Restoran Berusia 140 Tahun di Tokyo Tumbang Akibat Pandemi Covid-19

Restoran yang terpaksa ditutup akibat pandemi Covid-19 itu pertama kali buka di era Meiji.

oleh Komarudin diperbarui 03 Nov 2021, 01:00 WIB
Diterbitkan 16 Jul 2021, 12:02 WIB
Ilustrasi Restoran
Ilustrasi Restoran (Dok.Unsplash/ Anton Nazaretian)

Liputan6.com, Jakarta - Kabar menyedihkan datang dari Tokyo, Jepang. Sebuah restoran terkenal yang telah beroperasi selama 140 tahun terpaksa ditutup akibat terdampak pandemi Covid-19.

Restoran bernama Asaku Chinya itu mulai menyajikan makanan sejak periode Meiji. Mereka pertama kali buka pada 1880. Dengan popularitas sukiyaki yang meningkat, restoran mulai mengkhususkan diri pada hidangan daging sapi rebus pada 1903.

Setelah berhasil mengatasi beragam tantangan, restoran itu akhirnya tumbang karena tak kuat menghadapi badai pandemi. Restoran diputuskan terakhir beroperasi pada 15 Agustus 2021.

Beragam faktor telah menyebabkan Chinya sangat terpukul selama krisis Covid-19 ketimbang restoran-restoran lain. Dalam kondisi normal, restoran mampu menarik perhatian karena lokasinya strategis, hanya beberapa langkah dari Gerbang Kaminarimon yang sangat terkenal.

Restoran tua itu juga dekat dengan Kuil Sensoji, salah satu atraksi wisata populer di Tokyo. Tetapi karena saat ini Jepang tertutup untuk pariwisata internasional, kunjungan pelanggan ke Chinya menurun drastis. Kondisi diperparah dengan warga Jepang yang menghindari perjalanan dan makan di luar rumah.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bawa Pulang dan Pesan Antar

Ilustrasi
Ilustrasi pesan makanan lewat ojek online. (dok. Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Banyak restoran telah mencoba untuk mengatasi selama pandemi dengan memperluas pilihan bawa pulang dan pesan antar. Namun, itu tidak mudah ketika hidangan khas restoran adalah sukiyaki.

Ini adalah makanan mewah yang dimaksudkan untuk dimasak perlahan di meja sehingga Anda dapat memasukkan potongan makanan ke dalam mulut Anda beberapa saat setelah direbus dari panci.  Versi pick-up yang dibuat sebelumnya tidak dapat menandingi kesegaran rasa yang dimasak langsung di restoran.

"Sukiyaki, pada intinya, adalah sesuatu yang memperpendek jarak antara orang-orang dan mendekatkan mereka," kata pemilik generasi keenam Chinya, Fumihiko Sumiyoshi, dan itu berlaku baik dalam arti kiasan maupun fisik.

Tutup untuk Buka Kembali

Ilustrasi restoran Jepang
Ilustrasi restoran Jepang (dok.unsplash/@ Alva Pratt)

Berkumpul di sekitar panci saat masak bersama adalah sesuatu yang sulit untuk diterapkan dengan jarak sosial. Selain itu, tingginya biaya sukiyaki yang biasanya dinikmati secara berkelompok atau bagian dari pesta dari suatu perayaan tertentu, juga jadi penyebab menu ini sulit dinikmati dengan layanan pesan antar.

Penutupan Chinya bukan hanya perkembangan yang menyedihkan bagi pecinta kuliner, tetapi juga bagi penggemar sejarah seni. Interiornya menawarkan sejumlah lukisan kaika-e klasik, yang menggabungkan teknik artistik tradisional Jepang dan Barat. Teknik itu sangat populer saat Jepang membuka diri kepada komunitas internasional pada akhir 1800-an dan awal 1900-an.

Hari terakhir Chinya beroperasi adalah 15 Agustus 2021. Namun, itu mungkin bukan perpisahan untuk selamanya. Dalam pengumuman penutupan di situsnya, Chinya mengatakan bahwa mereka berharap suatu hari nanti restoran dapat dibuka kembali.

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19

Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari Covid-19. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya