Liputan6.com, Jakarta - Sistem agroforestri merupakan perpaduan antara usaha pertanian dengan usaha kehutanan. Di Indonesia, sistem ini seringkali disebut dengan istilah “wanatani” yang merupakan gabungan dari kata “wana” dan “tani” yang berarti hutan tani.
Konsep agroforestri merupakan rintisan dari tim Canadian International Development Centre yang mengidentifikasi prioritas pembangunan dalam bidang kehutanan di negara berkembang, sekitar 1970-an. Tim ini menyimpulkan bahwa hutan di kawasan negara berkembang belum cukup dimanfaatkan karena terbatas pada aspek eksploitasi hutan alam dan jenis tanaman yang terbatas.
Advertisement
Baca Juga
Agroforestri diharapkan bermanfaat dalam mencegah perluasan lahan terdegradasi, melestarikan hutan, meningkatkan mutu pertanian, mengatasi masalah yang timbul akibat adanya alih fungsi lahan, serta mengatasi masalah ketersediaan pangan. Penanaman dengan sistem tumpang sari ini banyak bermanfaat bagi lingkungan.
Sebuah lahan yang ditanami oleh beberapa jenis tanaman hijau dapat membantu penyerapan gas karbondioksida serta emisi karbon yang sangat berbahaya untuk kesehatan. Dalam sektor perkebunan kopi, sistem ini menggunakan pohon pelindung sebagai komponen penting yang dapat mempengaruhi produksi kopi. Beberapa jenis pohon yang ditanam sebagai tanaman pendamping kopi terbukti berhasil memberikan tambahan pendapatan bagi petani.
"Berhubung kopi hanya bisa panen sebanyak satu kali selama setahun, maka diversifikasi tanaman menjadi sangat penting. Beberapa tanaman komersial seperti rempah, buah, sayur terbukti bisa mendatangkan penghasilan baru bagi petani agroforestri kopi," kata Elok Mulyoutami, peneliti gender yang bekerja sama dengan World Agroforestry (ICRAF) dalam webinar “Gender dalam Praktik Agroforestri Kopi” yang dilakukan secara daring pada Kamis, 10 Juni 2021.
"Di skala yang lebih besar, sistem ini sekaligus membantu meningkatkan ketahanan pangan dan ketahanan lingkungan terhadap dampak perubahan iklim," tambahnya.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Sudah Lama Diterapkan
Petani Indonesia, sambung Elok sudah lama menerapkan sistem agroforestri kopi dengan cara yang sederhana, yaitu menanam pohon pelindung agar biji kopi tidak terpapar sinar matahari langsung. Seiring perkembangan pengetahuan, para petani mulai menggunakan sistem agroforestri kopi yang lebih kompleks dengan menanam tanaman yang bisa berfungsi sebagai pohon pelindung sekaligus menghasilkan penghasilan tambahan.
Beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan dalam sistem agroforestri kopi adalah gamal, mahoni, alpukat, durian, lada, jengkol, petai, cabai, dan beberapa jenis tanaman lain. Tanaman yang dipilih bisa tanaman musiman atau tanaman yang bisa dipanen kapan saja.
"Dengan mengaplikasikan sistem ini, maka petani bisa menanam beberapa jenis tanaman dalam sekali masa panen. Misalnya menanam tumbuhan yang berakar besar seperti durian atau alpukat pada bagian pinggir, lalu tanaman cabai di antara gundukan tanah untuk menanam kopi," kata Abyatar selaku anggota Koperasi Klasik Beans dan Pendiri Adena Coffee Indonesia.
Advertisement
Apa Kelemahannya?
Selain memiliki kelebihan, tentunya agroforestri juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya dapat mengurangi hasil tanaman pokok karena pohon-pohon yang ada akan bersaing dalam perolehan zat hara, cahaya matahari dan air.
"Selain itu, diperlukan biaya tambahan untuk membeli beberapa jenis bibit tanaman pendamping," imbuh Abyatar.
Sistem ini juga menyebabkan terjadinya ketidaksesuaian pohon dengan kegiatan pertanian. Hal ini dapat berujung pada meningkatnya biaya tenaga kerja saat proses pengolahan.
"Maka, dalam pelaksanaan agroforestri harus dilakukan dengan langkah dan perhitungan yang tepat agar tidak memberikan kerugian," ia menjelaskan. (Dinda Rizky Amalia Siregar)