Saat Makanan Tradisional Betawi Tampil Lebih Modern, dari Biji Ketapang hingga Dodol

Makanan tradisional Betawi, seperti biji ketapang dan dodol, biasanya kembali populer dalam perayaan ulang tahun Jakarta.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 22 Jun 2020, 12:14 WIB
Diterbitkan 22 Jun 2020, 12:03 WIB
Saat Makanan Tradisional Betawi Tampil Lebih Modern, dari Biji Ketapang hingga Dodol
Biji Ketapang. (dok. Tokopedia/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Menyambut ulang tahun Jakarta ke-493 yang jatuh pada hari ini, Senin (22/6/2020), tak lengkap rasanya mengulas makanan tradisionalnya. Beberapa jenis di antaranya sudah familiar bagi publik luas. Apa jadinya bila deretan makanan tradisional Betawi itu dikemas lebih modern?

Salah satu produsen yang menggarap bisnis makanan Betawi adalah Deni Ardini. Pria asli Betawi itu bersemangat untuk melestarikan budaya Betawi dengan mendirikan usaha oleh-oleh khas Betawi Mpok Nini pada awal Ramadan 2011.

"Saya mendirikan Mpok Nini ini karena melihat sangat jarang ditemukan tempat jualan oleh-oleh khas Betawi di Jakarta. Untuk menjangkau pasar yang lebih luas, saya mulai memanfaatkan kanal digital seperti Tokopedia," ujarnya dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Jumat, 19 Juni 2020.

Nama Mpok Nini terinspirasi dari nama panggilan sang ibu, Rohani, yang dikenal sebagai pembuat kue kering andal di lingkungan sekitarnya. Berawal dengan modal Rp300 ribu, kini Mpok Nini telah berhasil memproduksi berbagai macam makanan dan minuman khas Betawi, mulai dari kue kembang goyang, biji ketapang, dodol Betawi, kue akar kelapa hingga bir pletok.

Sejak 2012, Mpok Nini telah memiliki sertifikasi halal MUI dan juga dari Dinas Kesehatan P-IRT. Dengan demikian, bahan-bahan yang digunakan oleh Mpok Nini merupakan bahan yang halal.

Dengan misi untuk memberdayakan masyarakat sekitar, Deni selalu menggunakan bahan baku untuk pembuatan produknya dari petani atau pelaku usaha lainnya. "Sejak awal Mpok Nini didirikan, saya selalu berkeinginan untuk dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Sehingga lewat usaha saya ini, semua bisa maju bersama-sama," kata Deni.

Lewat usahanya pula, ia mempekerjakan delapan karyawan yang bertanggung jawab dalam proses produksi hingga pengemasan. Deni mampu menjual sekitar 500-700 paket oleh-oleh khas Betawi per bulan, lebih dari 50 persen penjualan Mpok Nini berasal dari penjualan online. 

Namun, kondisi pandemi saat ini sangat memukul keras usaha Deni. Penjualan Mpok Nini secara keseluruhan mengalami penurunan yang signifikan hingga jumlah produksi terpaksa harus dibatasi. Meski demikian, Deni masih tetap mempertahankan karyawannya dengan menjalankan bisnis kuliner Betawi lebih gencar melalui kanal daring.

"Semoga para pegiat UMKM lainnya dapat terus beradaptasi dan berinovasi agar dapat bertahan melewati pandemi ini. Selain itu, saya juga berharap semakin banyak kreator lokal di Jakarta yang mengangkat budaya khas Betawi lewat berbagai kreasi produk sehingga budaya Betawi tetap lestari dan terus dikenal oleh masyarakat luas," ujarnya.

 

Dodol Premium

Saat Makanan Tradisional Betawi Tampil Lebih Modern, dari Biji Ketapang hingga Dodol
Dodol betawi premium. (dok. Tokopedia/Dinny Mutiah)

Sementara itu, Malvin Pangestu lebih fokus menggarap satu jenis camilan khas Betawi saja. Ia menamai jualannya Dodol Beko.

Usaha dodol Betawi tersebut berawal dari mengikuti ajang kompetisi tahunan meski ia bukan berdarah asli Betawi. Pada awal merintis bisnis, Malvin menghadapi beragam tantangan yang tak mudah, mulai dari proses pembuatan dodol yang membutuhkan waktu selama delapan jam hingga proses menemukan resep dodol yang sesuai. Ia butuh waktu dua tahun untuk mendapatkan resep tersebut

Dalam pembuatan Dodol Beko, Malvin menggunakan bahan baku premium, sehingga menghasilkan cita rasa yang berbeda dibandingkan dodol lainnya. Ia menciptakan beberapa varian rasa hingga bisa menghasilkan produk dodol yang berkualitas.

"Kami juga ingin membuat produk lokal yang lebih relevan dengan anak muda, karena itu kami menghadirkan berbagai varian produk yang dikemas secara premium dan kekinian," ujar Malvin seraya menyebut varian rasa tersedia, yakni almond, original dan wijen.

Dodol Beko kini mendapatkan sertifikat dari MUI dan juga Dinas Kesehatan P-IRT sehingga produk yang dihasilkan oleh Dodol Beko telah memenuhi persyaratan dan prosedur produk jaminan halal. Pada 2016, Malvin memutuskan untuk memanfaatkan platform digital untuk memasarkan produk dodol Betawinya.

"Sejak bergabung di Tokopedia, Dodol Beko kini sudah menjangkau seluruh Indonesia hingga Papua dengan omzet penjualan dominan sebesar lebih dari 50 persen," ujar Malvin.

Menanggapi kondisi pandemi saat ini, Malvin mengaku pejualan turun drastis, sampai 70 persen di awal masa pandemi. Namun, memasuki bulan suci Ramadan dan Idul Fitri, ia bisa kembali membangkitkan jumlah penjualan lewat kanal digital.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya