Liputan6.com, Jakarta - Istilah 'Perceraian Corona' tengah tren di laman media sosial di Jepang, seiring seruan untuk berdiam di rumah demi memutus penyebaran corona COVID-19. Twitter, misalnya. Para istri mengungkap bahwa mereka tak kuat dengan kelakuan suami mereka, dan mengatakan sabarnya sudah berada di ujung tanduk.
Mengutip laman South China Morning Post, Selasa (28/4/2020), tantangan serupa juga dihadapi pasangan di berbagai negara saat harus menjalani isolasi mandiri. Hanya saja, istilah 'Perceraian Corona' spesifik digunakan warga Jepang.
Pada era 80-an, istilah 'Perceraian Narita' juga sempat dikenal. Kala itu, pasangan pengantin baru yang pulang bulan madu dan sampai di Bandar Udara Narita, Tokyo, menyadari bahwa mereka tak cocok dan memutuskan bercerai.
Advertisement
Baca Juga
"Suara keras suami saya. Bunyinya batuk dan makan. Suara televisi terdengar keras sepanjang hari, seiring suami saya tertidur di ruang keluarga di tengah hari bolong," tulis salah seorang istri di Jepang. "Saya sudah bertahan dengan keadaan seperti ini selama 10 hari. Berapa lama lagi akan seperti ini? Apakah saya bisa bertahan?"
"Suami saya minum dan berjalan ke sana-sini. Ia bahkan tak mencuci tangan dan tak tahu bagaimana merapikan dapur. Salah penempatan tugas rumah biasanya akan terselesaikan begitu saja. Tapi, untuk saya, waktu ini jadi momen untuk memikirkan kembali masa depan saya," sambung yang lain.
"Apakah akan lebih mudah bila bercerai? Apakah saya akan lebih baik? Saya hanya ingin mengenyahkan semua resah. Saya mau kembali menemukan diri saya. Terasa sangat gelap setiap hari. Saya tak lagi kuat melihatmu (suaminya). Saya malah selalu cemas," komentar warganet.
Trik bagi Pasangan yang Terlalu Stres di Masa Pandemi
Chie Goto, pengacara yang sering menangai kasus perceraian untuk Felice Law Office di kota Nishinomiya, menuliskan dalam blog-nya, pandemi membuat pasangan dihadapkan pada situasi yang sebelumnya belum pernah dihadapi.
"Rumah sementara juga berfungsi sebagai tempat bekerja dan itulah masalah utamanya. Orang cenderung stres saat lingkungan sekitar mereka berubah, dan kondisi ini membuat keretakan muncul dalam penikahan," tulisnya.
Ia pun mengungkap beberapa solusi bagi pasangan yang terlalu stres. Yang paling penting, keduanya bisa mendiskusikan hal-hal yang menggangu mereka secara terbuka, lalu sama-sama mencari solusi.
Opsi lainnya dengan memasak bersama, menentukan aturan cuci tangan bagi keluarga, dan menempatkan ruang tertentu untuk siapa di waktu-waktu yang sudah ditentukan bersama.
Advertisement