Liputan6.com, Jakarta - Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Bogor, Jawa Barat, sedang menghadapi ancaman degradasi akibat dari pembalakan liar, penambangan emas ilegal, dan alih fungsi lahan untuk pertanian. Di dalam kawasan taman nasional dengan luas 113.357 hektare ini, terdapat areal tak berhutan seluas 10.300 hektare.
Kondisi itu tak bisa dibiarkan. Kepala Balai TNGHS, Ahmad Munawir mengingatkan bahwa hutan memiliki jasa lingkungan yang beragam, termasuk menjaga cadangan air. Bila Hutan Gunung Halimun-Salak dirusak, 115 sungai dari 5 DAS juga akan sekarat.
Advertisement
Baca Juga
Padahal, ratusan sungai itu adalah penopang utama suplai air untuk masyarakat Pulau Jawa bagian barat, termasuk kota-kota besar seperti Bogor, Sukabumi, Lebak, Tangerang, dan Jakarta.
"Upaya perlindungan kawasan taman nasional, termasuk keanekaragaman hayati di dalamnya, harus dilakukan dengan pendekatan pentahelix, di mana swasta, media, LSM, masyarakat dan pemerintah saling berkolaborasi," Ahmad menambahkan.
Untuk melindungi masa depan TNGHS, Danone-AQUAÂ menandatangani surat perjanjian kerja sama dengan Balai TNGHS di Pusat Suaka Alam Elang Jawa di Desa Pasirjaya, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, dalam siaran pers yang diterima Liputan6.com, Rabu (13/4/2022).
Perjanjian ini bertujuan untuk memperkuat fungsi kawasan taman nasional melalui kegiatan pengamanan kawasan hutan serta pelestarian flora dan fauna dengan melibatkan masyarakat. Inisiatif ini dilakukan sebagai upaya kolaboratif dalam menjaga kawasan TNGHS dan wilayah sekitarnya dari bencana alam dan perambahan hutan serta menjaga kelestarian flora dan fauna di dalamnya.
"Kami mengapresiasi kolaborasi lintas sektor yang terjalin hari ini bersama Danone-AQUA. Ke depannya diharapkan inisiatif ini dapat memperbaiki kondisi ekosistem dan lahan TNGHS sekaligus menjaga keberlanjutan air bagi kita semua," ucap Ahmad.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Program Kerja Sama
Program kerja sama antara Danone-AQUA dan Balai TNGHS meliputi program perlindungan kawasan hutan dan mitigasi bencana di lahan seluas 69 hektare. Kegiatan yang akan dilakukan adalah inventarisasi dan pembuatan peta kerawanan hutan, pencegahan gangguan, identifikasi tanda batas dan pemetaan sumber risiko bencana, monitoring dan implementasi mitigasi bencana, serta penanaman pohon.
Selain itu, mereka juga akan membantu memonitor satwa kunci dengan identifikasi dan pembinaan habitat dan populasi serta penyelamatan jenis satwa kunci termasuk elang jawa, macan tutul jawa, dan owa jawa juga akan dilakukan. Seluruh kegiatan melibatkan komunitas dan masyarakat yang tinggal di area hulu DAS Citatih untuk memberdayakan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan program tersebut.
Pada kesempatan yang sama, Sustainable Development Director, Danone Indonesia, Karyanto Wibowo, mengatakan Danone-AQUA terus berkomitmen untuk secara aktif mendukung pemerintah dalam upaya menjaga keberlanjutan hutan serta keanekaragaman hayatinya.
"Karena tanpa kita sadari, hal ini akan sangat berdampak terhadap keberlanjutan sumber daya air untuk kehidupan kita semua," ujarnya.
Â
Advertisement
Ramah Lingkungan
"Sejalan dengan visi global perusahaan One Planet One Health, kami akan terus memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan. Selain itu, menjalankan operasional perusahaan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan yang merupakan manifestasi dari peran perusahaan sebagai force for good, atau kekuatan untuk melakukan kebaikan bagi lingkungan serta masyarakat di manapun berada," Karyanto menjelaskan.
Selama ini, Danone-AQUA berambisi menjadi perusahaan yang berdampak positif atas air yang digunakan. Juga, mengembalikan air alam dan komunitas lebih banyak dari yang di produksi serta telah menjadi pelopor dan melakukan berbagai inisiatif konservasi, pelestarian sumber daya air, dan keanekaragam hayati diberbagai wilayah operasionalnya.
Hingga saat ini, Danone–AQUA tercatat telah menanam lebih dari 2,5 juta pohon, membangun lebih dari 1.900 sumur resapan, membangun lebih dari 81.000 biopori, membangun fasilitas panen hujan. Danone–AQUA juga mengembangkan 16 Taman Keanekaragaman Hayati (Kehati) baik di dalam area pabrik ataupun diluar area pabrik melalui kerjasama dengan berbagai pihak.
Ancaman Deforestasi dan Desertifikasi
Indonesia merupakan negara dengan hutan hujan tropis terbesar ketiga di dunia. Sayangnya, saat ini hutan-hutan di Indonesia sedang menghadapi ancaman deforestasi dan desertifikasi.
Berdasarkan data Direktorat Jendral Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) KLHK,laju deforestasi hutan di Indonesia pada periode 2018-2019 telah mencapai 465,5 ribu Ha. Menurunnya tutupan lahan juga berarti turunnya daya dukung beberapa daerah aliran sungai(DAS) yang berpotensi meningkatkan fenomena bencana alam di wilayah sekitarnya.
Selain itu, deforestasi juga menjadi salah satu penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati di berbagai wilayah. Hal itu tidak hanya tentang jumlah atau presentasi spesies tetapi juga meliputi keunikan antarspesies, serta ekosistemnya.
Sementara, TNGHS merupakan taman nasional dengan ekosistem hutan hujan tropis terbesar di Pulau Jawa. Kawasan konservasi ini juga merupakan rumah bagi 244 spesies burung atau setara dengan 50 persen dari jumlah jenis burung yang hidup di Jawa dan Bali. Kawasan ini juga merupakan daerah tangkapan air dan menjadi hulu bagi sungai-sungai besar, seperti Sungai Cisadane dan Cimandiri.
Advertisement