Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah menyebabkan segudang distrupsi, bahkan di waktu sekarang saat pembatasan terkait pencegahan transmisi virus mulai banyak dicabut. Salah satunya terkait krisis pegawai hotel menjelang puncak musim liburan.
Setidaknya itulah yang didapati hotel di Spanyol, lapor Mirror, Selasa (5/7/2022). Alhasil, banyak bos akomodasi mempekerjakan staf tanpa pengalaman, tanpa CV, dan "sangat sedikit pelatihan."
Kekurangan 200 ribu pegawai menyebabkan masalah besar bagi bos pariwisata yang berjuang menjaga layanan tetap beroperasi di destinasi-destinasi liburan populer di sekitar Spanyol, lapor WalesOnline.
Advertisement
Baca Juga
Ribuan pekerja meninggalkan industri perhotelan di negara itu ketika perjalanan internasional ditutup selama pandemi COVID-19. Banyak yang belum kembali, sehingga meninggalkan bisnis menghadapi kekurangan tenaga "secara menyedihkan."
Dampak dari kekurangan pegawai tersebut masih harus dilihat ketika sejumlah besar pengunjung tiba saat liburan sekolah pada akhir Juli dan Agustus. Calon pegawai hotel yang potensial telah ditawari gaji lebih besar, akomodasi gratis, serta tambahan, seperti bonus tunai dan asuransi kesehatan dalam upaya untuk mengisi kekosongan yang belum terselesaikan.
Gabriel Escarrer, kepala eksekutif jaringan hotel Melia yang berbasis di Majorca, mengatakan, "Banyak karyawan telah memutuskan pindah ke sektor lain, jadi kami memulai industri dari awal dan kami harus berjuang mendapatkan talenta baru." Bisnis baru-baru ini menyediakan akomodasi, terkadang di kamar hotel, karena kurangnya pilihan sewa di dekat resor.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Tidak Hanya Hotel
Selain hotel, restoran dan bar juga menghadapi krisis pegawai. Dua sektor tersebut telah meningkatkan upah pekerja hampir 60 persen pada kuartal pertama 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, menurut data resmi.
Namun, industri pariwisata masih jadi sektor yang paling sedikit membayar karyawan, sekitar 1.150 euro per bulan. Kekurangan staf sangat mendesak di Spanyol dan Portugal, mengingat pariwisata masing-masing menyumbang 13 persen dan 15 persen dari output ekonomi sebelum pandemi.
Masalah ini diperparah oleh pembatasan yang lebih ketat untuk mempekerjakan pekerja musiman Inggris di tujuan, seperti Spanyol dan tujuan liburan populer lainnya setelah Brexit. Ini membuat ribuan pekerjaan musiman saat liburan musim panas tidak terisi.
Perusahaan perhotelan terbesar di Eropa, Accor, menjalankan inisiatif uji coba untuk merekrut orang-orang yang sebelumnya belum pernah bekerja di industri ini, kata Chief Executive Sebastien Bazin. Accor, yang mengoperasikan merek seperti Mercure, ibis, dan Fairmont di lebih dari 110 negara, membutuhkan 35 ribu pekerja secara global, katanya.
Â
Advertisement
Masih Membatasi Layanan
Bazin berkata, "Kami mencoba (merekrut staf) di Lyon dan Bordeaux 10 hari lalu dan akhir pekan ini kami memiliki orang-orang yang diwawancarai tanpa resume, tanpa pengalaman kerja sebelumnya, dan mereka dipekerjakan dalam waktu 24 jam." Dalam jangka pendek, Accor mengisi peran di Prancis dengan kaum muda dan migran sambil masih membatasi layanan.
"(Staf barunya terdiri dari) mahasiswa, orang-orang yang datang dari Afrika Utara," kata Bazin. "Pada dasarnya, (kami) menutup restoran untuk makan siang atau (membukanya) hanya lima hari seminggu. Tidak ada solusi lain." Para rekrutan baru diberikan enam jam pelatihan dan belajar di tempat kerja, katanya.
Di sisi lain, industri katering Spanyol kekurangan 200 ribu pekerja dan hotel-hotel di Portugal membutuhkan setidaknya 15 ribu lebih banyak orang untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat, menurut asosiasi perhotelan nasional.
Krisis kekurangan pegawai juga telah dilaporkan oleh tidak sedikit maskapai penerbangan dan bandara. Maskapai penerbangan global telah menyerukan dorongan perekrutan yang mendesak, setelah gangguan layanan di maskapai penerbangan dan bandara di Inggris, Uni Eropa, dan Amerika Serikat (AS) disebut terjadi karena kekurangan staf di seluruh industri, menurut Financial Times.
Kekurangan Staf pada Layanan Penerbangan
Awal bulan lalu, tidak sedikit penumpang melaporkan seorang pilot bahkan meninggalkan kokpit untuk membantu memuat tas ke pesawat, awak kabin menyortir bagasi karena kekurangan ground-handler, dan kru terlihat memanjat melalui tirai korsel bagasi untuk mengambil tas.
Swissport, yang beroperasi di 285 bandara di seluruh dunia, mengatakan akan merekrut 30 ribu staf musim panas ini dan telah meluncurkan kampanye di media sosial di Inggris dan AS. Perusahaan kehilangan 20 ribu dari total 65 ribu pekerjanya sebagai bagian dari pemotongan biaya selama pandemi COVID-19.
Dnata, yang dimiliki Emirates Group, mengatakan pihaknya "secara aktif merekrut," sementara John Menzies dan Esken juga mencari staf penanganan lapangan, menurut situs web mereka. "Kami merekrut seperti orang gila," kata seorang eksekutif.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengatakan ada "kekurangan parah penangan layanan darat" setelah ribuan orang meninggalkan industri selama pandemi. "Kekurangan yang kami alami saat ini adalah gejala dari tantangan jangka panjang untuk mencapai basis talenta yang stabil dalam penanganan lapangan," kata Nick Careen, eksekutif IATA yang mengawasi operasi, keselamatan, dan keamanan.
Menurut penelitian oleh konsultan Oxford Economics, dibandingkan dengan tingkat pra-COVID, ada 2,3 juta lebih sedikit pekerjaan di industri penerbangan pada September 2021. Angka-angka ini termasuk penurunan 29 persen dalam staf kontrak di bandara, seperti ground-handler, yang kehilangan 1,7 juta pekerja.
Advertisement