Liputan6.com, Jakarta Hampir satu abad lamanya sejak pakaian yang dulunya dibuat hanya untuk laki-laki mulai dirancang dan diproduksi untuk wanita. Hingga di abad 21 perlu pemikiran terbuka untuk mendefinisikan fashion sesuai dengan gender, yaitu laki-laki dan perempuan.
Model busana bertema genderless atau unisex pun muncul ke permukaan dan sangat populer di Jepang sejak tahun lalu. The genderless kei (kei yang artinya gaya) merupakan sub-budaya Jepang dari laki-laki heteroseksual dan perempuan yang bergaya androgini.
Baca Juga
Seperti dilansir dari Lostaeminor.com pada Sabtu (24/6/2016), bagi anak muda laki-laki di Jepang, melukis kuku atau lebih dikenal dengan nail art, menggunakan makeup dan berpakaian lucu bukan soal menjadi gay atau normal. Sebaliknya, hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penolakan terhadap pandangan bahwa pakaian harus memiliki gender.
Advertisement
Menurut salah seorang musisi asal Jepang, Toman dari band XOX mengungkapkan bahwa hal tersebut hanya tentang pilihan fashion dan tidak lebih. Ia menggambarkan penampilan teman-temannya bahwa jika anak laki-laki menggunakan lensa kontak berwarna, makeup, dan nail art merupakan hal yang wajar.
Toman pun mengakui bahwa ada sebagian besar orang yang melihat dan bertanya akan penampilannya tersebut apakah mengindikasikan gay atau tidak. Ia pun dengan santai menanggapi hal tersebut sebagai sesuatu yang wajar sampai saat ini hal tersebut diterima menjadi sesuatu yang normal.