Festival Kitab Kuning Banyuwangi, Cek Rangkaian Kegiatannya

Kitab kuning ini merupakan salah satu ciri khas pesantren di Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Mar 2022, 11:00 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2022, 11:00 WIB
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Melihat kitab kuning yang dimaerkan dalam festival kitab kuning di Gedung Juang 1945 Banyuwangi (Istimewa)
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Melihat kitab kuning yang dimaerkan dalam festival kitab kuning di Gedung Juang 1945 Banyuwangi (Istimewa)

Liputan6.com, Banyuwangi - Ajang Festival Kitab Kuning digelar di Gedung Juang Banyuwangi, 10 - 12 Maret 2022. Kegiatan ini digelar sebagai upaya menunjukkan kekayaan intelektual pesantren di daerah itu.

Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, mengatakan kitab kuning ini merupakan salah satu ciri khas pesantren di Indonesia.

"Ini tidak hanya menjadi referensi keilmuan bagi kalangan santri, tapi juga telah menjadi budaya dan bagian sejarah bagi bangsa ini," ungkap Ipuk.

Interaksi kitab kuning dengan sejarah dan budaya bangsa inilah, lanjut Ipuk, yang coba ditampilkan pada festival kali ini.

"Khususnya bagaimana kitab kuning berinteraksi dengan masyarakat Banyuwangi. Yang mana, sebagaimana diketahui bersama, Banyuwangi menjadi salah satu daerah yang memiliki pesantren cukup banyak," terangnya.

Festival kitab kuning sendiri dilaksanakan selama tiga hari dengan berbagai rangkaian kegiatan. Mulai dari peluncuran kitab kuning karya kiai-kiai Banyuwangi, pameran, dan serangkaian ngaji kitab, bedah buku dan diskusi.

Pada acara ini juga ada peluncuran kitab Majmuatu Mualifat Ulama Banyuwangi yang merupakan kompilasi kitab-kitab karya kiai dari Banyuwangi," ungkap Kepala Bagian Kesmas Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi Muhammad Lukman.

 

Saksikan juga video pilihan berikut ini:

Pameran Kitab Kuning

Beberapa kitab tersebut, lanjut Lukman, adalah Nadzam Aqidah karya KH. Abdullah Faqih, Bayanul Mubhamat karya KH. Harun Abdullah, Syair Nasehat karya KH. Abbas Hasan, Syiir Safinah karya KH. Dimyati Syafi'i, Syair Ulan Handadari karya KH. Muhammad Zubairi sampai Tafsir Suratil Fatihah karya KH. Suhaimi Rafiudin.

"Semua karya-karya tersebut terhitung langka dan sedikit yang mengetahuinya," jelasnya.

Dengan menerbitkannya lagi, pihaknya berharap akan menggugah semangat para santri untuk menulis juga.

Sedangkan pamerannya sendiri bertajuk "Ada kitab kuning di Banyuwangi". Pameran ini memuat khazanah kitab kuning di Banyuwangi. Mulai yang berupa manuskrip, cetak tua, hingga yang terbaru.

Selain itu, juga ditampilkan sejumlah fragmen sejarah bagaimana kitab kuning pada khususnya dan umat Islam pesantren pada umumnya di Kabupaten Banyuwangi.

"Dari pameran ini kami ingin menyuguhkan bagaimana kitab kuning di Banyuwangi itu menjadi bagian yang berkaitan erat dengan sejarah dan kehidupan masyarakat Blambangan," ungkap kurator pameran, Ayung Notonegoro.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya