Pemerintah Sudah Berusaha Lakukan yang Terbaik Atasi Pandemi

Ia mengaku tidak bisa memprediksi kapan berakhirnya pandemi, walaupun LSI Denny JA memperkirakan dalam waktu dekat pandemi akan segera berakhir.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Jun 2020, 11:40 WIB
Diterbitkan 02 Jun 2020, 18:52 WIB
Prediksi BI Soal Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun Depan
Pekerja tengah mengerjakan proyek pembangunan gedung bertingkat di Jakarta, Sabtu (15/12). Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2019 mendatang tidak jauh berbeda dari tahun ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha sekaligus pemerhati ekonomi Sutjipto Joe Angga (Cak Angga) menilai krisis ekonomi yang akibat pandemi COVID-19 berpotensi lebih parah dibandingkan krisis 1998 jika tidak ditangani dengan bijak.

Hal tersebut mendorong pemerintah mutlak melakukan langkah cermat, komprehensif, dan hati-hati agar krisis yang pernah terjadi tahun 1997-1998 lalu tidak kembali memporak-porandakan ekonomi Indonesia.

Cak Angga menerangkan, krisis akibat pandemi ini berbeda dengan krisis 1997-1998 lalu, di mana waktu itu perusahaan-perusahaan besar banyak yang terpukul oleh krisis, tapi masih tertolong oleh sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

"Kalau pandemi ini kan ada PSBB atau social distancing, jadi usaha yang besar, yang kecil, domestik dan eksternal, semuanya kena imbas. Aktivitas ekonomi kita ini kan memang sedang sulit berjalan, itu yang membuat ada potensi keadaan lebih parah dari puluhan tahun silam," kata Cak Angga di Surabaya, 3 Juni 2020.

Karenanya alumni West London College, Inggris itu menyarankan pemerintah memperhatikan sungguh-sungguh sektor ekonomi, membuat restruktur model ekonomi, restruktur "floating rate" rupiah menjadi "fixed rate" 1 USD = Rp. 15.000, dengan "buffer" cadangan emas yang berlimpah di dalam negeri.

"Kita juga perlu secara tepat menyikapi kebijakan Tiongkok dengan "digital money"-nya yang bertambah luas di luar negeri dan fenomena melemahnya dominasi dollar Amerika. Ini tentu berpengaruh juga pada realitas perekonomian dalam negeri kita," imbuhnya.

Ini juga tentunya bisa berpengaruh positif pada perekonomian Indonesia jika menganut sistem "fixed rate," karena dengan sistem seperti itu, salah satu penyakit dalam perekonomian kita yaitu masalah stabilitas dan kepastian bisa lebih terjamin, demikian juga perencanaan investasi jangka panjang jadi lebih mudah ditetapkan, terang Cak Angga.

Tokoh pengusaha itu menambahkan, kunci penanganan situasi ekonomi terkini ada pada usaha nyata menitik-beratkan pelayanan pada masyarakat paling bawah, supaya melemahnya ekonomi tidak terlalu berdampak pada kehidupan.

Ia beralasan, jumlah masyarakat kelas bawah itu jumlahnya yang paling besar di Indonesia, sehingga pemerintah perlu memperhatikan variabel ini demi ketahanan perekonomian nasional. Menurutnya, pandemi yang merebak sejak Maret 2020 lalu membuat aktivitas produksi terpukul hingga menyebabkan supply shock.

Dampak selanjutnya orang-orang kehilangan pendapatan dan pekerjaan lalu menyebabkan demand shock.  Adanya "social distancing" atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB) merupakan fenomena yang tak terhindarkan, bagi pria yang namanya masuk dalam bursa calon wali kota Surabaya itu. Hal ini menyebabkan goncangnya perekonomian nasional.

Pemerintah Sudah Berusaha Lakukan yang Terbaik Atasi Pandemi
Pemerintah Sudah Berusaha Lakukan yang Terbaik Atasi Pandemi. foto: istimewa

"Kunci aktivitas ekonomi itu kan terjadinya transaksi di 'market,' tempat di mana orang-orang bertemu lalu mempertukarkan barang dan jasa. Nah sekarang ini ada pembatasan sosial, orang-orang tidak bisa bertemu. Jadi, aktivitas ekonomi kita terhenti. Ini tantangan kita bersama. Semoga ada solusi. Jangan salahkan pemerintah, sebab pemerintah sudah dan sedang melakukan yang terbaik," ucap Cak Angga.

Ia mengaku tidak bisa memprediksi kapan berakhirnya pandemi virus Corona, walaupun LSI Denny JA memperkirakan dalam waktu dekat pandemi akan segera berakhir.

"Seluruh aktivitas ekonomi belum tentu bisa segera kembali normal begitu saja ketika pandemi ini berakhir. Perlu proses dan sangat mungkin bertahap. Jika saja proses pemulihan ekonominya butuh waktu agak panjang, maka pemerintah perlu lakukan mitigasi-mitigasi yang memadai. Misalnya, memberikan stimulus yang proporsional kepada UMKM dan Koperasi," katanya.

Di saat yang sama Cak Angga menaruh optimisme pada pemerintah, sebab ia melihat Presiden Joko Widodo (Jokowi) berhasil menahan pukulan pandemi yang mengejutkan dengan langkah taktis, seperti memilih jalan tengah antara "lockdown" dan pembiaran, yaitu PSBB.

"Presiden Jokowi saya pikir cukup cakap mengatasi pandemi sejauh ini. Beliau juga punya para pembantu bidang ekonomi di kabinet yang baik. Jadi, seharusnya pemerintahan Pak Jokowi bisa mengatasi situasi ini hingga akhirnya kita semua bisa normal kembali," kata Cak Angga.

Ia juga mengajak semua stakeholder perlu mencermati dan turut berpartisipasi agar segala keunggulan Presiden Jokowi beserta seluruh jajarannya di Pusat bisa terlaksana secara maksimal sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Terutama sampai lapisan paling bawah, yaitu dengan ikut aktif dalam proses pemilihan para Kepala Daerah hingga Kepala Desa, supaya para politisi yang mumpuni dan berintegritas dapat terpilih.

Pula, Cak Angga mengingatkan bahwa para Kepala Daerah khususnya di perkotaan berpotensi akan menghadapi kendala dan tantangan atas menurunnya secara drastis Pendapatan Asli Daerah.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya