Mari Meriahkan Peringatan Ultah AMAN, Ada Jajal Permainan sampai Cicip Kuliner Tradisional

Rentetan acara demi meriahkan peringatan ulang tahun AMAN ini bisa dinikmati publik secara gratis.

oleh Asnida Riani diperbarui 02 Agu 2019, 15:04 WIB
Diterbitkan 02 Agu 2019, 15:04 WIB
AMAN
Media briefing 20 tahun AMAN dan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2019 di Up in Smoke, Kuningan, Jakarta Selatan, 1 Agustus 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Liputan6.com, Jakarta - Dalam perayaan ulang tahun ke-20 Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) sekaligus peringatan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2019 bakal menggelar ragam perayaan menarik.

Kemeriahan acara yang akan berlangsung pada 9--11 Agustus 2019 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta, meliputi pameran produk komunitas adat, pameran foto masyarakat adat, pekan film, bengkel seni, permainan tradisional, pergelaran seni-budaya, serta ragam kuliner tradisional.

"AMAN sebenarnya sudah ulang tahun tanggal 17 Maret. Tapi, karena 2019 kami genap 20 tahun, sekalian saja menggelar acara besar di peringatan HIMAS 2019 yang jatuh pada 9 Agustus," kata Sekjen AMAN Rukks Sombolinggi di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis, 1 Agustus 2019.

Bertajuk "Meneguhkan Tekad, Memperkuat Akar, dan Mengedepankan Solusi", Ketua Panitia Mina Susana Setra menjelaskan, penyelenggaraan acara ini terbagi jadi dua, yakni pembukaan dan festival.

"Tanggal 9 (Agustus) saat pembukaan itu akan ada dialog dengan pemerintah. Kami sudah mengundang Jokowi yang diharapkan bisa membuka festival. Kami juga mengundang gubernur dan kementerian. Nanti ada sejumlah duta besar negara lain dan perwakilan PBB," kata Mina.

Terdapat pula panel diskusi tentang 20 tahun berjalannya AMAN yang akan dihadiri pendiri masyarakat adat dan para pendahulu. Ada pula sejumlah workshop tentang ekonomi dan media sosial di peringatan ulang tahun AMAN dan HIMAS 2019.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Serba Gratis

AMAN
Sekjen AMAN Rukka Sombolinggi di media briefing 20 tahun AMAN dan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2019 di Up in Smoke, Kuningan, Jakarta Selatan, 1 Agustus 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Terbuka untuk umum, Mina mempersilakan publik untuk datang memeriahkan gelaran acara ini sekaligus menikmati setiap agenda di dalamnya. "Terbuka untuk umum dan semuanya gratis," kata Mina.

Nonstop berlangsung dari pukul 10.00--23.00 WIB, setiap harinya akan ada atraksi memasak. "Khusus di tanggal 10 Agustus sekitar pukul 15.00--16.00 bakal ada sekian banyak komunitas masak dengan bambu," kata Mina.

"Bakal ada pementas internasional. Salah satunya dari Taiwan. Nanti mereka main musik semuanya tradisional. Masih banyak lagi penampilan dari masyaraka adat dari berbagai negara," sambungnya.

Lalu, pada tanggal 11 Agustus, akan ada salat Idul Adha bersama yang disambung pemotongan hewan kurban. "Kami kan bawa masyarakat adat dari kampung-kampung. Demi masak di sini, mereka tinggalin keluarga. Makanya kami sengaja adain supaya bisa ramai-ramai rayain hari raya," tutur Rukka.

Sementara di Teater Kecil, bakal diputar setidaknya 20 film selama penyelenggaraan berlangsung. Delapan di antaranya merupakan karya komunitas dari berbagai daerah, mulai dari Papua sampai Aceh.

AMAN
Media briefing 20 tahun AMAN dan Hari Internasional Masyarakat Adat Sedunia (HIMAS) 2019 di Up in Smoke, Kuningan, Jakarta Selatan, 1 Agustus 2019. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Mina menjelaskan peringatan meriah itu bertujuan untuk berdialog dengan pemerintah tentang pelbagai perkembangan kebijakan tentang masyarakat adat, serta menyosialisasikan Gerakan Masyarakat Adat Nusantara dan Masyarakat Adat se-Dunia pada publik.

Juga, membangun empati dan partisipasi publik untuk terlibat mempromosikan keragaman budaya masyarakat adat, mendorong kesadaran akan perbedaan budaya dalam semangat Bhineka Tunggal Ika, dan mengajak publik untuk menyaksikan, belajar, juga terliat secara langsung dalam berbagai event Festival Masyarakat Adat Nusantara.

"Jujur saja, dukungan publik, terutama di perkotaan, masih sangat lemah pada masyarakat adat. Padahal, masyakarat adat kan orang dari kampung-kampung jauh yang suaranya mungkin menyangkut di pohon. Mereka juga butuh suara masyarakat kota yang lebih mudah terdengar," kata Rukka.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya