Liputan6.com, Jakarta - Awan duka tengah menyelimuti dunia perfilman. Salah satu bakat terbaik Tanah Air, Rima Melati meninggal dunia pada Kamis (23/6/2022) di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Istri mendiang Frans Tumbuan ini mengembuskan napas terakhir di usia 84 tahun. Kabar duka tersebut disampaikan oleh menantu Rima Melati, Marisa Tumbuan melalui pesan singkatnya.
"Telah berpulang dengan tenang ke pangkuan Tuhan Yang Maha Esa, Ibu RIMA MELATI, ibunda/mertua terkasih dari Aditya Bimasakti dan Marisa Tumbuan, pada hari ini Kamis 23 Juni 2022 pada pukul 15.14 WIB di RSPAD Jakarta Pusat," demikian isi pesan tersebut, dikutip dari Showbiz Liputan6.com.
Advertisement
Pihak keluarga turut memohon doa kepada orang-orang yang mengenal Rima. "Mohon doanya dan mohon dimaafkan semua kesalahan kesalahan beliau. Tuhan memberkati kita semua. Aamiin," lanjutnya.
Sementara, aktris senior bernama asli Marjolien Tambajong ini telah malang melintang di dunia seni peran dan hiburan Indonesia. Rima terjun ke dunia seni peran sejak 1958 silam dengan memainkan film perdananya bertajuk Djuara Sepatu Roda.
Hingga pada 2016, Rima turut ambil bagian dalam fashion show yang digelar Alleira Batik bertajuk "Alleira Annual Fashion Show 'Javadvipa.'" Peragaan busana ini menampilkan 42 koleksi.
Sebagai pembukaan sekaligus sequence pertama, Rima Melati dan Widyawati tampil dengan tema "Java for Charity." Stola dan kemeja batik dengan material sutera ATBM yang mengangkat motif Cirebon, Yogyakarta, dan Lasem ini sepenuhnya didedikasikan untuk Yayasan Pendidikan Harapan Papua (YPHP).
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Beraksi di Peragaan Busana
Berlanjut sequence dua, peragaan busana itu menampilkan 10 model perempuan dan empat model pria dalam balutan busana batik khas Cirebon, yang diberi tajuk "Mega Barong." Ragam motif pada koleksi busana batik Mega Barong terinspirasi dari Mega Mendung yang memiliki filosofi tinggi dengan bentuk iring-iringan awan.
Sequence tiga bertajuk "Paksi Ageng" menampilkan koleksi batik Lasem memadukan budaya penduduk lokal dengan Tionghoa. Motif burung hong atau phoenix, watu pecah, dan sekar jagad ditampilkan dalam gaya khas Alleira Batik.
Kesan mewah dan unik tertuang dalam warna-warna berani seperti merah, biru, putih, hitam, cokelat muda, dan merah maroon. Koleksi kali ini juga dihiasi detail drapery pada beberapa bagian seperti atasan, celana panjang, dan dress longgar. Tidak hanya itu, potongan yang asimetris, high collar, dan permainan warna yang kontras juga menjadi daya tarik dari semua koleksi ini.
Â
Advertisement
Panggung JFW
Rima Melati juga pernah mendukung desainer batik Iwet Ramadhan dalam simpatinya pada para pejuang kanker payudara melalui pagelaran busana bertema I'm Still a Woman di panggung Jakarta Fashion Week (JFW) 2017 di Senayan City, Jakarta.
Fashion show kerja sama Iwet dengan Yayasan Kanker Indonesia dan Mundipharma ini sukses digelar pada 23 Oktober 2016. Pemilik label busana batik TikShirt ini menyuguhkan koleksi 30 tampilan dan 70 item pada pagelaran kali ini.
Selain model seperti Dominique Diyose, Iwet juga menggandeng penyintas kanker payudara, seperti Rima Melati, serta publik figur yang peduli kanker, termasuk Moza Pramita dan Marcella Zalianty, yang berjalan membawakan rancangannya. Dalam pagelaran busana ini Iwet mengambil ide dari daun gingko yang dipadukan dengan motif parang.
"Daun gingko sering dimanfaatkan para pejuang kanker untuk meningkatkan daya tahan tubuh ataupun menambah nafsu makan. Lalu dipadukan dengan warna sogan klasik dari motif parang," tutur pria yang awalnya dikenal sebagai penyiar radio ini.
Perjalanan Karier
Portofolio mendiang Rima tidak berhenti di situ, karena pada era 60-an, ia juga sempat menjajal dunia musik dengan tergabung dalam grup Baby Dolls. Grup tersebut beranggotakan Rima Melati, Baby Huwae, Gaby Mambo, dan Indriati Iskak.
Kala itu, Rima Melati yang bernama Marjolein Tambajong atau akrab disapa Lientje, telah berumah tangga dan tengah mengandung anak kedua. Nama Rima awalnya akan diberikan pada anak kedua yang dikandungnya. Sayangnya, ia keguguran dan merasa terpukul.
Ia pun bercerita pada Presiden Pertama Sukarno yang kala itu dekat dengannya. Kegemaran Bung Karno mengganti-ganti nama orang agar tidak kebarat-baratan menginspirasi Marjolein untuk menggunakan nama Rima pada dirinya.
Alhasil, Soekarno pun akhirnya memanggil Marjolein Tambajong dengan nama Rima Melati yang kemudian digunakan sebagai nama resminya. Baru berkarier di dunia akting, Rima Melati telah dipercaya jadi bintang utama dalam film Kasih Tak Sampai pada 1961.
Film karya sutradara Turino Djunaedy tersebut juga dibintangi Upit Sarimanah dan Dicky Zulkarnaen, suami Mieke Wijaya sekaligus ayah Nia Zulkarnaen. Namun, setelah film Kunanti Jawabmu rilis pada 1963, Rima memutuskan cuti dari dunia akting. Dikutip dari Ensiklopedia Jakarta, keputusan ini dilakukan lantaran suaminya yang kedua tak menyetujui karier Rima sebagai seorang aktris.
Setelah menikah lagi dengan suami yang ketiga, Ir. Herwindo, Rima mulai kembali bermain film. Pada 1969, Big Village dan Laki-laki Tak Bernama menjadi film yang menandai comeback Rima.
Pada era 1970-an, nama Rima Melati bersinar di industri perfilman Tanah Air. Intan Berduri yang tayang pada 1972 membuat Rima Melati meraih penghargaan Pemeran Utama Wanita Terbaik di Festival Film Indonesia 1973. Film Intan Berduri juga membuat aktor utamanya, Benyamin Sueb, meraih piala kategori Pemeran Utama Pria Terbaik di ajang yang sama.
Advertisement