Liputan6.com, Jakarta - Selamat Hari Kebahagiaan Internasional! Setiap 20 Maret ditetapkan PBB sebagai hari untuk mengingatkan umat manusia bahwa aksi kita semua penting dalam membantu mewujudkan dunia yang lebih berbelas kasih.
Tahukah Anda bila kebahagiaan ternyata bisa diajarkan sejak kecil? Psikolog klinis Ratih Ibrahim bahkan menyebut pemaknaan kebahagiaan sangat perlu diajarkan sejak dini. Ia beralasan, anak-anak yang gembira dan bahagia akan bisa maksimal proses tumbuh kembangnya.
"Ini jadi bekal masa depan nanti untuk membentuk dia sebagai manusia dewasa yang lebih utuh. Anak yang bahagia akan punya persepsi tentang dirinya dan tentang orang lain lebih postif, dia memahami bahwa dia berharga," kata Ratih dalam jumpa pers virtual Wall's - The Happiness Project 2022, Jumat, 18 Maret 2022.
Advertisement
Baca Juga
Ratih menambahkan, kebahagiaan yang dirasakan anak akan membuatnya lebih percaya diri. Dia juga lebih mampu bersosialisasi dan bekerja sama. Saat bisa bersosialisasi dengan baik, anak itu biasanya akan lebih populer dan daya empatinya tumbuh. Hal baik lainnya adalah anak tersebut lebih kreatif karena sel-selnya berkembang dengan baik.
"Kalau cemas, kurang happy, cranky, sel-sel dia berkerut," ucapnya.
Daya kognitif pun lebih baik, begitu pula dengan keterampilannya memecahkan masalah dan lebih tahan banting. "Jadi, penting banget, udah pakai tanda penting dan di-bold, kita bantu ajarkan bagaimana caranya bisa bahagia. Kita orangtua jadi contohnya," dia menekankan.
Sebelum mengajari soal kebahagiaan, orangtua wajib memahami makna kebahagiaan sebenarnya. Ia pun mengutip definisi kebahagiaan versi Saligman di buku Authentic Happiness.
"Menurut Saligman, kebahagiaan justru datang dari bagaimana seseorang memaknai hidup kita dan nilai-nilai apa yang kita punya. Dan menurut Hayes dan Harris dalam Acceptance and Commitment Therapy, kebahagiaan tak hanya melalui pemaknaan hidup saja, tetapi juga melalui usaha," Ratih menerangkan.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Temuan Survei
Sayangnya, persepsi orang tentang kebahagiaan saat ini bergeser ke hal bersifat materialistik. Hal ini didasarkan pada hasil survei yang digelar Personal Growth pada tahun ini dengan 2.143 responden berusia 21--50 tahun. Sebanyak 81 persen dari responden itu sudah memiliki anak.
Menurut hasil survei tersebut, aspek-aspek yang berkontribusi terhadap kebahagiaan seseorang meliputi 90,4 persen memiliki rumah bagus, 83 persen kekayaan finansial, dan 66,2 persen prestasi akademik maupun profesional. Sementara, dari 81 persen yang sudah punya anak, 61 persen menganggap prestasi akademik anak sangat penting buat anak-anaknya jadi bahagia.
"Bener apa enggak kaya gitu? Kita bisa lihat ternyata enggak gitu-gitu amat. Meski prestasi akademik itu baik, kalau itu benar jadi sumber kebahagiaan utama, banyak anak-anak datang ke saya jadi pasien karena dari kecil udah cemas...Paling banyak (beri kebahagiaan) adalah relasi sosial, bisa silaturahmi, ngobrol, relasi harmonis suami istri, bapak-ibu-anak, keluarga. Ini yang bikin orang lebih bahagia," ucapnya.
"Kekayaan juga bukan segala-galanya, tapi bisa diupayakan, supaya hidup lebih nyaman. Kalau nyaman, lebih mudah untuk lebih happy. Kita juga perlu tujuan hidup yang jelas dan memaknai hal-hal yang terjadi di hidup kita lebih positif," dia menambahkan sebagai solusi.
Advertisement
Happiness Project
Berangkat dari temuan itu, Wall's meluncurkan The Happiness Project, program edukasi untuk anak sekolah dasar mengenai kebahagiaan. Bernardus Rendita Kusumo, Senior Brand Manager Wall’s, menyatakan program itu sebagai dukungan nyata bahwa semua orang berhak bahagia tanpa terkecuali.
"Melalui The Happiness Project, kami akan jangkau 100 ribu anak indonesia dalam setahun ke depan. Karena menyasar anak-anak, peran orangtua dan guru sangat penting untuk mengaplikasikannya dalam proses pengajaran maupun pendidikan tumbuh kembang anak," kata dia.
Total ada 300--400 sekolah yang disasar. Proyek itu berlangsung selama 20 hari agar pengajaran bisa menjadi kebiasaan sehari-hari. Publik pun bisa mengakses bahan pengajarannya lewat laman happinessprojectid.com.
5 Kunci
Ada lima modul yang disiapkan untuk bahan pengajaran sebagai pengejewantahan 5 B, yakni Menemukan Kebahagiaan, #SemuaJadiHappy Challenge, Merancang Happiness Project, Duta Happiness, dan #SemuaJadiHappy Festival. Sementara, 5 B merupakan elemen kunci yang dibuktikan secara ilmiah bisa memberi kebahagiaan.
B pertama adalah berteman. Berteman ini tidak terbatas dengan sesama manusia, tetapi juga alam dan lingkungan. B kedua adalah bergerak. Bentuknya bisa berolahraga, berjalan di alam, hingga menari.
B ketiga adalah bersyukur. "Sekaya apapun kalau kita enggak bisa bersyukur, enggak bisa happy. Dari sekian kejadian buruk, masih banyak hal-hal positif yang patut disyukuri," kata Rendy.
B keempat adalah berbuat baik. Tidak terbatas dengan memberi materi, tetapi juga sikap baik yang membuat orang lain ikut bahagia. B kelima adalah berkreasi dengan mempelajari hal baru. "Kita buat program permainan selama 20 hari sebagai rumus kunci kebahagiaan," ujar Rendy.
Advertisement