Gus Baha Mengaku Jarang Beli Perhiasan Mahal untuk Istri, tapi Malah Borong Ini

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha dengan santai menceritakan bahwa ia belum pernah membeli perhiasan mahal seperti gelang atau kalung untuk istrinya.

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Okt 2024, 05:30 WIB
Diterbitkan 07 Okt 2024, 05:30 WIB
Gus Baha
Gus Baha (TikTok)

Liputan6.com, Jakarta - KH Ahmad Bahauddin Nursalim, yang lebih dikenal dengan nama Gus Baha, seringkali menyampaikan ceramahnya dengan cara yang sederhana dan penuh humor.

Di berbagai kesempatan, ia selalu menekankan pentingnya ilmu pengetahuan dalam kehidupan seorang muslim. Salah satu ceramahnya yang menarik perhatian adalah pengakuannya tentang kebiasaannya membeli kitab, dibandingkan dengan membelikan perhiasan mahal untuk istrinya.

Dalam ceramah tersebut, Gus Baha dengan santai menceritakan bahwa ia belum pernah membeli perhiasan mahal seperti gelang atau kalung untuk istrinya.

"Saya belum pernah membelikan gelang yang harganya jutaan untuk istri saya," ujarnya.

Namun, ia justru sering kali membeli kitab-kitab agama yang harganya tak kalah mahal. Baginya, investasi dalam kitab jauh lebih berharga dibandingkan membeli perhiasan.

Gus Baha berbagi tentang kebiasaannya yang selalu membeli kitab meski sudah memiliki cetakan yang sama. "Wah, saya ini punya kitab, tapi tetap saja cari kitab dengan cetakan berbeda," candanya, dikutip dari kanal YouTube @Pengaosangusbaha.

Gus Baha mengaku memiliki beberapa kitab yang sama, seperti Minhajut Abidin karya Imam Ghazali dan Ihya Ulumuddin, yang setiap kali ia beli, selalu dalam jumlah banyak.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Kebiasaan Gus Baha

Ilustrasi kitab Allah
Ilustrasi kitab Allah. (Image by Freepik)

Gus Baha juga bercerita bahwa setiap kali peringatan Khaul ayahnya, ia biasa membeli sekitar 60 eksemplar kitab Minhajut Abidin untuk diberikan kepada para santri yang ikut mengaji.

Bagi Gus Baha, menyebarkan ilmu melalui kitab-kitab agama adalah bentuk amal jariyah yang sangat bernilai. Ia bahkan lupa berapa jumlah kitab Bidayatul Hidayah yang pernah ia beli, karena sering kali membeli kitab-kitab dalam jumlah besar.

Selain itu, Gus Baha juga pernah membeli kitab Musnad Ahmad dengan harga Rp2,8 juta. Harga ini sempat membuat istrinya terkejut, karena membeli kitab dengan harga sebesar itu cukup sulit untuk mendapatkan kopiannya atau salinannya.

Meski begitu, Gus Baha merasa senang karena berhasil memesan kitab tersebut dari Libanon, yang sulit ditemui di Indonesia.

Kebiasaan Gus Baha dalam mengoleksi kitab bukan tanpa alasan. Ia selalu merasa khawatir jika ada kesalahan cetak pada kitab-kitab yang ia miliki.

Oleh karena itu, ia selalu membeli beberapa cetakan berbeda dari kitab yang sama. "Saya punya adat, kalau beli kitab harus beberapa cetakan. Takut kalau ada salah cetak, bisa lihat yang lainnya sebagai pembanding," jelasnya.

Kisah ini mengajarkan bahwa bagi Gus Baha, kitab memiliki nilai yang jauh lebih berharga daripada perhiasan atau barang mewah lainnya.

Ilmu di Atas Segalanya

Ilustrasi kitab Allah Swt.
Ilustrasi kitab Allah SWT. (Image by chandlervid85 on Freepik)

Meski istri dan keluarganya mungkin terkejut dengan kebiasaan tersebut, Gus Baha tetap merasa puas dengan koleksi kitab-kitab yang ia miliki. Baginya, pengetahuan dan ilmu agama adalah harta yang tidak bisa dinilai dengan uang.

Gus Baha juga mengungkapkan bahwa ia lebih senang mengoleksi kitab-kitab klasik, meski harga dan ketersediaannya kadang sulit ditemukan. Bahkan, ia tidak segan memesan kitab dari luar negeri jika tidak ada di Indonesia.

"Adanya di Libanon, ya saya pesan dari sana," ungkapnya dengan senyum puas.

Pengakuan Gus Baha tentang koleksi kitab ini juga mencerminkan bagaimana seorang ulama besar mengutamakan ilmu di atas segalanya.

Ia tidak hanya membeli kitab untuk dirinya sendiri, tetapi juga membagikannya kepada para santri dan pengikutnya. Dengan cara ini, Gus Baha memastikan bahwa ilmu yang ia pelajari juga bisa dimanfaatkan oleh orang lain.

Meskipun ia belum pernah membelikan perhiasan mahal untuk istrinya, Gus Baha menunjukkan bahwa cinta dan perhatian bisa diwujudkan dengan cara yang berbeda.

Dalam hal ini, investasi dalam ilmu pengetahuan adalah salah satu bentuk perhatian yang paling berharga. Bagi Gus Baha, kebahagiaan keluarganya juga bisa diraih melalui pembelajaran dan pemahaman agama yang mendalam.

Pada akhirnya, cerita Gus Baha ini menjadi cerminan betapa pentingnya ilmu dan pendidikan dalam kehidupan seorang Muslim.

Melalui kebiasaan sederhana seperti membeli kitab, Gus Baha mengajarkan bahwa menuntut ilmu adalah salah satu ibadah yang paling utama. Setiap kitab yang ia beli bukan hanya menjadi koleksi, tetapi juga menjadi bekal bagi kehidupan akhirat.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya