Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, atau lebih dikenal sebagai Gus Baha, memberikan penjelasan mengenai cara bersedekah agar amalan tersebut pasti diterima oleh Allah SWT.
Dalam ceramahnya yang dikutip dari kanal YouTube @Pengaosangusbaha, Gus Baha menekankan bahwa ada satu syarat yang harus dipenuhi agar sedekah kita diterima dengan baik oleh Allah.
Gus Baha memulai dengan menjelaskan bahwa syarat utama diterimanya sedekah adalah tidak merasa lebih saat memberi.
Advertisement
"Mulane kulo nate maos teng nggene hadis syarate sodaqoh ditompo Pangeran (Allah SWT) niku ono sitok sing mesti ditompo," ujar Gus Baha. Artinya, menurut Gus Baha, ada satu hal yang harus dilakukan agar sedekah kita diterima.
Syarat tersebut adalah merasa setara dengan orang yang menerima sedekah. "Nak koe iso ngelakoni, kowe ora ngeroso ngekeki wong iku koyo butuhe wong iku ning kowe dadi podo," lanjut Gus Baha.
Dalam hal ini, pemberi sedekah tidak boleh merasa dirinya sedang memberi karena orang lain lebih membutuhkan, melainkan harus merasa bahwa keduanya setara.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Soal Perasaan Bersedekah
Lebih lanjut, Gus Baha mencontohkan situasi di mana seseorang bersedekah kepada orang lain. “Misale kulo sodaqoh ning Ruhin (salah satu santri Gus Baha) butuh Rp100.000. Sing luwih butuh ning duit sopo? Ruhin butuh duit mergo mlarat, tapi aku yo butuh ganjaran,” kata Gus Baha.
Dalam situasi ini, Gus Baha menjelaskan bahwa pemberi sedekah juga sebenarnya membutuhkan balasan pahala dari Allah, sehingga bukan hanya penerima yang membutuhkan.
Oleh karena itu, ketika bersedekah, seseorang harus memiliki perasaan bahwa ia juga membutuhkan, bukan semata-mata merasa membantu orang lain.
"Kudu ngeroso kowe yo butuh sing nompo," tambah Gus Baha. Pemberi sedekah harus merasakan bahwa mereka memerlukan penerima sedekah untuk mendapatkan ganjaran dari Allah.
Lebih lanjut, Gus Baha menekankan bahwa perasaan memberi ini harus dihindari. "Ajo duwe perasaan kowe ngekeki nak koe duwe perasaan ngekeki kowe ngko otoriter," katanya.
Maksudnya, jangan sampai merasa bahwa kita memberi kepada orang lain dengan perasaan superior, karena hal ini bisa menimbulkan sifat otoriter dalam diri kita.
Advertisement
Sedekah Mirip Orang Mengajar
Gus Baha juga mengingatkan bahwa perasaan tersebut dapat membuat kita merasa berjasa atau ingin dipuji. "Rawan di undat-undat, rawan sok berjasa," lanjutnya. Jika kita merasa telah berjasa dengan bersedekah, maka dikhawatirkan pahala sedekah tersebut akan berkurang atau bahkan tidak diterima.
Dalam konteks ini, Gus Baha mengajarkan bahwa pemberi sedekah harus memiliki niat yang tulus dan tidak mengharapkan imbalan dari manusia, melainkan hanya dari Allah SWT. Dengan demikian, perasaan otoriter dan rasa ingin dipuji bisa dihindari. "Padahal kowe yo butuh," tegas Gus Baha, kembali menekankan bahwa baik pemberi maupun penerima sama-sama membutuhkan.
Selain itu, Gus Baha juga menekankan bahwa dalam berdakwah atau mengajar, prinsip yang sama berlaku. Ia mengungkapkan bahwa ketika mengajar, seseorang tidak boleh merasa lebih tinggi dari muridnya, karena ilmu yang diajarkan juga merupakan bentuk rezeki yang diberikan oleh Allah.
Seperti halnya dalam bersedekah, saat mengajar atau berdakwah, seseorang harus menganggap bahwa murid atau orang yang diajari juga memiliki peran penting dalam proses tersebut.
Dalam hal ini, Gus Baha mengingatkan bahwa kita harus selalu rendah hati dan tidak merasa lebih dari orang lain.
Gus Baha mengajarkan agar setiap amalan, baik itu sedekah, mengajar, atau berdakwah, dilakukan dengan ikhlas dan tanpa rasa sombong. “Syarate supaya amal ditompo Allah ya kowe kudu tulus lan ora ngeroso luwih,” tutupnya.
Dengan niat yang tulus, insya Allah setiap amalan akan diterima dan mendapatkan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Pesan Gus Baha ini memberikan pelajaran bahwa penting bagi kita untuk selalu rendah hati dalam melakukan setiap amalan, termasuk sedekah. Pemberian yang dilakukan dengan hati yang ikhlas, tanpa merasa lebih dari orang lain, adalah kunci agar amalan kita diterima di sisi Allah SWT.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul