Menemukan Kopi Sunda, Si Anak Hilang yang Mulai Hits Kembali

Kopi Ciwidey adalah salah satu kopi Sunda yang telah diakui dunia. Meski demikian banyak orang masih bertanya, memangnya Sunda punya kopi?

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 07 Agu 2018, 12:00 WIB
Diterbitkan 07 Agu 2018, 12:00 WIB
Kopi Sunda
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Liputan6.com, Jakarta Meletusnya Gunung Guntur sekitar tahun 1800-an mengubah cuaca di kawasan Jawa Barat menjadi sangat ekstem. Satu per satu kebun kopi yang dibudidayakan Belanda rontok terkena penyakit yang disebabkan cuaca ekstrem tersebut. Kebun kopi di Jawa Barat lalu banyak dialihfungsikan menjadi kebun sayuran. Hal ini setidaknya diungkapkan Iqbal, salah satu barista gerakan #JelajahKopiSunda, dan menjadi jawaban mengapa kopi Sunda seolah tertinggal dari kopi-kopi dari daerah lain di Indonesia.

“Tahun 90-an Jabar mulai recovery, mulai menanam lagi kopi,” ungkap Iqbal saat ditemui Liputan6.com di Bandung beberapa waktu lalu.

Dalam kurun 15 tahun terakhir, kopi Sunda mulai mengeluarkan tajinya lagi. Terdapat dua jenis kopi yang bisa dikembangkan di kawasan ini, yaitu robusta dan arabika, dan ada sekitar 13 varian kopi yang berbeda di Jawa Barat.

“Kabupaten Bandung itu luas banget dan dikelilingi gunung, ada sekitar 9-13 gunung yang menghasilkan kopi. Buat saya tidak ada yang paling bagus dan paling jelek, karena si kopi itu istilahnya dibentuk sama rasanya, oleh proses pasca-panen. Jadi kalau bicara bagus atau tidaknya, semua sama-sama bagus. Masing-masing kopi pasti ada penikmatnya,” ungkap Iqbal.

 

Rasa yang Lebih Ringan

Kopi Sunda
Foto: Ahmad Ibo/ Liputan6.com.

Lebih jauh Iqbal menjelaskan, jika dibandingkan dengan kopi dari daerah lain, kopi Sunda lebih ringan, rasanya lebih lembut. Kopi Jawa Barat, kata Iqbal, terbentuk dari vulkanik muda yang tahun meletusnya masih rentang waktu yang tidak terlalu lama, sehingga kopi-kopi Sunda terkenal dengan rasanya yang lebih lembut dibandingkan daerah lain di Indonesia.

Untuk memperkenalkan kembali kopi Sunda sehingga sejajar dengan kopi Nusantara lainnya, Iqbal bersama pegiat kopi lainnya di Bandung membangun gerakan #JelajahKopiSunda.

“Awalnya gerakan ini adalah kekhawatiran kita sebagai orang Sunda yang punya potensi kopi, tapi kita kalah sama daerah lain gitu. Dulu sekitar 2015 saya jual kopi Jawa Barat orang masih banyak yang bertanya, memang di Jawa Barat ada kopi, di Bandung ada kopi, memang Sunda punya kopi? Padahal dari dulu Jabar itu termasuk awal penanaman kopi di seluruh dunia,” kata Iqbal.

 

Gerakan Jelajah Kopi Sunda

Dalam kurun tiga tahun terakhir gerakan ini menjadi besar. Orang-orang yang berada di dalamnya meliputi banyak fungsi, mulai dari hulu sampai hilir, mulai dari petani sampai ke penikmat. Kampanye kopi juga kerap dilakukan dengan berkunjung ke kantor-kantor hingga ke sekolah memperkenalkan anekaragam kopi Sunda.

“Pokoknya misi kami sharing berbagi informasi tentang kopi Sunda,” ungkap Iqbal menambahkan.

Untuk mendukung gerakan #JelajahKopiSunda, Kadispar Kabupaten Bandung Agus Firman Zaelani bahkan telah mempersiapkan paket wisata kopi Sunda. Dengan paket wisata ini, wisatawan tidak hanya berkesempatan menyicici kopi Sunda tapi juga ikut lihat proses pembuatan kopinya.

“Insha Allah, kopi Kabupaten Bandung juara internasional, kopi Ciwiday. Kita akan buka paket wisata kopi bareng teman-teman Jelajah Kopi Sunda,” kata Agus Firman menambahkan.

 

Simak juga video menarik berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya