Menang Pariwisata Halal Terbaik Dunia, Lalu Harus Berbuat Apa?

Setelah berhasil memenangkan 12 dari 16 penghargaan di World Halal Tourism Award, lalu apa yang harus ditingkatkan dalam pariwisata halal?

oleh Akbar Muhibar diperbarui 26 Apr 2017, 13:12 WIB
Diterbitkan 26 Apr 2017, 13:12 WIB
Daftar Nominasi Kompetisi Pariwisata Halal 2016 Tingkat Nasional
113 peserta jadi nominator Kompetisi Pariwisata Halal Nasional, masyarakat dapat memilih yang terbaik melalui E-Voting.

Liputan6.com, Jakarta Pariwisata halal sudah menjadi visi terbaru yang terus diperjuangkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Apalagi setelah memenangkan 12 dari 16 penghargaan di World Halal Tourism Award, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan. Seperti yang diungkapkan oleh Tazbir, Asisten Deputi Pengembangan Segmen Pasar Bisnis dan Pemerintah, Kementerian Pariwisata pada Kamis, (20/4/2017).

“Salah satu hal mendasar yang harus diubah paradigmanya dari masyarakat adalah soal halal sendiri. Masih banyak yang mengartikan halal dalam bentuk hitam putih, makanan halal dan haram. Padahal makna halal sendiri lebih luas daripada itu,” ujar Tazbir.

Dalam dialog Making A Competitive Halal Tourism yang dilaksanakan oleh MarkPlus Center for Public Services, Tazbir mengungkap bahwa halal sangat sesuai dengan teori bisnis. Contohnya saja adalah toilet bersih sudah pasti halal, hingga pelayanan yang baik sudah pasti halal. Sehingga halal menjadi sebuah standar yang baik untuk menjalankan pariwisata halal oleh seluruh unsur di Indonesia.

“Biasanya orang sudah menganggap makanan di Restoran Padang itu halal. Namun berbeda bila turis yang masuk, mereka akan menanyakan sijil, atau sertifikat halalnya. Tentunya butuh peran aktif masyarakat untuk memberikan kejelasan halal dalam setiap produk yang diberikan,” ungkap Tazbir.

Tidak hanya dari unsur makanan saja, berbagai tempat mulai dari mushola hingga masjid juga menjadi perhatian utama dalam pariwisata halal. Karena masih banyak hotel dan pusat perbelanjaan meletakkan mushola dan masjid di tempat yang sulit dijangkau oleh para penggunanya. Bahkan ukurannya seringkali kecil, sehingga menyulitkan bila diadakan shalat berjamaah.

“Tentunya kita ingin memberikan pemahaman bahwa halal is safe, halal is hygine, and halal is healthy,” tutup Tazbir.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya