Meriahnya Lebaran Topat Suku Sasak Lombok

Suku Sasak Lombok, Nusa Tenggara Timur, sejak lama mengenal tradisi Lebaran Topat.

oleh Hans Bahanan diperbarui 25 Jul 2015, 11:01 WIB
Diterbitkan 25 Jul 2015, 11:01 WIB
Lebaran Topat
Masyarakat Suku Sasak sejak lama mengenal tradisi Lebaran Topat.

Liputan6.com, Jakarta Lebaran Topat atau Lebaran Ketupat merupakan tradisi yang kerap digelar masyarakat Suku Sasak Nusa Tenggara Barat (NTB) seminggu setelah Idulfitri. Tradisi yang telah berlangsung sejak lama dan dilaksanakan secara turun-temurun ini dirayakan setelah melaksanakan puasa Syawal selama 6 hari. Nama ‘Topat’ sendiri diambil dari nama ‘Ketupat’, yang menjadi hidangan utama dalam tradisi tersebut untuk disantap bersama keluarga.

Pantauan Tim Liputan6.com di Nusa Tenggara Barat, Jumat (24/7/2015), ribuan warga berbondong-bondong memadati berbagai tempat wisata dan makam para ulama untuk merayakan tradisi Lebaran Topat. Berbagai tempat tersebut antara lain makam Loang Baloq, makam Batu Layar, Pantai Duduk, Pantai Senggigi, Pantai Ampenan, objek wisata lainnya. 

Di kawasan Pantai Duduk, Senggigi, Lombok Barat,  antusia warga merayakan tradisi Lebaran Topat ini terlihat dari ramainya pengunjung yang memadati bibir pantai. Mereka menggelar tikar sambil menyantap ketupat yang dibawa dari rumah mereka masing-masing. 

Tradisi Lebaran Topat tak hanya dari masyarakat Lombok Barat, banyak di antara pengunjung yang datang dari luar daerah, salah satunya adalah Rifai (40 tahun) warga Belanting, Lombok Timur. Meski jarak dari rumahnya ke pantai sangat jauh, namun dia menyempatkan diri datang bersama keluarganya untuk merayakan tradisi Lebaran Topat di Pantai Duduk.

Lebaran Topat dirayakan dengan berwisata dengan membawa ketupat untuk disantap bersama.

“Sudah menjadi tradisi bagi keluarga, setiap Lebaran Topat kami ke sini makan-makan dan mandi di laut. Intinya selain lebaran juga rekreasi bersama anak-anak saya. Jadi meskipun jauh kami tetap datang kesini,” ujar Rifai, saat ditemui awak Liputan6.com. 

Selain Rifai, hal senada juga diungkapkan Winda (34 tahun)  warga Jelojok, Lombok Tengah. Bagi Winda tradisi Lebaran Topat ini adalah ajang berkumpul kembali bersama keluarga besar sekaligus menikmati kebersamaan setelah melaksanakan puasa selama sebulan penuh. 

“Bagi saya, Lebaran Topat ini sebagai simbol kebersamaan kembali bersama keluarga setelah puasa. Biar lebih berasa ya makannya juga ketupat dong,” kata Rifai melanjutkan. 

Sejak perayaan berlangsung, arus kendaraan yang menuju ke beberapa pantai di kawasan senggigi tampak ramai, ribuan personil kepolisian dikerahkan untuk mengatur lalu lintas agar tidak terjadi kemacetan. Tak hanya dijalan raya, keramaian juga terjadi di pintu masuk berbagai tempat wisata. (Hans/Ibo)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya