Liputan6.com, Jakarta - Vogue Inggris menyusun daftar gaya paling memesona para petenis wanita di lapangan untuk menandai penyelengaraan Wimbledon 2022. Di antara nama-nama legendaris, terdapat pula petenis senior Indonesia yang berjaya di tahun 90-an: Yayuk Basuki.
Majalah fesyen dan gaya hidup itu menulis, "Semua petenis hebat telah menghiasi Wimbledon selama bertahun-tahun, dan banyak yang menampilkan pendekatan unik pada gaya di lapangan." Pihaknya mencatat, bintang tenis Italia, Lea Pericoli, berada jauh di depan kurva pada 1965 ketika memasangkan minidress Teddy Tinling dengan ikat kepala bergaya dari Anne Boleyn.
Advertisement
Baca Juga
"Dan siapa yang bisa melupakan catsuit Lycra tahun 80-an milik petenis AS Anne White di turnamen 1985?" publikasi itu melanjutkan.
Sementara itu, Maria Sharapova dan Serena Williams telah mengambil pendekatan yang sama berani. Sponsor bersama keduanya, Nike, menyediakan busana tenis kontemporer yang dikenakan pasangan itu untuk Final Tunggal Putri Wimbledon 2004, di mana Sharapova akhirnya kampiun sebagai pemenang.
Meski harus mematuhi aturan berpakaian ketat Wimbledon, yakni serba putih, Williams terkenal bermain dengan siluet offbeat, detail bertekstur, dan hiasan diamanté di tahun-tahunnya di SW19. Saudara perempuannya dan sesama juara, Venus, merayakan kemenangan pada tahun 2000 dalam gaun mini berpotongan pipa oranye.
Sementara, gaya Yayuk Basuki yang disoroti outlet media itu adalah tampilannya selama mengambil bagian di Wimbledon Championships 1996. Gayanya tidak banyak berubah, dari satu pertandingan ke pertandingan lainnya, selama turnamen berlangsung.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tampilan Yayuk Basuki
Menaati dress code pertandingan, Yayuk Basuki tampil dalam white on white berupa atasan lengan pendek V-neck yang dihiasi motif tiga garis hitam tebal khas Adidas pada bagian kerah. Salah satu atasannya juga dilengkapi aksen garis-garis yang lebih tipis di bagian lengan. Tidak ketinggalan, logo Women's Tennis Association (WTA) melengkapi ansambelnya.
Atasan itu dipadukan Yayuk dengan rok pendek, namun ada juga waktu dirinya memakai celana pendek, masih tetap berwarna putih. Ia juga memakai topi dan sepasang sepatu rilisan Adidas nan serasi. Anting-anting pun turut melengkapi gayanya di lapangan.
Dari tahun ke tahun, kode pakaian resmi untuk turnamen Wimbledon tetap memakai standar yang ditetapkan di era Victoria, ketika para pemain mengenakan pakaian putih demi kesopanan karena diyakini bahwa putih menunjukkan lebih sedikit keringat. Namun, pada abad-abad berikutnya, aturan berpakaian Wimbledon semakin ketat untuk menekan semua pemain yang mungkin mencoba menantang tradisi penampilan, menurut TIME.
Aturan bagi petenis yang berlaga di Wimbledon adalah "pakaian tenis cocok yang hampir seluruhnya berwarna putih," yang berlaku saat mereka memasuki area lapangan. Sementara trim non-putih diperbolehkan, warna pop itu harus berada di garis leher, ujung lengan, atau jahitan luar celana, rok, atau kaki celana pendek, dan lebarnya hanya boleh di bawah satu sentimeter.
Advertisement
Bakal Ada Perubahan Kode Berbusana?
Kemudian terkait aksesori, yang meliputi "topi, ikat kepala, bandana, gelang, dan kaus kaki," semuanya harus mematuhi aturan serba putih yang sama, dengan trim satu sentimeter diperbolehkan. Sepatu harus benar-benar putih, tanpa sol berwarna, dan pakaian dalam yang mungkin "terlihat saat bermain" juga harus berwarna putih.
Namun demikian, Daily Mail melaporkan, para petenis telah mengungkap rasa frustrasi terhadap aturan berpakaian Wimbledon yang ketat. Aturan ini juga disebut "seksis" dan "kuno" oleh warganet. Tidak sedikit yang berkomentar bahwa "wanita mungkin jadi tidak nyaman karena harus mengenakan pakaian putih saat menstruasi."
Salah satunya menulis, "Saya suka Wimbledon. Taapi sebagai mantan atlet yang berdoa sebelum setiap pertemuan renang besar agar saya tidak menstruasi hari itu, saya selalu bertanya-tanya bagaimana perasaan pemain tenis wanita tentang dipaksa memakai pakaian putih (dengan waktu ke kamar mandi terbatas selama menstruasi)."
Ada juga yang berkomentar, "Tradisi aturan berpakaian Wimbledon sebenarnya liar ketika Anda memikirkannya. Membuat para gadis jadi putih pucat? Apa yang harus terjadi ketika mereka sedang menstruasi?" "Kecemasan konstan yang Anda miliki tentang potensi kebocoran. Tolong bebaskan gadis-gadis itu dari mengenakan pakaian putih," imbuh warganet lainnya.
Sudah sampai Ruang Ganti
Petenis Australia, Rennae Stubbs, mengatakan pada The Telegraph bahwa percakapan memakai busana serba putih saat menstruasi sudah muncul di ruang ganti beberapa kali. "Di Wimbledon, Anda sangat sadar untuk memastikan bahwa semuanya "baik-baik saja" saat berjalan di lapangan, memastikan bahwa Anda memiliki tampon."
Ia juga mengungkap bagaimana dirinya pernah memberi tahu lawannya bahwa "darah menstruasinya bocor," diam-diam menarik ke satu sisi untuk mengatakan "Anda mungkin harus pergi ke kamar mandi." Stubbs mengatakan pada The Times, "Anda sangat paranoid sehingga itu bisa terjadi pada Anda."
Pada tahun 1970-an, ketika US Open jadi turnamen internasional pertama yang mengizinkan pakaian berwarna, aturan berpakaian Wimbledon cukup santai untuk melihat juara seperti Martina Navratilova dan Chris Evert menambahkan percikan warna pada perlengkapan mereka.
Tapi, selama beberapa dekade berikutnya, aturan berpakaian telah kembali ke keketatan aslinya, dengan All England Lawn Tennis Club mengatakan pada 2017, "Bagi kami, aturan serba putih bukan tentang mode, ini tentang membiarkan para pemain dan tenis menonjol."
"Setiap orang yang melangkah di lapangan Wimbledon, dari juara bertahan hingga kualifikasi melakukannya dengan mengenakan pakaian putih," pihaknya menambahkan. "Itu penyamarataan yang hebat. Jika seorang pemain ingin diperhatikan, mereka harus melakukannya melalui permainan mereka. Itu tradisi yang kami banggakan."
Advertisement