Liputan6.com, Bangkalan - Momen Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 RI selalu mengingatkan pada perjuangan para pahlawan di masa penjajahan. Mereka berani mengorbankan jiwa dan raganya demi kemerdekaan yang dicita-citakan seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam memperjuangkan kemerdekaan, para pejuang tidak berjalan sendiri-sendiri. Bersatunya seluruh elemen masyarakat menjadi kunci penting melawan penjajah.
Salah satu elemen yang ikut berperan adalah kalangan pesantren. Ada begitu banyak kiai yang ambil bagian menjadi garda terdepan dalam menghadapi penjajah. Sebut saja salah satunya pendiri Nahdlatul Ulama (NU), KH Hasyim Asy’ari.
Advertisement
Baca Juga
Kisah Bung Karno Sowan ke Mbah Kholil Bangkalan sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Didoakan hingga Kepalanya Diusap
Bung Karno dan Fatmawati, Kisah Cinta Sejoli Aktivis Muhammadiyah-Aisyiyah Pengawal Kemerdekaan
5 Habib Pejuang Kemerdekaan RI, Pencipta Lagu Hari Merdeka hingga Perancang Lambang Garuda
Keterlibatan ulama dan santri memperjuangkan kemerdekaan sempat bikin penjajah Belanda ketar-ketir. Pada akhirnya dari kalangan pesantren banyak ditangkap agar tidak memberi pengaruh melawan penjajah.
Salah satu ulama yang ditangkap penjajah Belanda adalah gurunya Mbah Hasyim Asy’ari, Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Lathif atau akrab dipanggil Mbah Kholil Bangkalan.
Namun, ditahannya Mbah Kholil malah membuat penjajah Belanda kewalahan menghadapi keanehan-keanehan yang terjadi. Begini kisahnya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Keanehan yang Terjadi di Balik Tahanan Mbah Kholil
Melansir laman Laduni.id, ditangkapnya Mbah Kholil malah membuat penjajah Belanda pusing dan kewalahan. Banyak hal-hal terjadi yang tidak masuk akal.
Misalnya, pintu penjara tidak bisa dikunci sehingga mereka harus berjaga penuh supaya para tahanan tidak melarikan diri.
Kemudian banyak ribuan orang datang untuk menjenguk dan memberi makanan kepada Mbah Kholil, bahkan ada yang meminta ikut ditahan bersamanya.
Kejadian-kejadian tersebut akhirnya membuat pihak Belanda dan sekutunya merelakan Mbah Kholil dibebaskan. Masya Allah, tentu kejadian-kejadian itu tidak terlepas dari karomah Mbah Kholil dan kehendak Allah SWT. Wallahu’alam.
Advertisement
Siapa Mbah Kholil Bangkalan?
Mbah Kholil, nama populer lain dari Syekh Kholil Bangkalan adalah Mahaguru para kiai Nusantara yang lahir di Bangkalan pada abad ke-19. Mengenai tanggal lahirnya ditemukan beberapa perbedaan dari berbagai sumber.
Jika merujuk penelitian Muhaimin selaku Ketua Tim Peneliti Gelar Pahlawan Syaikhona Kholil yang dikutip dari situs resmi PCNU Sumenep, Mbah Kholil lahir pada 9 Shafar 1252 H atau 25 Mei 1835 di Kramat Bangkalan.
Mbah Kholil berasal dari keluarga ulama. Beliau adalah putra dari KH Abdul Lathif yang masih ada pertalian dengan Sunan Gunung Jati. Ayahnya adalah putra dari Kyai Hamim, anak dari Kiai Abdul Karim.
Abdul Karim adalah keturunan dari Kiai Muharram bin Kyai Asror Karomah bin Kyai Abdullah bin Sayyid Sulaiman. Sayyid Sulaiman adalah cucu Sunan Gunung Jati.
Sejak kecil Mbah Kholil sudah haus akan ilmu agama, terutama Fikih dan Nahwu. Bahkan, beliau mampu menghafal 1.002 bait nadzom Alfiyah Ibnu Malik sejak muda.
Perjalanan pendidikan Mbah Kholil cukup panjang. Beliau berguru kepada ulama di Madura hingga Makkah. Beliau sangat bersungguh-sungguh ketika menimba ilmu hingga akhirnya menjadi ulama yang dihormati di Tanah Air.
Wafat
Mbah Kholil wafat pada Kamis, 29 Ramadan 1343 H (1925 M) di Martajasah Bangkalan, Jawa Timur. Ulama kharismatik asal Madura ini dimakamkan di Desa Martajasah, Kecamatan/Kabupaten Bangkalan.
Sampai sekarang banyak umat Islam dari berbagai penjuru Indonesia yang berbondong-bondong ziarah ke makam Mbah Kholil. Mereka bertawasul dan berdoa di pesarean Mbah Kholil yang berada di sisi kanan masjid.