nabi Saw diba di Madinah, beliau melihat orang-orang Yahudi puasa pada hari ‘Asyuro, beliau bertanya, ‘Hari apa ini?’ kemudian mereka mejawab, ‘Hari ini hari yang baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh-musuh mereka, karena itu Musa mempuasainya.’ Sabda Nabi Saw, ‘Aku lebih berhak dari padamu dengan Musa.’ Karena itu Nabi Saw mempuasainya dan menyuruh mempuasinya.” (HR. Al-Bukhari).
Dalam pelaksanaan tradisi Suronan, kalangan pesantren juga biasanya membuat bubur nasi, yaitu bubur abang (bubur merah) yang rasanya manis karena dibubuhi gula merah, dan bubur putih yang rasanya gurih.
Advertisement
Peperangan Antara yang Hak dan Batil
Bulan Suro adalah bulan terjadinya peperangan antara yang baik dan yang buruk, sebagaimana tampak dalam tragedi pembunuhan Sayyidina Husain bin Ali bin Abi Thalib di Karbala.
Sebagian masyarakat Jawa menekankan momentum Suro pada tanggal satu Suro, yaitu malam tahun baru bagi penanggalan Jawa Kuno. Mereka percaya pada malam ini berbagai kekuatan spiritual turun ke bumi untuk mendatangi orang-orang yang berhati bersih dan suci.
Biasanya mereka kemudian melakukan patigeni, yaitu tirakatan selama 24 jam tanpa tidur dan tidak makan untuk mengharap datangnya pesan dari langit.
Ada juga yang melakukannya dengan merendam diri di sungai dan mandi di tempat-tempat tertentu. Sedangkan orang-orang yang memiliki pusaka (keris, jimat, dan lain-lain) akan memandikan dan membersihkannya pada hari keramat ini.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul