Kisah Nasionalisme Kaum Muda di Perbatasan

Berikut kisah perjuangan pemuda pemudi di perbatasan untuk mencapai kesuksesan.

oleh Meita Fajriana diperbarui 08 Jun 2016, 19:30 WIB
Diterbitkan 08 Jun 2016, 19:30 WIB
Kisah Nasionalisme Kaum Muda di Perbatasan
Kisah Nasionalisme Kaum Muda di Perbatasan

Liputan6.com, Jakarta Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengenalkan rasa nasionalisme kepada pemuda Indonesia. Terlebih di wilayah perbatasan yang jauh dari jangkauan ibu kota. Namun, muda-mudi di perbatasan ni i tetap memiliki keinginan untuk membela negara, salah satu wujud nyata yang mereka lakukan adalah dengan berusaha belajar dengan baik untuk mencapai kesuksesan. Mendukung hal ini, Djarum Fondation rutin melakukan Road to Campus di daerah perbatasan. 

“Road to Campus hadir sebagai bagian dari komitmen kami memberikan soft skills kepercayaan diri dan wawasan kebangsaan pada kaum muda sebagai bagian dari bangsa yang tangguh berkompetisi di era globalisasi,” ujar Lounardus Saptopranolo, Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation di kampus Nusa Cendana, Kupang, Sabtu (4/6/2016).

Kisah Nasionalisme Kaum Muda di Perbatasan

Dalam kesempatan yang sama, Inayah Wahid, tokoh muda, putri presiden RI ke-4 yang aktif di bidang sosial budaya juga menuturkan, “Yang pertama anak muda Indonesia dapat lakukan, khususnya mereka di perbatasan, adalah menumbuhkan rasa cinta pada Indonesia. Mensyukuri semua berkah yang sudah kita miliki. Banyak bangsa lain yang tidak memiliki kekayaan seperti yang kita miliki, dan sangat menginginkan apa yang kita punya, sehingga sudah sepatutnya kita bersyukur dan memanfaatkan berkah ini dengan sungguh-sungguh untuk kemajuan bangsa."

Sementara itu, Pater Gregorius Neonbasu SVD, peneliti budaya yang juga pakar antropologi menambahkan, "Bangsa kita, yang sangat kaya dan memliki falsafah Bninneka Tunggal Ika, perlu lebih menekankan ‘bhinneka’ dibandingkan ‘ika’. Saya mengajak kaum muda untuk mengaktualisasi nilai-nilai luhur kita”.

Kisah Nasionalisme Kaum Muda di Perbatasan

Aleta Baun, perempuan pahlawan lingkungan dari NTT yang berani melawan perusahaan-perusahaan tambang perusak lingkungan, bahkan hingga mempertaruhkan nyawanya, wujud rasa nasionalisme yang dia lakukan adalah dengan menjaga alam Indonesia, khususnya NTT yang berada di garis luar Indonesia.

"Batu adalah tulang, air adalah darah. Jika tulang dan darah rusak, maka rusak tubuh kita sebagai manusia. Begitu juga jika batu dan air rusak, maka rusak pula akan kita, Indonesia," ujar Aleta Baun.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya