Liputan6.com, Jakarta - Semur jengkol, hidangan berkuah dengan rempah yang pekat ini tentu sudah tak asing bagi cukup banyak orang. Namun, tahukah Anda bahwa kuliner satu ini merupakan adaptasi dari sajian khas Belanda?
Dilansir dari berbagai sumber, Jumat, 12 Maret 2019, kata semur berasal dari bahasa Belanda smoor yang berarti masakan itu telah direbus dengan tomat dan bawang secara perlahan. Interaksi masyarakat Belanda dan Indonesia dalam pengolahan makanan turut mengembangkan cita rasa semur. Makanan ini sempat dijadikan menu utama dalam perjamuan bangsa Belanda.
Advertisement
Baca Juga
Seiring waktu, semur melekat dengan keseharian orang Indonesia dan dihidangkan di berbagai perhelatan adat. Masyarakat Betawi khususnya yang menjadikan semur berbahan baku jengkol sebagai bagian dari tradisi dan dihidangkan saat Lebaran, bahkan acara pernikahan.
Tak hanya jadi primadona dalam kebudayaan Betawi, semur jengkol juga kerap muncul pada acara-acara perayaan di berbagai wilayah seperti Kalimantan dan Sumatra. Namun, penyajiannya memiliki cita rasa dan tampilan yang disesuaikan dengan selera masyarakat setempat.
Semur yang awalnya lekat semata dengan hidangan daging sapi kemudian dikreasikan dengan bahan-bahan lain seperti daging kambing, ayam, telur, bahkan dengan produk nabati seperti tahu dan tempe, dan tentunya jengkol.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Kandungan Racun di Jengkol
Tanaman jengkol ternyata mengandung racun. Racun ini berasal dari asam jengkolat yang apabila mengendap dapat membentuk kristal berujung runcing. Endapan ini berbahaya karena dapat melukai pembuluh darah dan saluran kencing.
Toleransi individu terhadap asam jengkolat pun berbeda-beda, sehingga belum ada takaran khusus berapa banyak seseorang dapat mengonsumsi jengkol setiap harinya. Gejala keracunan jengkol biasanya meliputi nyeri perut, mual, susah buang air kecil, berkurangnya volume urin, serta terdapat bercak darah di urin.
Akan tetapi, Anda tidak perlu khawatir. Ada cara khusus sebelum mengolah jengkol jadi semur. "Biasanya untuk mengeluarkan racun dan tidak bau, direbus dulu pakai abu gosok. Rebusnya sekitar satu jam," jelas Mpok Nisa lewat sambungan telepon pada Liputan6.com, Jumat, 12 April 2019.
Di samping itu, racun juga bisa dikeluarkan dengan cara merendam jengkol menggunakan air selama semalaman sebelum memasuki proses perebusan. Hal ini dilakukan dengan catatan air rendaman jengkol harus sering diganti. (Riyandhiani Kartika Dewi)
Advertisement