Tester Kosmetik Dihilangkan dari Rak Toko, Bagaimana Beauty Advisor Bisa Bekerja?

Biasanya, beauty advisor meyakinkan calon konsumen untuk membeli produk kosmetik lewat tester yang tersedia.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 19 Jun 2020, 12:02 WIB
Diterbitkan 19 Jun 2020, 12:02 WIB
Tester Kosmetik Dihilangkan dari Rak Toko, Bagaimana Beauty Advisor Bisa Bekerja?
Ilustrasi toko kosmetik. (dok. foto Charisse Kenion/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang biasanya dicari konsumen saat berkunjung ke toko kosmetik? Yang tertuju pertama kali umumnya adalah mencoba tester yang ada di rak. Menempatkan tester bisa menentukan apakah konsumen jadi membeli produk atau tidak, di samping kemampuan beauty advisor meyakinkan calon pembelinya.

Namun, pandemi Covid-19 mengubah semuanya. Tester bakal dihilangkan dari rak-rak toko lantaran dianggap rawan menyebarkan kuman. Bila tester tak ada, bagaimana beauty advisor bisa bekerja?

Presiden Direktur L'Oreal Indonesia Umesh Phadke menyebut profesi beauty advisor tetap akan bertahan meski tester dihilangkan dari gerai. Karena situasi, cara kerja beauty advisor pun bertransformasi. Celahnya adalah dengan memaksimalkan media sosial mereka masing-masing.

"Social commerce (jualan lewat media sosial) akan menjadi penting, live streaming yang interaktif juga bakal mendorong orang untuk membeli. Kebanyakan beauty advisor sudah memiliki pengikut atau konsumen yang loyal, mereka bisa memanfaatkan itu," kata Umesh dalam Group Media Discussion virtual, beberapa waktu lalu.

Maka itu, sejak beberapa waktu lalu, L'Oreal memberikan pelatihan pemanfaatan media sosial sebagai media pemasaran bagi para beauty advisor. Kesempatan tersebut disambut baik dan terbukti mereka bisa tetap produktif meski gerai kosmetik kebanyakan ditutup sebagai imbas pembatasan sosial.

Umesh juga meyakini di masa depan, orang akan semakin sedikit yang berkunjung ke toko fisik untuk membeli produk kosmetik. Mereka akan lebih mengandalkan berbelanja online untuk memenuhi kebutuhan, baik memesan melalui media sosial maupun e-commerce. Sementara, peran beauty advisor tetap vital.

"Saran dari manusia itu sangat penting, apalagi Indonesia adalah negara yang berbasis komunitas. Hanya saja, semua akan berevolusi menjadi online," sambung dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Adaptasi di Gerai

BPOM Razia Kosmetik
Petugas memeriksa kosmetik saat melakukan razia di pertokoan Pasar Baru, Jakarta, Rabu (12/12). Razia tersebut guna mencegah peredaran produk kosmetik yang tidak dilengkapi surat izin dan kedaluwarsa. (Merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Meski begitu, gerai kosmetik tetap akan bertahan. Umesh menyatakan sejumlah adaptasi dilakukan agar gerai tetap relevan dengan situasi pandemi maupun setelah pandemi. Salah satunya adalah penggunaan teknologi yang lebih canggih semacam virtual try on.

"Covid ini adalah akselerator, tidak secara fundamental mengubah masyarakat, tetapi mengakselerasi yang sudah ada," kata Umesh.

L'Oreal sudah mulai memperkenalkan teknologi tersebut lewat salah satu e-commerce. Teknologi itu memungkinkan calon pembeli mencoba kecocokan warna lipstik dengan kulit tanpa harus memulasnya langsung di bibir. Hasilnya terbilang cukup mendekati kenyataan.

Teknologi itu kemungkinan besar akan juga diterapkan di toko. Gerai bisa memasang TV besar untuk memfasilitasi konsumen mencoba pengalaman itu.

"Sementara, toko tidak akan sepenuhnya kehilangan kosong. Anda bisa menggunakan spatula sekali pakai, menggunakan sarung tangan. Aku tak tahu pasti bagaimana gerai akan berevolusi, tetapi keamanan konsumen akan semakin diprioritaskan," sambung dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya