Taman Botol, Solusi Menghemat Air dan Lahan

David Latimer, seorang pecinta tanaman berhasil menciptakan taman botol.

oleh Aria Sankhyaadi diperbarui 14 Apr 2014, 19:30 WIB
Diterbitkan 14 Apr 2014, 19:30 WIB
Taman Botol, Solusi Menghemat Air dan Lahan
David Latimer, seorang pecinta tanaman berhasil menciptakan taman botol. (Foto: Dailymail)

Liputan6.com, London Seiring dengan meningkatnya angka pertambahan penduduk, maka kebutuhan akan lahan kosong pun meningkat. Tak jarang orang yang ingin berkebun pun harus mengurungkan niatnya karena keterbatasan lahan.

Seperti yang dilansir dari Dailymail, Senin (14/4/2014), bagi Anda yang ingin berkebun namun tak memiliki lahan yang cukup serta tak ingin menghabiskan banyak waktu untuk merawat tanaman Anda, jangan khawatir. Ternyata ada sebuah teknik berkebun yang tidak menghabiskan waktu yang banyak, teknik ini adalah taman botol.

David Latimer bisa dikatakan seorang pecinta tanaman yang jenius, dia dapat melihat masa perkembangan dari kehidupan tanamannya dalam waktu yang sangat lama tanpa harus menyita waktu hidupnya.

Taman botol miliknya sekarang usianya hampir 53 tahun. Tanaman dalam botol miliknya itu terakhir ia disiram oleh Perdana Menteri Ted Heath dan Richard Nixon di Gedung Putih.

Selama 40 tahun terakhir taman botolnya benar-benar tertutup dari dunia luar. Namun tanaman spiderworts (atau Tradescantia) yang ada di dalamnya telah berkembang dan mengisi taman botol bulat itu dengan dedaunan yang sehat dan lebat.

Latimer yang berusia 80 tahun, mengatakan bahwa taman botolnya diletakkan enam kaki (1,82 m) dari jendela sehingga mendapat sedikit sinar matahari. Tanaman tumbuh menuju cahaya, dia memutar botol agar tanaman tumbuh lambat dan merata. Taman Botol ini rendah pemeliharaan. Dia tidak pernah memangkas daun dan cabang tanaman. Taman Botol telah menciptakan ekosistem miniatur sendiri.

Meskipun telah terputus dari dunia luar, karena masih menyerap cahaya, tanaman bisa berfotosintesis. Fotosintesis menciptakan oksigen dan juga menyebarkan banyak uap air di udara. Kelembaban yang menumpuk di dalam botol akan membuat ‘hujan’ yang meneteskan air kembali ke dasar botol untuk diserap akar tanaman lagi.

Sementara itu daun busuk yang terdapat di bagian bawah botol akan menciptakan karbon dioksida yang juga diperlukan untuk proses fotosintesis dan nutrisi dari daun busuk akan diserap melalui akar tanaman.

Lebih lanjut, Latimer memasukkan air ke dalam botol sekitar seperempat volume botol pada tahun 1960. Botol itu disiram sekali lagi pada tahun 1972 dan tidak disiram lagi sampai sekarang.

Lebih lanjut, Latimer setuju bahwa taman botol ini sangat membosankan karena dia tidak melakukan apa-apa untuk perawatan, namun dia tetap terpesona ketika melihat sudah berapa lama taman botolnya berkembang.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya