Liputan6.com, Jakarta - Persiapan Jakarta Fashion Week (JFW) 2022 hampir mendekati akhir. Berlangsung secara daring untuk kali kedua, pekan mode ini bisa disaksikan melalui microsite JFW.tv dan YouTube JFW pada 25 sampai 28 November 2021.
Dari segudang kejutan yang siap melenggang di runway, salah satunya akan menampilkan busana berbahan "tenun mimpi." Dikatakan demikian karena motif tenun tersebut tercipta berdasarkan mimpi perajinnya, kata Shinta Djiwatampu, direktur program desain fashion di LaSalle College Jakarta.
Dalam jumpa pers virtual, Rabu (24/11/2021), Shinta menjelaskan bahwa tenun, yang dikenal sebagai T'nalak, itu berasal dari Pulau Mindanao, Filipina. Di samping, pihaknya juga akan menyoroti banyak wastra Indonesia, termasuk yang berasal dari Flores, Garut, Sumba, dan Kalimantan, dalam presentasi bertajuk "Prulosio."
Advertisement
Baca Juga
Pada Jumat, 26 November 2021, pukul 16.00 WIB, sekolah fesyen ini akan menonjolkan ragam wastra, yang menurut mereka, harus selalu diusung. "LeSalle ada di 23 lokasi di lima benua, jadi bagaimana kami bisa menampilkan ciri khas Indonesia melalui koleksi ini," tuturnya.
Karena diusung berdasarkan ragam koleksi dari mahasiswa tahun ke-2 dan ke-3 perkuliahan, tampilannya disebut akan bervariasi. Ia menyebut bahwa koleksi tersebut merupakan hasil riset selama setahun, yang kendati bervariasi, disatukan melalui penggunaan wastra.
Islamic Fashion Institute (IFI) juga jadi sekolah fesyen lain yang memastikan keikutsertaan di perhelatan JFW 2022. Director IFI, Hanni Haerani, menyebut 16 desainer siap unjuk gigi dalam koleksi bertajuk "K A M I."
"2020 itu jadi transisi kami ke koleksi ready to wear. Karena itu, melalui koleksi ini kami mau menunjukkan inilah kami, dengan identitas yang baru," tutur Hanni, menambahkan presentasinya akan berlangsung Minggu, 28 November 2021 pukul 16.00 WIB.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Fesyen Berkelanjutan
Soal keterlibatan sekolah fesyen dari tahun ke tahun, chairwoman Jakarta Fashion Week sekaligus CEO GCM Group, Svida Alisjahbana, menyebut sejak awal JFW, pihaknya selalu menganggap dengan adanya sekolah fesyen, mereka akan bisa mengeksplorasi mode secara matang.
"Seiring waktu, desainer muda memimpin bisnis secara matang. Waktunya (untuk jadi label mode mumpuni) jauh lebih pendek dari label yang otodidak," katanya. "Karena itu, JFW kami jadikan sebagai gerbang untuk mereka pergi ke dunia nyata, dunia yang akan dihadapi setelah lulus sekolah."
Selain menyoroti potensi karya desainer muda, penyelenggaraan JFW juga menyoroti praktik mode berkelanjutan. Terkait ini, Svida menegaskan bahwa implementasinya tidak hanya soal penggunaan material lebih ramah lingkungan.
"Harus dilihat dari berbagai angle. Material memang penting, tapi bagaimana manufaktur berjalan juga penting. Apakah merek itu membayar pekerjanya secara adil, misalnya," ucapnya.
Advertisement
Beralih ke Ruang Digital
Dalam keterangan sebelumnya, Svida menyebut JFW biasanya tidak mengangkat tema khusus. Pasalnya, JFW dimaknai sebagai medium para desainer berkarya dan bisa secara leluasa mengangkat temanya masing-masing.
"Tapi untuk tahun ini, dan seperti tahun lalu, kami mengangkat tema yang benang merah keseluruhannya adalah 'Excellence in Disruption,'" kata Svida.
Tema tersebut merefleksikan situasi saat ini yang tidak dapat berinteraksi secara offline dan beralih ke ruang digital. Pihaknya pun mengadopsi gagasan ini dengan membuat podcast bisnis digital menggunakan berbagai media sosial, termasuk Lazada, TikTok, dan Pinterest, juga bagaimana mengubah tren penjualan memanfaatkan ruang-ruang virtul.
Infografis Fakta-Fakta Menarik tentang Fashion
Advertisement