Liputan6.com, Jakarta - Seorang pria asal Tampa, Florida, Amerika Serikat, menghabiskan uang sekitar Rp50 ribu dolar AS atau sekitar Rp719 juta untuk membuat lebih dari 200 tato di tubuhnya. Hal itu dilakukan untuk mengubah dirinya menjadi mirip setan.
Soren Lorenson yang menggunakan nama Neon Demon, berarti setan neon, di akun media sosialnya mengaku mendapat tato pertamanya, 10 tahun lalu, yakni beberapa minggu setelah berulang tahun ke-18. Sejak itu, ia terobsesi dengan seni rajah tubuh dan mengubah tubuhnya secara ekstrem.
Advertisement
Baca Juga
Tato pertamanya itu berada di pusar. "Alasanku menato di situ karena temanku mengatakan itu area yang paling sakit bila ditato," Soren menjelaskan kepada laman The US Sun. "Dan fokus utamaku adalah untuk berlanjut dan menutup titik terburuk tepat di gerbangnya."
Soren menunggu setahun untuk menambahkan tato di tubuhnya. Saat itulah, ia memutuskan untuk merajah tubuh segila mungkin. Penggemar fiksi ilmiah itu selalu pergi ke tukang tato yang sama setiap minggu selama beberapa bulan. Bentuk tatonya beragam, kebanyakan didasarkan pada film dan komik favoritnya, termasuk Star Wars dan X-Men. Â
Dalam satu dekade, lebih dari 200 tato telah menghiasi beragam bagian tubuhnya. Ia bahkan tak ingat berapa persisnya jumlah tato di tubuhnya.
Nyaris seluruh wajahnya ditutupi salib, coretan, dan kata-kata. Dia bahkan menghitamkan bagian putih matanya lewat prosedur yang dia sebut 'tidak sakit'.
Sementara, proses pembuatan tato paling sakit yang dialaminya adalah yang ada di perut, rusuk, dan sepanjang garis rahang. Prosedur terakhir bahkan menggunakan jarum menusuk ke tulang.
"Setiap bagian tulang sedikit lebih menggelegar karena sensasi getar dan intens dibandingkan dengan area lain," kata pengantar pizza itu.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Bentuk Pemberontakan
Soren memperkirakan ia sudah menghabiskan 200 jam duduk di kursi untuk ditato. Durasi terlama pembuatan tato yang pernah dilewatinya adalah enam jam.
Meski ia mengaku nyaman dan bahagia dengan tampilannya saat ini, tidak semua anggota keluarganya mendukung pilihannya. Dibesarkan dalam keluarga yang religius, Soren memiliki interaksi di luar anggota keluarganya dan gereja yang terbatas.Â
Pada usia 17 tahun, ia mulai memberontak. Ia melawan aturan ketat orangtuanya dan berakhir dengan berteman dengan sekumpulan anak nakal.Â
"Aku mulai tergantung pada minuman keras dan merokok dua bungkus sehari. Kebiasaan buruk ini bertahan hingga tujuh tahun," ujarnya. "Aku mengatakan ini karena aku hanya mulai menato wajahku ketika aku membebaskan diri dari gaya hidup beracun semacam itu."
Selain menemukan minatnya pada tato, ia juga memperbaiki hidupnya lewat fitness. Soren mengaku kini ia bisa merasa nyaman dengan tubuhnya untuk pertama kali. "Saya mengatakan bahwa proses mendapatkan tato dan menjadi nyaman dengan penampilan yang berbeda, sambil belajar lebih banyak tentang nutrisi pasti memiliki pengaruh positif pada kesehatan mental saya," ucapnya.Â
Â
Advertisement
Dijauhi Keluarga Besar
Kenyamanan yang dirasakan Soren harus dibayar dengan memburuknya hubungan dengan keluarga besar. Meski orangtua dan sembilan adiknya 'tetap mencintainya, Soren mengatakan bahwa ibu dan ayahnya tak akan pernah memahaminya maupun pilihan yang ia buat.
Mereka bahkan memintanya untuk mencari pertolongan dari Tuhan. Sementara, kakek nenek dan keluarga besar lainnya, termasuk para sepupu, paman, dan bibi, tak pernah lagi berbicara kepadanya.
"Aku mengunjungi kakek nenekku setahun sekali tapi mereka sangat tidak setuju," ujar Soren.
"Keluarga besarku sangat dekat satu sama lain dan selalu ada pembicaraan tentangku di antara mereka -dalam pendapat mereka - kesalahan yang kuperbuat, tato, dan bagaimana mereka semua mengkhawatirkanku dan bagaimana aku tak akan maju dalam hidup," ia menambahkan.
Meski begitu, ia memilih diam daripada menantang mereka yang tidak sependapat dengan tato maupun mengubah tubuh. Ia mengaku tidak melihat pentingnya bertengkar ataupun marah atas perasaan yang mereka rasakan terhadap hidupnya ataupun pilihan pribadinya.
"Aku memilih untuk tetap terbuka dan transparan tentang yang aku rasakan dan siapa aku. Anda tak bisa memuaskan semua orang, seperti mereka bilang," ujarnya.
Ia juga belajar untuk menghadapi komentar menyakitkan. Ia mengakui sentimen negatif kerap mengarah kepadanya karena tato di tubuhnya.
"Komentar terburuk yang saya dapatkan adalah di internet di mana perasaan orang yang sebenarnya lebih jelas. Secara psikologis, saya kadang-kadang dibenci karena di dalam hati mereka berpikir, 'wow apa yang membuatnya melakukan itu pada dirinya sendiri? Dia pasti gila. Dia membuat keputusan yang buruk. Dia terlihat menakutkan'," ujarnya.
Â
Â
Belum Akan Berhenti
Meski begitu, hal itu tak memengaruhinya untuk menjadi dirinya sendiri. Ia bahkan berencana untuk menato seluruh bagian tubuhnya, kecuali hanya alat kelaminya.
Dalam waktu dekat, ia akan menato lengan atasnya dan bahunya dengan desain berfokus pada tulang dan gigi. Ia juga akan merajah kulit kepalanya.
"Aku menyukai perasaan dan proses mendapatkan tato, itu sesuatu yang paling aku suka."
Ia mengaku tak akan kehabisan ruang untuk tato karena selalu bisa menambahkan lapisan di atas tinta yang lama. Ia juga memiliki banyak rencana untuk memperbaiki tato lamanya bila telah selesai dengan area lainnya.
Kepada media itu, Soren sempat berbagi potret mudanya sebelum ia ditato. Ia menyebut sosoknya di masa lalu seperti sebuah mimpi atau kehidupan alternatif.
"Ketika aku melihat ke cermin sekarang, aku melihat diriku dan aku tak merasa aneh melihat pantulan diriku. Faktanya, aku merasa nyaman dengan image luarku, yang sebelumnya aku merasa banyak ketidaknyamanan dan beragam hal yang membuatku tak menyukai tubuhku.
Advertisement