Ragam Inisiasi Ramah Lingkungan dari Brand Kecantikan Lokal pada 2023

Salah satu inisiasi ramah lingkungan dari Sariayu Martha Tilaar adalah memanfaatkan limbah sebagai bahan baku produk kecantikan mereka pada 2023.

oleh Asnida Riani diperbarui 20 Des 2022, 16:08 WIB
Diterbitkan 20 Des 2022, 16:07 WIB
[Fimela] ilustrasi bisnis ramah lingkungan
ilustrasi bisnis ramah lingkungan | pexels.com/@alena-koval-233944

Liputan6.com, Jakarta - Sudah seharusnya tren kecantikan 2023 tidak semata soal inovasi produk paling efektif, tapi juga tentang inisiasi ramah lingkungan. Dengan mendesaknya solusi nyata akan krisis iklim, seperti sektor lain, industri kecantikan semestinya tidak tutup mata akan isu ini, mengingat potensi limbah yang dihasilkan dari rantai produksi dan distribusinya.

Salah satu brand kecantikan lokal, Sariayu Martha Tilaar, memastikan keikutsertaannya dalam berkomitmen menciptakan ekosistem lebih hijau tahun depan. "Sekarang masalahnya polietilen yang dijadikan beads (dalam produk scrub), itu kan (ada) dampak lingkungannya," kata Corporate Advanced Research & Evaluation Centre Head Sariayu Martha Tilaar, Maily, pada Liputan6.com usai peluncuran rangkaian serum wajah terbaru mereka, Bright Skin Putih Langsat dan Hydra Glow, di bilangan Jakarta Pusat, Jumat, 16 Desember 2022.

Dengan mulai dilarangnya bahan tersebut, pihaknya mengaku sedang mencari alternatif yang tentu lebih ramah pada ibu Bumi. "Kemudian, kami juga akan fokus pada limbah," Maily menyambung.

"Misalnya, kami pakai bahan-bahan natural, tapi tidak berebut dengan makanan," tuturnya. "Cangkangnya atau waste lain, alih-alih mengotori lingkungan, kami bisa pakai (sebagai bahan baku produk kecantikan). Nanti diteliti dulu apakah ada efek yang bisa diambil dari situ. Bisa dari chocolate pods atau waste lainnya."

Dengan proses riset yang dijanjikan tidak instan, Maily berharap pihaknya akan bisa merilis produk kecantikan berbahan limbah ini tahun depan. Ia berbagi, "(Saat membuat produk), kami harus melihat dari semua sisi, termasuk apakah aman untuk kulit, lalu apakah manfaatnya terbukti secara ditelaah secara kandungan. Panjang prosesnya."

Edukasi pada Petani

Sariayu Martha Tilaar
Sariayu Martha Tilaar rilis serum wajah Bright Skin Putih Langsat dan Hydra Glow di Rumah Belajar Alex Tilaar (RBAT) di bilangan Jakarta Pusat, 16 Desember 2022. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Terlepas dari bahan baku yang belum ingin disebutkan secara lebih detail, Maily menyebut pihaknya akan fokus ke arah produk kecantikan untuk mencerahkan dan mengatasi tanda-tanda penuaan. "Selain, merespons juga problem yang jadi lebih marak karena pandemi, seperti jerawat," imbuhnya.

Maily menyebut, keberlanjutan bahan baku juga akan tetap jadi komitmen pihaknya tahun depan. "Kami bekerja sama dengan petani dalam bentuk win win," ia mengatakan. "Pada dasarnya, kami butuh bahan baku natural yang sebenarnya agak susah untuk konsisten ada."

Di samping bergantung pada periode tertentu, cara panen yang kurang tepat juga jadi fokus pihaknya dalam mengedukasi petani. Jadi, selain memastikan suplai secara konsisten, mereka memastikan praktik taninya pun tidak merugikan alam.

"Tim kami di Kampung Jamu Organik melakukan edukasi untuk petani. Dengan petani teredukasi, umpan baliknya adalah pemenuhan bahan baku sesuai kualitas yang kita butuhkan," tuturnya.

Ia menyambung, "Tapi, dengan adanya pengetahuan tersebut, petani punya nilai jual lebih tinggi, dan karena kami tidak ada konsep eksklusivitas, mereka bisa jual sama siapa saja."

Produk yang Dapat Dilacak

Sariayu Martha Tilaar
Sariayu Martha Tilaar rilis serum wajah Bright Skin Putih Langsat dan Hydra Glow di Rumah Belajar Alex Tilaar (RBAT) di bilangan Jakarta Pusat, 16 Desember 2022. (Liputan6.com/Asnida Riani)

Berkaca pada praktik tersebut, Maily menyebut bahwa pihaknya akan sangat terbantu jika pemerintah memiliki database petani, lengkap dengan komoditas yang mereka tanam. Terlebih, Corporate Sustainability and Communication Sariayu Martha Tilaar, Ofra Shinta Fitri, menyambung bahwa bahan baku yang secara transapan bisa ditelusuri akan jadi salah satu komitmen keberlanjutan pihaknya.

"Lengkapnya, tahun depan kami akan merilis komitmen sustainability kami," ungkapnya di kesempatan yang sama.

Ofra menyambung, "Mawar, misalnya, (konsumen bisa tahu nantinya) berasal dari petani mana, di daerah mana. Selain, kami juga memastikan (mitra) petani kami bercocok tanam secara organik."

Sepakat dengan Maily, Ofra berharap edukasi bertani dengan lebih berkelanjutan juga diambil perannya oleh pemerintah. "Dengan kemampuan kami, kami tidak mungkin bisa mengedukasi semua petani di Indonesia. Kami akan tetap melakukan bagian kami dengan harapan pemerintah juga mengambil sebagian peran itu," tuturnya.

Maily mengatakan, pihaknya memang bercita-cita bisa mengklaim produk mereka 100 persen natural. "Lebih lagi, bisa punya sertifikat organik untuk semua produk kami," katanya.

 

Bersaing di Pasar Global

Sariayu Color Trend 2020
Sariayu Color Trend 2020 koleksi Inspirasi Sumba. (Liputan6.com/Putu Elmira)

Dengan sertifikasi itu, menurut Maily, produk mereka akan punya nilai lebih untuk bersaing di pasar global. Dengan begitu, pemberdayaan petani lokal juga akan semakin masif dan dijanjikan berkelanjutan.

"Bekerja di kosmetik juga ada cerita yang harus dibangun," ia mengatakan. "Misalnya memang concern ke bahan alam (asli) Indonesia, ingin mengangkat (bahan) ini (dari) daerah mana, kami harus tahu dulu ada cerita apa di daerah itu."

Namun, cerita saja tidak cukup. Produk tersebut akan didampingi dengan bukti uji klinis, supaya "bukan hanya tentang kata nenek moyang," kata Maily.

Di kesempatan berbeda, CEO Martha Tilaar Group Kilala Tilaar telah menyampaikan bahwa sejak pertama berdiri, pihaknya menyoroti dua fokus utama. Pertama, menggali kekayaan alam Indonesia dan keilmuan pengobatan, serta kosmetika lokal.

"Jadi, kearifan budaya dan kekayaan alam Indonesia jadi nilai grup kami sejak 52 tahun lalu. Kami konsentrasinya menciptakan produk-produk dari Indonesia untuk kulit Indonesia," kata Kilala saat dihubungi pada 7 Oktober 2022.

Kilala menyebut, semangat ini merujuk pada era 70-an ketika banyak produk asing masuk ke Indonesia, dan dinilai tidak begitu cocok dengan iklim dan kulit orang Indonesia. Pihaknya lantas memformulasikan dengan mengambil dari kearifan budaya Indonesia dan menggali yang digunakan nenek moyang, namun dikemas seperti produk-produk luar.

Kedua, sebagaimana telah disinggung Maily, pihaknya mengandalkan riset untuk mendukung klaim produk kecantikan mereka.

Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan
Infografis Sampah Kemasan Produk Kecantikan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya