6 Fakta Unik Pangeran Naruhito, Kaisar Baru Jepang Mulai Mei 2019

Pangeran Naruhito memiliki masa kecil yang berbeda dengan sang ayah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Simak fakta-fakta menarik penerus kekaisaran Jepang ini.

oleh Putu Elmira diperbarui 10 Apr 2019, 01:00 WIB
Diterbitkan 10 Apr 2019, 01:00 WIB
Keren, Menara Eiffel Berhias Cahaya Warna-warni
Putra Mahkota Jepang, Naruhito berpose dengan latar belakang Menara Eiffel yang berhias cahaya warna-warni di Paris, Perancis, Kamis (13/9). Pertunjukan ini bagian dari kunjungan Naruhito ke Perancis. (AP Photo/Christophe Ena)

Liputan6.com, Jakarta - Putra mahkota Naruhito direncanakan naik takhta menjadi Kaisar Jepang pada 1 Mei 2019. Jabatan ini diberikan sejak sang ayah, Kaisar Akihito memutuskan turun takhta. Itu berarti Jepang akan memasuki era baru yaitu Reiwa yang dipimpin oleh sang putra mahkota.

Memiliki nama lengkap Kōtaishi Naruhito Shinnō, putra mahkota Jepang ini lahir pada 23 Februari 1960 silam di Istana Togu, Tokyo, Jepang. Ia merupakan anak pertama dari Kaisar Akihito. Melansir dari laman nippon.com, Selasa, 9 April 2019 berikut 6 fakta unik yang Liputan6.com rangkum mengenai Pangeran Naruhito.

1. Telat Beberapa Tahun Menjadi Kaisar 

Pangeran Naruhito akan menjadi Kaisar Jepang yang ke-126, menurut silsilah keluarga tradisional negara itu. Pada usia 59, ia akan sedikit lebih tua daripada ayahnya, Akihito ketika naik ke takhta kekaisaran pada usia 55. Itu berarti dia telat empat tahun dari ayahnya.

Pada konferensi pers pada tanggal 21 Februari 2018, putra mahkota berbicara tentang keinginannya untuk mempertahankan tradisi seperti orang tuanya, Kaisar Akihito dan Permaisuri Michiko.

"Dalam benak saya, saya telah menggambarkan sikap dan kesiapan mental keagungan mereka terhadap tugas resmi mereka. Saya akan berusaha untuk meningkatkan diri saya saat tampil dalam peran itu (Kaisar)," ujarnya. 

2. Masa Kecil yang Berbeda dari Kaisar Lainnya

Pada era Kaisar Shōwa yang dipimpin oleh kakeknya, Naruhito lahir sebagai putra pertama Kaisar Akihito. Hingga umur 28 tahun, kakeknya, Hirohito (Kaisar Shōwa) masih menduduki tahta. Ini membuat kehidupan awal Naruhito sangat berbeda dari ayahnya. 

Ketika ayahnya berusia 18 tahun, ia langsung sibuk dengan tugasnya sebagai putra mahkota atau bertindak sebagai perwakilan untuk Kaisar Shōwa. Ini membuktikan bahwa ayahnya tidak bisa bersekolah atau pun berkuliah dengan cara yang sama seperti siswa biasa di Jepang.

Berbeda dengan masa kecil sang putra, Naruhito bisa merasakan bangku taman kanak-kanak. Kaisar Akihito sengaja memasukkan pangeran ke TK (taman kanak-kanak) agar lebih merakyat dan bisa berbaur dengan orang biasa sejak usia dini. 

 

 

 

 

3. Lulus Pascasarjana

Kaisar Akihito dan Putra Mahkota Pangeran Naruhito
Kaisar Akihito dan Putra Mahkota Pangeran Naruhito (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Pangeran Naruhito masuk Universitas Gakushuuin pada usia 18 tahun, ia memilih jurusan Sejarah untuk memperdalam ilmunya. Jika dulu ayahnya di usia yang ke 18 sudah ikut andil dalam urusan kekaisaran. Naruhito diberikan kesempatan untuk lanjut kuliah pasca sarjana di universitas yang sama.

Dikabarkan bahwa selama masa belajar sebagai mahasiswa pasca sarjana di Universitas Gakushuuin, ia juga sempat menjadi mahasiswa Universitas Oxford di Inggris selama 2 tahun. Disana dia melakukan penelitian tentang Sejarah Transportasi Air. 

Tesis kelulusannya adalah tentang lalu lintas maritim abad pertengahan di Laut Pedalaman Seto, sementara di Universitas Oxford ia meneliti sejarah transportasi di Sungai Thames. Hal ini menjadikan Pangeran Naruhito sebagai orang pertama dari keturunan kaisar yang melanjutkan sekolah ke jenjang pascasarjana.

4. Pria Ramah

Saat masih bersekolah Pangeran Naruhito terlihat aktif mengikuti berbagai kegiatan darmawisata dan karyawisata. Kegiatan tersebut biasanya diadakan di daerah pelosok atau pedalaman Jepang.

Pada agenda itu, dengan rendah hati sang pengeran menerima segala bentuk permintaan pertemuan dengan pejabat daerah tersebut. Para lurah ingin bertemu sekedar mengucapkan selamat datang. Terkadang, orang-orang kerabat kekaisaran menolak dengan macam alasan.

Bukan hanya itu saja. Pangeran Naruhito juga terkenal ramah diantara teman-teman sekolahnya. Termasuk di antaranya kepada para pegawai yang bekerja di lingkungan kantor administrasi kekaisaran (kunaichou).

 

5. Sempat LDR bersama Sang Permaisuri

Putra Mahkota Kekaisaran Jepang Pangeran Naruhito dan istri, Putri Masako
Putra Mahkota Kekaisaran Jepang Pangeran Naruhito dan istri, Putri Masako (AP)

Pangeran Naruhito dengan permaisurinya bertemu untuk pertama kalinya di Touguu Gosho yang berlokasi di Akasaka. Saat itu mereka sedang menghadiri acara perjamuan untuk menyambut kedatangan Ratu Spanyol di Jepang. Pangeran Naruhito saat itu berusia 26 tahun, dan Putri Masako berusia 22 tahun. 

Pandangan pertama itu membuat sang pangeran jatuh hati kepada Putri Masako.Tidak hanya berakhir di pertemuannya pada malam itu, bahkan mereka berdua melakukan beberapa kali pertemuan.

Kisah cinta mereka sempat dipisahkan jarah atau LDR (Long Distance Relationship) karena Putri Masako yang saat itu adalah seorang diplomat sehingga harus berkuliah di Universitas Oxford, Inggris.

Perjalanan cinta LDR selama tujuh tahun memantapkan hati Pangeran Naruhito menikah untuk dengan Permaisuri Masako pada 9 Juni tahun 1993. Sekitar 190 ribu penduduk memadati jalan saat dilangsungkannya parade setelah upacara pernikahan mereka. 

6. Peduli Terhadap Masalah Banyak Orang

Tidak hanya ramah kepada semua orang, Pangeran Naruhito terlihat memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah yang sedang dihadapi orang banyak. Masalah air salah salah contohnya, ia selalu memberikan solusi dan gerakan nyata untuk daerah yang belum memiliki sumber air bersih.

Bahkan, ia diangkat sebagai ketua Komite Penasihat Masalah Air dan Sanitasi pada periode 2007 sampai 2015. Tidak berhenti di situ, ia juga sangat peduli mengenai kesejahteraan orang tua yang semakin hari jumlahnya terus meningkat. 

Beberapa masalah lain yang juga menjadi perhatiannya adalah masalah menurunnya angka kelahiran, masalah pendidikan untuk anak-anak, masalah pertukaran kebudayaan antarbangsa (internasional), dan lainnya. (Adinda Kurnia Islami)

Saksikan video pilihan di bawah:

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya